Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Black Parade, The Dancing Plague

Maruli_Simanjuntak
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.3k
Views
Synopsis
Kisah kelam dalam hidup dan musik. Tentang hati seorang anak manusia, Mencintai tapi membenci diri sendiri. Sebuah kisah gambaran tentang dunia yang berantakan ketika adanya larangan akan musik dan terjadinya wabah menari yang menewaskan banyak orang. Menceritakan tentang sibisu yg sangat mencintai musik, mencintai suara kerikil be rgesekan,kayu terbakar,angin berhembus,air tenang,bahkan tembok bangunan tua. Namun sangat membenci satu hal,Yaitu "SUARA UMAT MANUSIA" Apakah kau tetap mau menari bersamaku? Santai saja,Tolong cepat Karna aku di tunggu "AKHIR CERITA"
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog - Genesis

Pada suatu malam, dimana bulan seakan malu menampakkan dirinya, dimana malam seakan menggigil akan dinginnya kegelapan, ditemani gerimis, suatu malam ketika langit menangis.

Berlarilah seorang pria tua kumuh dari jembatan kayu rapuh dipinggir kota, sambil mengetuk semua pintu rumah di setiap gang-gang sempit yang dia lalui,  namun dalam dinginnya malam,   tidak ada satu rumah pun yang ramah.

Si kakek hanya bisa melanjutkan lari kecilnya menuju pusat kota, walaupun beberapa kali terjatuh namun dia berhasil bangkit dan berjalan lagi, sampai akhirnya di pusat kota yang jorok itupun dia berhasil bertemu sekelompok orang yang sedang menghangatkan diri mengelilingi api unggun, tanpa berpikir panjang si kakek pun langsung menerobos hingga ke tengah tengah kerumunan, lalu dia mengambil kayu yang ujung nya telah terbakar lalu mengangkatnya, si kakek mulai berbicara, namun orang orang menganggapnya gila karena sebenarnya sikakek hanya mengoceh tak jelas.

Lalu dengan terkejut sikakek ingat kalau dia telah lama lupa bagaimana cara berbicara, diapun mulai menangis karna merasa sia sia, namun ketika dia melihat cahaya api dari kayu yang sedang dia pegang,dia langsung menghapus airmatanya, lalu mulai menggerakkan tubuhnya (kita mengenalnya dengan bahasa tubuh), dia mulai meggoyang goyang kayu yang dia pegang agar apinya padam, lalu dia mulai menggores arang kayu itu ke tanah dan orang orangpun mulai saling menebak apa yang dia gambar, sikakek mulai menunjuk kearah jembatan di pinggir kota sambil menunjuk gambar yang dia buat di tanah.

Dengan tiba tiba seorang gadis kecil memegang tangan adiknya, sambil berusaha membentuk jembatan, dan mencoba memberitahukan maksut si kakek kepada ibunya, lalu ibunya mulai menebak, "Jembatan?" sikakek pun mengangguk, dan gadis kecil melompat kegirangan karena mereka pikir ini suatu permainan.

Lalu sikakek berdiri dibawah gambarnya sambil membentuk tangannya seperti sedang memeluk bayi, meletakkan bayi yang sedang dia peragakan di sisi kiri sambil meniru sibayi sedang mengis, lalu dia tertidur di sisi kanan sambil menggerakkan kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa dia memperagakan seorang wanita, dengan cara memberitahu bahwa yang tertidur di situ berambut panjang.

Maka lambat laun orang orang pun mulai memahami maksud dari si kakek sambil mengangguk angkuk satu sama lain, lalu sikakek menyuruh mereka untuk mengikutinya.

Dari sinilah kisah terlupakan kita akan menjadi awal dari akhir cerita si bisu yang dibenci dunia.