"Da-darimana kakak tahu?" gugup Perth.
"Benarkan?" tanya Bryan kembali.
"I-iya ka. Perth minta maaf tidak bisa mempertahankan apa yang sudah kakak berikan untuk Perth." sesal Perth.
"Perth, tidak ada yang perlu disesalkan. Aku tahu Perth juga tidak mau ini terjadi. Kali ini aku tidak akan mengambil alih Tritech dari tanganmu, tapi aku akan membantumu dari belakang. Ini ada amplop coklat, berikan pada semua orang saat rapat pemegang saham bulan depan dan lihat apa yang akan terjadi." ucap Bryan dengan penuh keyakinan.
"Apa isi amplop coklat ini ka?" tanya Perth.
"Lihat saja sendiri." jawab Bryan.
Saat Perth membuka amplop coklat itu mendadak wajahnya berubah dan dia pun melihat kearah Mew yang wajahnya sumringah.
"Kak .... ini ...."
"Iya. Menurut ku ini akan menjadi tontonan yang menarik bukan? Joe tidak akan pernah menyangka kalo kita tahu rahasianya." ujar Mew.
"Kakak yakin dengan semua ini?" tanya Perth kembali.
"Aku sangat yakin. Lainnya biar p' yang urus." jawab Mew bangkit dari kursi kebesarannya dan keluar.
"Dasar gila kakak. Ini juga berhubungan dengan seseorang. Kalo ini dibuka didepan umum, orang itu juga akan turut keseret." gumam Perth.
Keluar dari ruang kerjanya, Bryan pun mencari Nattarin di dapur yang sedang membuat puding buah. Bryan pun memeluk Nattarin dari belakang dan menciumnya pipi gembilnya.
"Kamu butuh sesuatu?" tanya Nattarin.
"Aku hanya butuh kamu." jawab Bryan yang masih tetap memeluk Nattarin dari belakang.
"Bryan, lepasin ... aku gak bisa bergerak. Kamu sangat berat tahu!!" keluh Nattarin.
"Gak sayang. Aku suka seperti ini " jawab Bryan menaruh dagunya di bahu Kana.
"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Nattarin.
"Jangan tanyakan itu. Biarkan aku merasakan kenyamanan di pelukanmu dulu." jawab Bryan yang kemudian berbalik memeluk Nattarin.
"Ada apa sih kamu ini? Bilang saja sama aku. Manatau saja aku bisa bantu." ucap Nattarin mengelus halus punggung Bryan.
"Masalah ku sudah sangat berat. Kamu tidak akan bisa membantuku." jawab Bryan.
"Tidak bisa membantu mu, tapi setidaknya bisa memberi sesuatu seperti nasehat mungkin." ujar Nattarin yang mencium pipi Bryan.
"Terima kasih sayang." jawab Bryan memeluk Kana dengan lebih erat lagi.
Pelukan erat Bryan membuat Nattarin merasakan akan terjadi sesuatu. Karena pelukan tersebut persis seperti hari terakhir ayahnya memberikan pelukan hangat itu dan keesokan harinya Kana mendapat kabar kalo ayahnya telah meninggal dihukum gantung.
"Bryan, jangan pernah meninggalkan aku ya." ucap Nattarin lemah.
"Kenapa kamu bicara seperti itu sayang?" tanya Bryan heran.
"Aku bisa merasakan kalo kamu akan pergi meninggalkanku. Aku tidak mau kejadian dengan papa terulang lagi." jawab Nattarin dengan berderai air mata.
"Sssttt ... tidak sayangku. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku janji tidak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu berada disampingmu. Percayalah padaku, sayang." ujar Bryan sambil menghapus air mata Nattarin.
"Iya. Aku percaya padamu" jawab Nattarin sesunggukan.
"Ya sudah. Sekarang sudah malam. Kita tidur." ajak Bryan yang disertai anggukan dari Nattarin.
Sesampainya di kamar, Nattarin menyiapkan air panas untuk Bryan mandi. Saat Bryan sedang mandi, Nattarin menunggu di headbed sambil membaca pesan yang masuk ke hp nya. Seketika Nattarin sangat merindukan ibunya saat membuka gallery di hp nya. Nattarin pun bermaksud meminta ijin pada Bryan untuk menemui ibunya.
"Nat, belum tidur?" tanya Bryan setelah menyelesaikan ritual mandinya.
"Aku menunggumu selesai mandi, baru kita akan tidur bersama-sama." jawab Nattarin.
"Nat, ada yang mau kamu bicarakan padaku?" tanya Bryan.
"Hah?! Gak .. gak ada." jawab Nattarin gelagapan.
"Itu apa?" tanya Bryan yang menunjuk dengan mulutnya foto Nattarin dengan ibunya di gallery hp.
"Aaahhh ... gak pa-pa. Aku hanya iseng ngelihat foto. Aku..."
"Nat, jangan berbohong padaku. Kamu rindu pada Jade bukan?" tanya Bryan dengan nada yang sangat halus.
"Bryan..."
"Jawab sayang. Kamu merindukannya?" tanya Bryan kembali.
"I-iya. Aku rindu ibu." jawab Nattarin pelan.
"Dan kamu mau minta ijin sama aku supaya kamu bisa menemui Jade bukan?" tanya Bryan kembali.
"Iya. Boleh? Kalo tidak boleh juga gak pa-pa. Aku tahu kalo aku tuh sudah dijual oleh ibuku dan aku juga sudah sepenuhnya menjadi milik seorang Bryan McEden." Jawab Nattarin lirih.
"Sayang, bagaimana kalo kukatakan kalo .... aku ijinkan kamu bertemu dengan Jade?" ucap Bryan.
"Benar? Kamu mengijinkan aku bertemu ibu?" tanya Nattarin yang tidak percaya apa yang dia dengar barusan.
"Iya sayang. Aku ijinkan kamu untuk bertemu dengan Jade besok." jawab Bryan.
"Terima kasih Bryan." Ucap Nattarin sambil memeluk Bryan.
Nattarin pun hendak mengirimkan pesan pada Jade kalo dia akan menemuinya besok, tapi Bryan melarang dengan alasan akan memberikan kejutan untuk Jade. Keesokan harinya adalah hari yang penting bagi Perth yang sudah ke kantor Tritech sambil membawa amplop coklat itu karena dia mendapat berita dari sekretarisnya kalo Joe mendadak menyelenggarakan rapat yang dihadiri pemegang saham untuk menurunkan Perth dari jabatannya.
Perth pun langsung menuju ke kantor dan rapat pun dihentikan. Perth memperlihatkan foto yang berada di amplop itu ke semua para pemegang saham. Saat itu juga para pemegang saham yang lain langsung walk out dari ruang rapat dan meninggalkan Joe yang marah besar dan tidak terima kekalahan.
"Kamu tidak akan bisa menang melawan keluarga McEden." ujar Perth di telinga Joe.
"Perth, kamu....."
"Ya. Aku mendengar kalo kamu menyelenggarakan rapat pemegang saham untuk menurunkanku dari jabatanku. Tapi sekarang apakah para pemegang saham itu mau mendengarkanmu? Tidak Joe .. tidak" ujar Perth dengan wajah penuh kemenangan.
"Katakan padaku me-mengapa ka-kamu ada foto ini?" Tanya Joe.
"Hebat bukan? Makanya sudah kubilang jangan pernah mengganggu keluarga McEden kalo tidak mau hal buruk menanti di depan!!" ancam Perth sambil keluar dari ruang rapat.
Nattarin yang sedang bahagia bertemu dengan Jade itu pun meminta Bryan untuk mampir sebentar membeli buah dan makanan kesukaan ibunya yang lain di supermarket. Setelah itu barulah Nattarin pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumahnya, Nattarin disambut pelukan dan ciuman yang diberikan Jade. Mereka pun mengobrol sampai malam menjelang.
Nattarin yang merasa sudah senang bertemu dengan ibunya itu pun langsung pamit pulang bersama Bryan. Dalam perjalanan pulang, Nattarin meminta pada Bryan untuk mampir sebentar ke apotik membeli inhaler untuk Jade dan memberikannya pada sang ibu. Saat dia sampai di depan rumahnya, Nattarin melihat mobil yang terparkir didepan. Saat Nattarin hendak masuk, dia melihat kalo ibunya sedang berbicara dengan seorang pria itu mengenai sesuatu hal yang membuat kakinya lemas. Nattarin pun kehilangan kesadarannya karena tidak bisa menerima kenyataan yang menamparnya dengan sangat keras.