Chereads / Black Parade, The Dancing Plague / Chapter 8 - Bagian I - Past

Chapter 8 - Bagian I - Past

Sion yang sedang terkapar tak berdaya di kamarya hanya bisa membayangkan betapa beruntung dan bahagianya dia hari ini, walaupun luka yang dia derita telah membuat tubuhnya sekarat kesakitan, namun batinnya terus mengucap syukur tanpa hentinya.

Sementara Sion terkapar di kamarnya, ibu nya yaitu Frances sedang sibuk menyiapkan bubur dan ramuan bagi Sion, selagi mempersiapkan segala hal Frances selalu mengomel dan bertanya akan apa yang telah di alami oleh putra satu-satunya yang dia miliki, dia memarahi Sion teramat sangat sampai-sampai menangis karena tidak tahan lagi akan kesedihan yang dia derita karena melihat kondisi putra kesayangannya.

"Apa yang telah terjadi padamu anak ku? kenapa kau berbuat seperti ini? kau selalu saja membuat ku khawatir setiap saatnya, apa kau tidak tau betapa berharganya dirimu bagi ku? cuman kita berdualah yang ada di tempat ini, dan cuman dirimulah satu-satunya keluarga dan cinta yang masih ibu miliki," raung Frances dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Aku mohon maaf kan lah aku ibu, sedetik pun aku tidak berniat melukai hatimu, namun aku sangat bahagia saat ini karena aku telah menemukan jawaban dari perkataan mu dulu," ujar Sion dengan suara pelan karena tubuhnya sangat lemah.

"Perkataan apa yang aku pernah ucapkan sampai membuatmu sesakit dan sebahagia ini?" tanya Ibu nya sembari mengantarkan bubur dan berbagai ramuan obat-obatan.

Sembari di obati oleh ibunya Sion dan ibunya mulai bercerita dan mengenang masa lalu.

"Ibu ingat saat dulu aku masih kecil? saat itu ibu pernah berkata kalau ayah adalah pria yang luar biasa, dan ayah pernah menunjukkan kepada ibu bahwa di dunia ini ada suatu hal yang sangat indah yang dapat menggerakkan hati manusia bahkan melebihi senjata maupun emas dan berlian bukan?" tanya Sion mengembalikan ingatan masa kecil nya dulu.

"Ya ibu masih ingat nak, memangnya apa itu," tanya ibunya penasaran.

"Itu adalah hal yang indah dan luar biasa, setiap melihatnya dan mendengarnya hati akan serasa dibawa terbang melewati alam semesta, ketika hati sedang senang maupun sedih dia mampu mengungkapkannya, dan ketika mata terpejam dalam malam, mimpi akan selalu mengenangnya." Sion terduduk menatap ibunya.

"Katakanlah bahwa jawabanku benar ibu! hal yang ibu sebutkan itu adalah cinta dan musik," ucapnya penuh senyum bahagia.

Mendengar jawaban dan penuturan putranya, air mata Frances kembali terjatuh penuh rasa bahagia, dia menggenggam tangan putranya dan menciumnya dengan lembut sembari berkata,

"Ia benar, kau sungguh benar nak, kau mengingatkanku pada ayahmu. Mungkin saat inilah waktu yang telah ditakdirkan bagiku untuk menyampaikan pesan terakhir ayahmu," lanjut Frances dengan penuh keyakinan dan kebahagiaan.

"Apa itu ibu?" tanya Sion dengan lembut.

"Tunggu sebentar ibu ke kamar mengambil peninggalan terakhir ayahmu," jawab Frances sembari berjalan meninggalkan Sion.

Lepas beberapa saat Frances kembali lagi ke hadapan Sion, di tangannya telah terdapat kotak merah berhiaskan ukiran burung dan mawar yang terbuat dari emas yang sangat cantik, selanjutnya ibunya duduk disamping Sion dan membuka kotak merah di tangannya itu, di dalamnya terdapat sebuah bunga mawar yang telah mengering dan menghitam, ibunya mengambilnya dan berkata bahwa itu adalah bunga pemberian ayahnya dulu.

"Lihat ini nak, ini adalah bunga yang sangat berharga yang pernah di berikan ayahmu kepada ibu, dia adalah pria yang baik," cerita Frances dengan senyum yang penuh rasa rindu.

"Saat itu ibu sedang mengumpulkan kayu bakar di hutan, namun tiba-tiba ibu melihat ada seorang pria yang kakinya terluka karena terjatuh dari kudanya ketika sedang melalui jalan yang sangat sulit, ibu yang merasa kasihan kepadanya mencoba mendekatinya agar ibu bisa mengobati kakinya, namun dia adalah pria yang sangat angkuh, dengan kasar dia mengusir ibu dari hadapannya." ujar Frances kepada putranya dengan tersenyum.

"Terus-terus bagaimana bu? ayo ceritakan lagi," pinta Sion penuh ketertarikan.

"Saat itu ibu sangat membenci sikap angkuhnya, bahkan dia mencaci ibu dan berkata bahwa ibu adalah wanita paling jorok dan jelek yang pernah dia lihat selama hidupnya, mendengar itu ibu langsung melemparkan sebatang kayu kearahnya dan mengenai kakinya yang terluka, dan dia kesakitan sambil terus mencaci ibu." Frances memberikan bubur kepada Sion agar di makan.

"Dengan rasa kesal ibu meninggalkannya dan mengejeknya, dan ibu kembali kerumah mengantarkan kayu bakar yang tadi ibu kumpulkan, lalu kembali lagi ke hutan untuk mengambil sisanya. Namun ternyata pria itu  yang sedang kesakitan masih tetap di sana karena tidak bisa berjalan, melihatnya ibu mencoba menawarkan diri untuk membantunya, namun dia sangat-sangat angkuh bagaikan keledai sombong, mendengar keangkuhannya ibu kembali meninggalkannya penuh kekesalan." Frances memberikan air minum kepada Sion yang telah selesai memakan buburnya.

"Bekali-kali ibu bolak-balik mengantarkan kayu bakar, namun tetap saja dia masih di sana sembari mencoba menyeret badannya dan sesekali memalingkan wajah ketika melihat ibu. Hingga hari sudah mulai sore dan ibu semakin merasa kasihan kepada pria sombong itu, akhirnya ibu datang membawahan air minum dan ramuan obat-obatan untuk membantu nya dan menghiraukan apapun cacian yang akan ibu terima." lanjut Frances sembari berjalan ke arah dapur menyimpan piring Sion dan kembali lagi.

"Sini duduk lagi bu, aku masih mau mendengarnya," pinta sion kembali sembari menepuk kan tangan di atas tempat tidur di sampingnya.

Ibunya membalasnya dengan tersenyum dan duduk di samping putranya melanjutkan cerintanya.

"Melihat ibu memaksakan kehendak dan langsung mengobati kaki ayahmu membuat dia merasa kesal dan malu, wajahnya marah dan memerah namun ibu mengacuhkannya dan menjawap bahwa semua ini hanya karna rasa kasihan dan berharap dia tidak salah paham. Setelah kakinya telah ibu olesi dengan obat dan di perban, sepertinya hal itu membuat hati ayahmu sidikit terbuka, dengan penuh gengsi dia meminta air minum yang ibu bawa dan langsung memalingkan wajahnya, ibu yang menahan rasa kesal memberikan minuman itu karena dia terlihat sangat kehausan."

"Lalu apakah itu cinta," potong Sion bertanya kepada ibunya.

"Tentu saja tidak, kerena saat itu sifat ayahmu malah membuat ibu sangat kesal," jawab ibunya sembari memandangi bunga di tangannya.

"Namun setelah dia meminum air itu, dia mengatakan kalau ibu beruntung bisa bebas melakukan apapun dan sangat berbeda jauh darinya, lalu dengan bersusah payah dia menyeret tubuhnya ke arah bunga mawar dan memetiknya satu tangkai. Dengan senyum yang tulus dia berterimakasih dan meyelipkan bunga itu di telinga ibu sambil berkata, kau sangat jelek sungguh buruk rupa, berbanding terbalik dengan hatimu yang sangat cantik. Begitu dia berkata begitu tiba-tiba sekawanan pria berkuda datang menjemputnya dan itulah awal kami bertemu," terang Frances sambil mengelap air matanya.

"Ya kira-kira begitulah ayahmu, jika kau ingin tau lebih banyak tentang dia kau bisa membaca buku hariannya yang ada di dalam kotak ini, dan kau harus menjaganya baik-baik, karena hal itulah ibu keras dalam mengajarimu membaca dan menulis," lanjut Frances meletakkan kembali bunga nya kedalam kotak dan berdiri mempersilahkan Sion untuk beristirahat.

Sion yang masih penuh dengan kebanggaan, kesakitan, kebingungan, dan kegembiraan mencoba menenangkan pikirannya dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lalu untuk terakhir kali dia bertanya kepada ibunya.

"Lalu apa itu cinta?" tanyanya sembari meletakkan kotak merah itu di atas dadanya.

"Kau lah yang akan mendapatkanya, dan kau lah yang akan menciptakan jawabannya Sion," jawab Frances ibunya dengan tersenyum.

Mendengar jawaban dari ibunya, Sion yang merasa bahwa cinta itu membingungkan mulai memejamkan matanya mencoba memahami makna perkataan ibunya. Setiap saat dia memejamkan matanya wajah gadis yang telah menolongnya selalu hadir bagaikan bayangan saat dia bercermin, dan setiap dia membuka matanya yang dia lihat hanya sinar dari lilin di ruangan kamarnya.

Hari semakin malam dan Sion mulai menerka jawaban akan segala pertanyaannya tentang apa itu cinta.

"Cinta adalah ketika engkau sendiri maupun dalam keramaian kau akan selalu merindukannya, ketika matamu terbuka kau akan memikirkannya, dan ketika matamu tertutup kau akan melihatnya."