"Ahh..bangsat"
Jiana Berteriak kesal, sepanjang koridor ia selalu mengoceh sendiri dan tidak mempedulikan tatapan dari murid lain.Ini semua ulah adik tirinya-Alika yang meminta kepada mamanya untuk berangkat ke sekolah bersama.Tentunya ia menolak keras gagasan tersebut tetapi sayangnya penolakan nya tidak diindahkan oleh sang mama.
Alika pasti tahu kan? Alika tidak bodoh kan? jelas-jelas Jiana membenci dirinya tetapi kenapa Alika malah selalu bertingkah sok akrab?
bahkan Alika memanggilnya dengan sebutan kakak.
Jelas saja ia membenci panggilan tersebut walaupun umur mereka memang berbeda dua tahun,tetapi hubungan diantara mereka lah yang membuat Jiana muak dan risih, hubungan bahwa ia adalah Kakak tiri Alika.
Selamat untuk Alika yang berhasil membuat mood nya memburuk untuk saat ini.
"Kak Jiana tungguin aku ihh kak,jangan buru-buru jalannya kak"
Suara Alika terdengar membuat Jiana menghela napas lelah.Ahh lagi-lagi suara ini menganggu nya.
Jiana menoleh dan mendapati Alika membungkuk sambil menghirup oksigen,bisa dipastikan bahwa Alika pasti habis berlari dari tempat parkir menuju koridor untuk menyusul nya.
"Ngapain sih lo gangguin gue mulu ha? kurang kerjaan banget Lo?" Jiana berteriak kesal sambil berkacak pinggang menatap Alika.
Alika berdecak gemas dan berdiri menghadap Jiana.Alika mengelap dahinya yang berkeringat."Aku kan mau bareng sama Kakak ke kelas,eh Iyah nanti bareng yah Kak ke Kantinnya"
"Dih Siapa Lo ngajakin gua ke Kantin bareng? gue sibuk.Lo ga punya temen yah? sana sama temen lu aja,ga usah ngajakin gue" balas Jiana sewot
Alika semakin gemas melihat Kakaknya yang sewot dan hobi ngegas itu."Kakak tega biarin aku makan sendirian? aku emang ga ada temen Kak.temenin aku yah? mau yah kak?"
"Dih temen Lo mana? segitunya ga punya temen lu? sampe-sampe ngajakin gue? atau mau sok akrab sama gue?"
"Ihh Kakak,aku serius ga punya temen.Kan Kakak tau sendiri"
Jiana mendadak terdiam.
Jiana lupa kalau Alika benar-benar tidak mempunyai teman.
"Jadi mau yah kak temenin aku makan?" Alika mengamit lengan Jiana memohon menunjukkan raut wajah sedih.
Jiana berdecak kesal memalingkan wajah menghindari tatapan Alika.Hal ini yang membuat nya lemah saat menghadapi Alika.Raut wajah Alika yang memelas membuat ia tidak tega.
Tapi itu dulu.
Jauh sebelum ia memutuskan untuk menjaga jarak dengan Alika.
"Liat nanti,kalo gue ga sibuk" balas Jiana singkat dan langsung berjalan kembali menuju kelasnya meninggalkan Alika yang tersenyum senang mendengar penuturannya.
Alika tahu walaupun Jiana hobi ngegas dan sangat pemarah,tapi Jiana tetaplah Kakak yang terbaik menurut Alika.
Jiana adalah pahlawan nya.
Alika sangat menyayangi Jiana, walaupun Alika tahu Jiana membenci dirinya.
Maka dari itu,Alika akan berbuat apapun untuk mendapatkan kembali kasih sayang dari Jiana.
Seperti empat bulan yang lalu.
*************************************
Bel istirahat sudah berbunyi tepat semenit yang lalu.Jiana hendak melarikan diri.Ia yakin bahwa Alika akan menyusul ke lantai paling atas hanya untuk mengajak nya makan di kantin.Oleh Karena itu,Jiana harus melarikan diri sebelum Alika merusuh lagi.
Baru saja Jiana hendak pergi ke Perpustakaan untuk tiduran, tangannya ditarik dari belakang.Jiana menoleh dan mendapati Raka, sahabatnya lah yang telah menariknya.
"Iss apaan sih Rak? lepasin gue, gue mau ke perpus" Jiana memberontak berusaha melepaskan cekalan Raka.
"Mau kemana lo? buru-buru amat kek dikejar tukang kredit?" Raka bertanya tapi belum melepaskan cekalan tangannya.
Jiana berdecak kesal.
Jiana heran kenapa banyak sekali yang merecoki mood nya pada hari ini.
Tadi pagi Mamanya,lalu Alika.
dan sekarang? Raka juga ikut-ikutan untuk menjadi Perusak mood?
"Lepas dulu Rak,nanti gue jelasin" Jiana memohon kepada sahabat nya untuk melepaskan nya."Buruan nanti keburu dateng si nenek lampir" Jiana memelas untuk dilepaskan.
"Ha nenek lampir? siapa?" tanya Raka heran.
"Ck, banyak amat nanya lo kek Wartawan aja" keluh Jiana sambil melepaskan paksa cekalan tangan Raka pada tangannya.
"Ayo ikut gue daripada lu cerewet kayak cewe" Ajak Jiana sambil melangkah kan kaki untuk meninggalkan kelas.
Raka berdecak."Jiana tungguin gue"
baru saja Jiana mencapai pintu kelas,Ia langsung berhadapan dengan sosok Alika.
Sosok yang mati-matian ingin ia hindari.
Sosok yang menatap nya dengan binar penuh haru sambil tersenyum lebar bak memenangkan lotre.
Jiana menghela napas lelah.
"Sial banget kayaknya gua hari ini"
************************************
Jiana berjalan di pinggir lapangan basket outdoor,Ia baru saja kembali dari Kantin meninggal Alika dan juga Raka.Masa bodoh dengan mereka berdua,yang terpenting Jiana sudah bersedia menemani Alika untuk makan.Setelah mereka selesai makan Jiana langsung angkat kaki dari situ.
"isss sampe kapan coba sok akrab sama gue.Kagak cape apa tuh cewe" Jiana mengoceh sendirian sambil berkacak pinggang.
Jiana salut kepada Alika.Padahal sudah jelas bahwa ia membenci Alika dan dengan terang-terangan mengibarkan bendera perperangan,tapi kenapa Alika selalu saja mengajaknya berbicara seakan-akan mereka akrab?
Disaat sedang berjalan sambil mengoceh, tiba-tiba sebuah bola mendarat tepat mengenai kakinya.Jiana berdecak,cukup sakit terkena pantulan bola basket yang bisa dibilang bola tersebut cukup berat dan juga keras.
Jiana menoleh dan mendapati siswa dari kelas lain yang entah kelas berapa yang sedang bermain basket,dan mereka semua menatap nya seakan-akan menunggu nya untuk melempar kan bola tersebut.
"Lempar sini bolanya" suara Laki-laki terdengar mengenakan baju olahraga.
Jelas Laki-laki itu bicara padanya dan memintanya untuk melempar bola tersebut.Tapi masa bodoh jangan harap jika Jiana akan menuruti perkataan Lelaki itu.
Jiana langsung saja melanjutkan kembali langkah kakinya yang sempat tertunda mengabaikan perintah Lelaki tadi.Jiana berjalan dikoridor menuju lantai paling atas yang merupakan kelasnya.
"Maksud lo apa ha?"
Tiba-tiba Jiana tersentak saat merasakan bahwa ada yang menariknya.
Ia menoleh ke belakang dan mendapati Lelaki yang menyuruh tadi sedang menahan tangannya.
"Isss lepasin,kenapa ga terima?" Jiana sewot dan menyentak tangannya.
"Kenapa ga lo ambil bolanya? kan gue udah nyuruh lo buat lempar.Lo tuli?"
Lelaki tersebut berkata dengan nada dingin bahkan raut wajah lelaki itu juga dingin.
Jiana berdecak."Ya terus? gue harus nurutin Lo gitu? Lagian cuma bola lu nya ribet banget sih"
"Bukan masalah ribetnya,tapi masalah akhlak lo yang minus dan yang engga menghargai orang"
Jiana memutar bola matanya malas."Iyah makasih ceramah Lo". Jiana hendak melangkah kakinya meninggalkan lelaki tersebut.
Namun tangannya ditahan.
"Bahkan Lo ga minta maaf? bukannya Lo salah? engga menghargai omongan orang lain" lelaki tersebut berkata masih dengan nada yang dingin.
Jiana memutar badannya menghadap Lelaki tersebut dan berkacak pinggang sambil berkata."Gue yang harus minta maaf? terus pas gue kena bola,Lo pada minta maaf ga? harusnya lo minta maaf sama gue baru bisa minta tolong gue buat ambilin bola itu"
Lelaki itu terdiam cukup lama sebelum akhirnya membalas.
"tapi itu ga sengaja"
"Kalo gitu anggep juga gue engga sengaja.Gue engga sengaja cuekin lo yang minta tolong.Impas kan?" Jiana bertanya memandang tepat Dimata lelaki itu.
Karena Lelaki itu hanya diam, Jiana kembali bersuara.
"Ahh gimana kalo gue aja yang minta maaf? karna Kayak nya cowo seperti Lo ga tau cara yang baik dan benar untuk minta maaf" Jiana meletakkan telunjuk kanan pada dagunya menatap lelaki itu.
Jiana mendekat dan mengucapkan kata dengan suara yang Pelan bahkan seperti bisikan."Maafin gue karna sikap gue tadi".
Melihat Lelaki tersebut hanya diam membuat Jiana tersenyum tipis.
"Setidaknya kalaupun engga sengaja lo tetap harus minta maaf supaya engga melukai perasaan orang lain, bukannya malah diem.Dengan diem nya lo itu bisa ngebuat orang lain salah paham" Setelah mengatakan itu Jiana berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.Meninggalkan Lelaki tersebut yang mematung.
Meminta maaf itu penting walaupun kesalahannya tidak disengaja dan sepele.
Jiana terkekeh miris,minta maaf?
tiba-tiba ia teringat Mamanya.
Apakah mamanya akan meminta maaf setelah melakukan banyak kesalahan?
tentu saja tidak,dan itu menyakiti Jiana.
Kata maaf itu sepele tapi sangat bermakna bagi Jiana.
Jiana yang berharap mendengar kata itu dari orang yang ia sayangi.
********************************
TBC