Marco melirik ponselnya yang bergetar, menandakan panggilan telepon yang masuk dari Ramon, lalu memberitahukan Ian dan dua orang lainnya untuk bersiap.
Dua orang lainnya mengambil senapan laras panjang mereka dan segera keluar dari van tersebut, menuju ke posisi mereka, dimana ke duanya berperan sebagai penembak jitu dan pengintai, apabila ada orang lain yang datang lagi menuju ke rumah tersebut, karena sejauh ini, yang mereka lihat, hanya ada tiga orang di sana, termasuk dengan pria yang tengah merokok di teras depan rumah.
"Kau pernah menggunakan senjata, bukan?" tanya Marco, dia menyerahkan sebuah handgun pada Ian. "Hanya untuk berjaga- jaga saja."
"Aku membawa senjataku sendiri," ucap Ian, dia menunjukkan pisau yang tadi dia ambil dari rumah sakit. "Aku tidak begitu mahir dengan ini." Ian melambaikan pistol yang tadi Marco berikan padanya.