"Astaga ... maaf tuan." ucap Nattarin dengan wajah meringis.
"Gak pa-pa Nat." kesal Perth.
"Tuan, ayo sini aku obati. Aku ambil kotak obat dulu ya." ujar Nattarin yang pergi mencari kotak obat.
"Ada-ada aja nih orang main pukul aja. Gak pakai tanya-tanya lagi. Parah!!" kesal Perth yang membuat Bryan menahan tawanya.
"Tuan, aku obati lukanya ya. Ditahan sebentar ya." ucap Nattarin dengan wajah meringis.
"Sudah gak pa-pa Nat. Biar aku aja yang ngobati lukaku sendiri." jawab Perth mengambil kotak obatnya dari tangan Nattarin dan berlalu pergi.
"BRYAN!!" teriak Nattarin
"I-iya sayang." jawab Bryan dengan gugup.
"Kenapa kamu gak bilang soal apa yang terjadi hah?! Puas lihat aku jadi orang bodoh di depan Perth?" ucap Kana sambil menjewer telinga Bryan dan menendang tulang keringnya.
"I-iya .. ma-maaf sayang. Aduh telingaku jangan ditarik-tarik. Nanti lepas" jawab Bryan dengan wajah meringis.
"BODO" jawab Nattarin.
"Kalo telingaku putus 1 kamu mana mau lagi denganku." ucap Bryan.
"Memang aku gak mau lagi ama kamu yang udah buat aku terlihat orang bodoh kea gitu." jawab Nattarin.
"Maafkan aku ya cintaku. Aku gak tahu kalo Perth bakal datang kemari. Maafin aku ya .. ya .. ya" mohon Bryan sambil memeluk Nattarin dari belakang dan menaruh dagunya di bahu Nattarin.
"Ck .. iya .. iya. Tapi kalo sekali lagi kea gitu, awas saja." ancam Nattarin.
"Gak akan pernah terjadi lagi sayang. Aku janji." sumpah Bryan.
Perth yang mendengar pembicaraan mereka dari luar hanya tertawa melihat kakaknya yang merupakan seorang mafia paling kejam, bisa takluk juga di tangan seorang Nattarin yang tidak ada apa-apanya. Perth pun kembali ke kamar untuk mengobati lukanya yang telah membiru akibat bogem yang diberikan Nattarin.
"Aaiissshhh ... gimana aku bisa keluar dalam kondisi kea gini? Ck..." keluh Perth yang berada di depan cermin
Drrrttt ... drrrttt ... drrrttt
"Apa?!" ujar Perth saat mengangkat telepon dengan menekan speaker.
"Tuan, kami baru menerima berita kalo Joe telah bekerja sama dengan Tritech." lapor anak buah Perth.
"APA?! KURANG AJAR JOE. SIALAN?!" maki Perth.
"Apakah kita harus menyampaikannya pada tuan Bryan?" tanya anak buah Perth.
"Tidak. Jangan dulu. Tritech sudah diserahkan padaku untuk diurus. Aku tidak mau terlihat lemah didepan kakakku. Aku harus mengusahakan agar Tritech kembali berpihak padaku. Lalu bagaimana dengan perusahaan Odeo?" tanya Perth.
"Odeo masih dalam kendali kita tuan." jawab anak buah Perth.
"Baiklah. Pantau terus Odeo dan kalo ada apa-apa secepatnya laporkan padaku." pinta Perth.
"Baik tuan" jawab anak buah Perth yang telepon nya langsung dimatikan.
"Joe sialan. Kenapa Tritech bisa jatuh ke tangannya sih. Haaiiizzzz!!" ujar Perth yang mengusak kasar rambutnya.
Malamnya saat makan malam, Nattarin mengetuk pintu kamar Perth untuk mengajaknya makan malam. Dibawah sudah ada Bryan yang menantikan Perth untuk makan. Saat makan malam berlangsung, Bryan dengan mudahnya bisa mengetahui apa yang terjadi pada Perth.
"Perth, kamu punya masalah?" tanya Bryan
"Hah?! Uuhhhuuukkk ... uuhhuukkk. Mak-maksud kakak apa?" tanya Perth yang kaget dan tersedak.
"Tuann, airnya diminum dulu" tawar Nattarin.
"Terima kasih Nat." ujar Perth yang mengambil air berisi gelas dari tangan Nattarin.
"Tuann sudah baikan?" tanya Nattarin.
"Nat, kamu panggil kakak ku dengan panggilan nama, tapi kenapa kamu panggil aku tuan? Seharusnya kamu memanggilku nama juga kan." ujar Perth mengalihkan pembicaraan.
"Boleh?" Tanya Nattarin.
"Astaga Nat. Tentu saja boleh. Ayo panggil namaku Perth" ucap Perth yang mengajari Kana memanggil namanya.
"Per..."
"PERTH, BISA JELASKAN PADA P' APA YANG TELAH TERJADI PADAMU?" teriak Bryan yang membuat Perth dan Nattarin kaget.
"Bryan ... tenangkan dirimu. Semua bisa dibicarakan." ujar Nattarin menenangkan Bryan.
"Tanya dia!! Setiap ada masalah selalu berlagak kuat di depanku dan tidak mau membicarakannya." ujar Bryan menunjuk Perth.
"Perth ada masalah apa? Cerita pada Bryan ya." ucap Nattarin.
"Tidak bisakah aku sendiri saja yang menyelesaikan masalahku tanpa harus melibatkan kakak ku disini?" jawab Perth.
"Perth..." panggil Bryan.
"Biarkan aku menyelesaikannya sendiri, kak. Aku mohon." mohon Perth pada Bryan agar tidak ikut campur.
"Baiklah. Aku tidak akan ikut campur lagi mulai saat ini." ujar Bryan yang meninggalkan ruang makan menuju ruang kerjanya.
"Bryan..." panggil Nattarin yang membuat Bryan terus berlalu pergi.
"Nat, apa menurutmu aku sangat bodoh sampai aku tidak bisa menyelesaikan masalahku sendiri dan harus melibatkan kakak ku?" tanya Perth yang terduduk di kursi makan setelah melihat Bryan pergi.
"Tidak. Perth tidak bodoh. Tapi terkadang kita butuh orang lain untuk membantu kita." jawab Nattarin menenangkan Perth.
"Menurutmu begitu?" tanya Perth dengan mata sendu.
"Iya" jawab Nattarin.
"Bagaimana kalo kubilang kakak ku sudah sering membereskan semua masalah yang kubuat? Apa menurutmu aku si pembuat onar?" tanya Perth.
"Bukan. Perth tahu, dulu di sekolah aku juga dikenal sebagai si pembuat onar. Ayahku yang selalu membereskan sisanya." jawab Nattarin.
"Benarkah?" tanya Perth.
"Iya. Dan itu berlanjut sampai sekarang. Buktinya tadi aku memukulmu dan Bryan yang membereskannya bukan." jawab Nattarin.
"Hahhahahahhaha" tawa renyah keduanya.
"Maafkan aku Perth yang sudah memukulimu tanpa bertanya dulu." ucap Nattarin meminta maaf pada Perth.
"Tidak apa-apa. Kalo aku berada di posisimu, aku pasti akan melakukan hal yang sama juga. Kalo bisa mungkin memukul sampai mati." ucap Perth.
"Hmm ... mengerikan" ujar Nattarin dengan wajah meringis.
"Hahhahaha ... thanks Nat nasehatmu menenangkanku. Tapi terkadang aku iri dengan kakak yang bisa menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin." ucap Perth.
"Perth, setiap orang pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Tinggal bagaimana kita melengkapinya saja." jawab Nattarin dengan wajah sumringah.
"Jadi sekarang menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Perth.
"Saranku, carilah Bryan dan katakanlah permasalahanmu dengannya. Mungkin dia mempunyai jalan keluar yang terbaik untuk membantumu." saran Kana.
"Tidak. Aku bisa merasakan kalo aku tidak menceritakan permasalahanku saja, dia sudah tahu apa yang terjadi. Kamu tahu, kakak itu seperti cctv. Tahu semua." ujar Perth.
"Benarkah?" Tanya Nattarin dengan mata membulat.
"Iya. Mata-matanya sangat banyak. Dulu aku sempat sebal dengan nya gegara dia menaruh anak buahnya untuk mengawasiku. Tapi ternyata itu semua salah. P' Mew menaruh anak buahnya bukan untuk mengawasiku, tapi untuk mengawasi gerak gerik anak buahku. Terkadang aku tidak bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran kakak ku." cerita Perth.
"Jadi sekarang Perth mau mengatakan permasalahan Perth pada Bryan?" tanya Nattarin.
"Mungkin aku harus ke ruang kerjanya membicarakan ini semua." jawab Perth.
"Yes. Perth pergilah. Biarkan aku yang membereskan sisa makanan disini. Oh ya, Perth suka puding buah? Aku akan membuatkannya untuk kalian." tanya Nattarin.
"Suka." jawab Perth yang diserta senyuman dari Nattarin.
Tok ... tok ... tok
"Masuk" ujar Bryan dengan suara baritone.
"Kak" panggil Perth.
"Duduklah Perth" ujar Bryan mempersilakan Perth untuk duduk.
"Kak, sebenarnya.....ada sedikit masalah dengan pe-perusahaan." lapor Perth.
"Tritech sudah dikuasai Joe bukan?" ucap Bryan yang membuat Perth kaget.