"Kau tahu sesuatu." Dan itu adalah sebuah pernyataan tegas dari Ramon yang menuntut penjelasan.
Ramon berdiri menjulang di hadapan Margaretha dan tampak asing bagi wanita paruh baya tersebut, walaupun dirinya telah mengenal Ramon sejak dirinya masih berada dalam kandungan Lis, tapi pria muda dihadapannya ini benar- benar memiliki aura mendominasi yang membuat dirinya kehilangan pijakan.
Ramon memang tidak melakukan apapun, tapi kata- katanya yang singkat tersebut seperti sebuah perintah yang tidak mungkin untuk diabaikan.
"Aku… aku tidak tahu apa yang kau maksud Ramon," Margaretha tergagap, lalu membersihkan tenggorokkannya untuk mendapatkan suaranya kembali, maka ketika dia berbicara lagi, dia terdengar lebih meyakinkan. "Aku tidak mengenal Leon Dawson, kalau memang pria itu ada hubungannya dengan Lis, kenapa kau tidak tanyakan padanya saja?"
Tapi, tentu saja kebohongan tersebut sudah terlihat dengan baik oleh Ramon dan dia tidak akan mempercayai Margaretha begitu saja.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan, aku akan pergi, aku akan terlambat menemui temanku," ucapnya, memaksakan sebuah senyum di sudut bibirnya. "Nanti akan aku kabari mengenai gaunnya."
Tidak jauh dari mereka, sebuah mobil mewah telah menunggu Margaretha, dimana assistentnya telah duduk di belakang kursi kemudi.
"Aku tidak mau melakukan ini," Ramon bergumam ketika Margaretha membalik tubuhnya untuk segera masuk ke dalam mobil dan menjauh dari pewaris keluarga Tordoff tersebut. "Tapi haruskah aku membuatmu bicara dengan menggunakan Willy?" tanya Ramon dengan nada pelan.
Margaretha yang baru akan menuruni undakan kedua, seketika itu juga membeku di tempatnya ketika Ramon menyebut nama Willy dalam nada mengancam. Jantungnya berdegup sangat cepat dan tangannya gemetar.
Tidak butuh seorang jenius untuk mengatakan kalau Margaretha tengah berada dalam keterkejutan dan juga ketakutan yang nyata.
Secara perlahan, tubuh Margaretha berputar untuk menghadapi Ramon kembali, dia berharap apa yang pria ini katakan tidaklah benar, dia hanyalah membual mengenai Willy.
Namun, Margaretha dapat melihat dalam cara Ramon menatapnya, kalau dia tahu. Dia tahu mengenai Willy. Tapi, bagaimana dia bisa tahu mengenai ini?
"Jadi, bisa kau katakan padaku mengenai Leon Dawson?" Ramon kembali mengulangi pertanyaannya. Dia sama sekali berbeda dengan Ramon yang selama ini Margaretha kenal.
Ya, karena ini adalah sifat asli Ramon. Dia hanya tidak menunjukkannya saja saat berurusan dengan hal- hal yang menurutnya tidak perlu dan hanya membuang- buang energy- nya saja.
Tapi, masalah Lis ini menyita perhatiannya dan fakta bahwa dia kesulitan mendapatkan informasi lebih mengenai Leon Dawson tidak membuatnya senang sama sekali.
"Apa maksudmu dengan Willy?" Margaretha bertanya dan tanpa sadar, dia memelankan suaranya, seolah takut ada orang lain yang akan mendengar mereka. Matanya nanar menatap Ramon, seolah tidak percaya bahwa rahasia gelap hidupnya yang hanya sedikit orang yang tahu, juga diketahui oleh Ramon.
Ramon menatap Margaretha, tapi ekspresi wajahnya tidak berubah, dia tidak terburu- buru dalam menjawab pertanyaan itu, alih- alih, pria ini mengamati wanita yang merupakan sahabat ibunya tersebut, membuat Margaretha menjadi lebih tidak nyaman lagi karena diperhatikan seperti itu.
Ramon benar- benar tahu bagaimana menghadapi seseorang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. "Haruskah aku menjelaskan siapa Willy? Atau aku mulai dari kisah dua puluh tahun lalu?"
"Hentikan!" seru Margaretha. Nafasnya menderu dan tubuhnya gemetar. Kali ini dia menundukkan kepalanya, tidak ingin melihat langsung ke mata Ramon. "Darimana kau tahu mengenai Willy? Lis memberitahumu?"
"Kami tidak memiliki waktu luang yang banyak untuk hanya sekedar berbincang- bincang mengenai masa lalumu." Maka dengan kata lain, tidak mungkin Lis dan Ramon membicarakan masa lalu Margaretha, walaupun mereka bertemu.
Terlebih lagi, sangat jarang Ramon bertemu dengan ibunya kalau bukan karena masalah pekerjaan, walaupun mereka tinggal di area yang sama.
Mengenai kehamilan Hailee, Lis memang terlihat senang ketika dia mengetahuinya, tapi Ramon tidak akan menurunkan kewaspadaannya begitu saja. Ada banyak rahasia yang menyelimuti situasi ini dan membuat segalanya terlihat tidak aman.
"Jadi, apa hubungan antara Leon Dawson dan Lis?" Dari respon berjengit yang Margareth tunjukkan, sepertinya dia tahu lebih banyak dari yang Ramon duga. "Kau bisa memikirkannya kembali," ucap Ramon ketika dia melihat Margaretha tengah memiliki konflik dengan dirinya sendiri untuk menjawab pertanyaan Ramon. "Aku akan menunggu jawabannya sampai besok."
Setelah mengatakan hal tersebut, Ramon membalik tubuhnya dan hendak masuk ke dalam rumah, tapi Margaretha menghentikannya dengan sebuah pertanyaan.
"Bagaimana kalau jawabanku tidak?" tanyanya. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat bagaimana Ramon menanggapi ini, tapi yang dia lihat hanyalah wajah tanpa ekspresi dari putra sahabatnya tersebut.
"Aku tidak ingin melakukan ini padamu, tapi kau tentu tahu bagaimana orang- orang seperti kita bekerja untuk mendapatkan apa yang kita inginkan," Ramon berkata pelan.
Margaretha mengertakkan giginya. "Kau akan melakukan ini pada sahabat ibumu sendiri? Orang yang telah kau kenal sejak lahir? Kau mengancamku?"
"Ini bukan sebuah ancaman, maaf kalau kau berpikir seperti itu." Bohong. Tentu saja kata- kata tersebut hanyalah sebuah formalitas belaka. "Tapi, dunia memang tidak selalu adil dan aku memberikanmu pilihan."
"Kalau aku tidak ingin mengatakannya, apa yang akan kau lakukan? Memberitahu suamiku mengenai Willy?" tanya Margaretha dengan tidak sabar.
Tidak ada yang tahu mengenai Willy dan Margaretha akan menjaganya tetap seperti itu.
"Tidak," Ramon menggeleng dengan muram. "Media akan tahu mengenai ini."
Kalimat terakhir Ramon membuat Margaretha tersentak dan hampir kehilangan keseimbangannya kalau saja Ramon tidak dengan cepat mengulurkan tangannya untuk menarik wanita itu kembali. Biar bagaimanapun juga, Margaretha tengah berdiri di puncak tangga dan sebuah kecelakaan tidak akan terlihat bagus dalam situasi ini.
"Ramon kau…" Margaretha kehilangan kata- kata untuk mendeskripsikan apa yang dia rasakan. Dia menepis tangan Ramon ketika dirinya sudah dapat mendapat pijakan yang lebih kuat. "…kau kurang ajar! Berani benar kau melakukan itu padaku!"
"Jangan mempersulit keadaan, aku hanya ingin sebuah informasi yang kau ketahui." Ramon membuat seolah permintaannya tersebut merupakan pertanyaan sederhana yang seharusnya tidak perlu membuat Margaretha sampai harus memiliki masalah besar. "Tapi, pilihan akhirnya tetap di tanganmu. Pilihlah dengan bijak."