Keduanya makan dalam diam, Arbi terus melihat kearah istrinya selepas dia menyuapkan sendok kedalam mulutnya, sementara Sahna hanya sibuk memakan sarapannya, dia sama sekali tidak melepaskan tatapan dari piring pipih berisi makanan.
"Aku pergi"
Arbi segera berdiri dari duduknya begitu piring sarapannya sudah habis, dia melihat kearah Sahna lalu langsung membungkukkan tubuhya agar bisa mengecup puncak kepala istrinya.
"Assallamualaikum"
Sikap Sahna bagaikan patung saat Arbi mengecupnya, dia juga tidak peduli dengan kepergian suaminya itu.
Arbi pun melangkah keluar dari rumahnya, meninggalkan Sahna yang masih berada duduk disana sendirian.
Air matanya menetes keluar setelah beberapa menit kepergian Arbi. "Aku benci kamu Arbi!" ujar Sahna diiringi dengan air mata.
*******
Arbi terlihat kesal setelah memutuskan panggilan dengan Sahna.
"Kenapa susah sekali berkompromi dengan wanita itu" gumamnya terlihat begitu frustasi begitu menutup panggilannya.
Niat baik dia ingin menjemput Sahna dan sekalian memperbaiki hubungan mereka sirna saat gadis itu menolaknya mentah-mentah, tingkah Sahna bahkan membuatnya jadi naik darah dan ingin meluapkan amarah rasanya.
Sebelumnya Aku menelepon Sahna tapi gadis itu tidak mengangkat, sebenarnya dia sudah menduga kalau Sahna tidak akan mau mengangkat panggilan dariku, tapi aku tetap ingin. Alhasil malah gadis itu menonaktifkan ponselnya, Tapi aku tidak kehabisan akal, dengan cerdik aku menelepon nomor supir yang aku tugaskan untuk mengantar dan menjemput Sahna, agar aku bisa mengobrol sekaligus tau keadaan gadis itu, tapi Sahna lagi-lagi itu malah membuatku kesal begini.
"Aku pusing sekali dengan Wanita itu. bagaimana lagi caraku meluluhkan hatinya ?!" keluh Arbi.
***
Sementara Sahna terlihat sedang mendengarkan apa yang dosen ajarkan hari ini, terlihat dari wajahnya yang fokus dalam menyimak omongan yang keluar dari mulut dosen tersebut.
Sedang asik memperhatikan tiba-tiba saja ada yang melempar kertas kearahnya, Sahna langsung melihat ke belakang, ternyata yang melempar kertas tersebut tak lain adalah Anita, temen sekaligus sahabat Sahna, Dia melihatnya dengan bingung, dan Anita membuat isyarat agar Sahna membaca kertas tersebut dan ia langsung membaca tulisam dikertas itu.
"Entar nonton yuk." tulis Anita di kertas yang saat ini berada di tangan Sahna.
Sahna terlihat berpikir setelah membaca ajakan Anita. "Kalau ikut, pasti nanti lelaki menyebalkan itu marah" gumam Sahna dalam hatinya yang kini tengah gundah, Dia sangat bingung dan bimbang.
"Hmmm.... yaudahlah toh sekali-kali kan gak apa-apa" gumam Sahna lagi.
Sahna melihat kearah Anita yang sedang menunggu jawabannya, secepat kilat Sahna langsung mengacungkan jempol yang membuat Anita langsung tersenyum girang lalu kembali memperhatikan dosen.
***
Sementara dikantor Arbi sedang fokus membaca dan menandatangin surat-surat penting, sampai ketukan pintu membuyarkan fokusnya.
Tok. tok.tok.
"Masuk"
"Permisi pak,"
"Iya, ada apa ?"
"Pak ini laporan hasil pengeluaran dan pemasukkan bulan ini"
"Iya, terimakasih" ucap Arbi setelah menerima laporan tersebut.
"Kalau begitu saya permisi" ucap Reno sekertaris Arbi, Arbi mengangguk sekilas yang membuat Reno keluar dari ruangannya.
Arbi mulai memeriksa hasil laporan itu, membacanya dengan teliti sampai Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya dan mencari kontak pak Tejo yang menjadi supir pribadi untuk Sahna dan langsung meneleponnya.
"Halo Pak Tejo, Pak Tejo dimana sekarang ? masih di kampus ?"
Arbi langsung bicara to the point begitu Tejo mengangkat panggilan, wajahnya teramat serius sambil sesekali membaca laporan berkas yang saat ini dia pegang.
"Hari ini Dia pulang jam berapa ya ? Bapak tau gak ?"
Arbi menyimak baik-baik jawaban yang terlontar dari mulut Tejo, pria itu mengatakan kalau nanti Sahna akan pulang pukul dua belas siang
"Kalau begitu bapak pulang saja, tidak usah menunggu, biar saya yang jemput Sahna hari ini"
"Iya Pak, terimakasih ya Pak Tejo, Bapak bisa langsung pulang ke rumah, mobil hari ini bapak bawa pulang saja ke rumah bapak"
Selesai dia bicara dengan Tejo, Arbi langsung menaruh ponselnya lalu melihat jam tangan yang di kenakan
"Masih ada waktu satu jam sebelum menjemputnya" gumam Arbi dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Sepertinya Arbi sudah bertekad, apapun yang terjadi dia akan tetap menjemput istrinya.
***
Sahna dan Anita berjalan keluar kampus setelah jam pelajaran hari ini berakhir, jadwal kuliah hari ini tidak begitu padat karena banyak dosen yang ijin tidak masuk karena beberapa hari ini jurusannya sedang mengadakan acara, karena jarang sekali pulang siang maka sesuai rencana mereka akan nonton film hari ini.
"Eh nanti nonton film apa ?" tanya Sahna.
"Bentar gua cek dulu deh" jawab Anita sambil mengecek jadwal film hari ini lewat ponselnya, mereka berdua terus berjalan keluar dari area kampus mereka yang lumayan memakan waktu, di tambah cuaca panas yang begitu menyengat.
"Kayaknya anabel 2 seru deh Na"
"Oke, yaudah nonton itu aja"
"Lu udah ijin sama suami lu ?"
Seketika Sahna terdiam dan langsung menunjukkan wajah datar menahan kesal ketika dia mendengar kata 'suami' yang keluar dari mulut Anita.
"Belom. Nanti aja!" jawab Sahna cepat, terdengar ketus.
"Lu yakin ? Sekarang aja deh, dari pada dia ngamuk kayak waktu itu" sahut Anita dengan takut.
"Ponsel gua lowbat" ujar Sahna memberi alasan sambil menunjukkan layar ponsel miliknya yang gelap gulita karena tidak aktif atau Sahna memang sengaja menonaktifkan ponsel itu.
"Pake hp gua nih" jawab Anita yang langsung memberikan ponselnya.
"Gua gak hafal nomornya dia" sahut Sahna dengan santainya
"lah gimana sih lu! masa nomor suami sendiri gak hafal ?" keluh Anita tak percaya.
"Ya... ya gimana, orang gua beneran gak hafal" gumam alina pelan seraya membuang muka kesamping menatap arah lain.
"Terus gimana dong kalau dia ngamuk kayak waktu itu ?! gua gak mau ya kena amuk suami lu, serem banget tau gak suami lu kalo udah marah"
"Udah gak usah di pikirin, kalau itu biar jadi urusan gua aja" jawab Sahna yang langsung berjalan menarik tangan Anita berjalan bersamaan.
Dulu, Arbi memang pernah memarahi Anita dan dirinya karena Aku pergi tanpa memberitahu pria itu ditambah pulang terlalu malam. Arbi meneleponku berkali-kali tapi tidak satupun aku menjawab panggilan itu, alhasil pas Aku pulang dengan diantar Anita dan begitu kami sampai di depan rumah, Arbi sudah menungguku dengan wajah menahan kaku bagai kanebo kering, Dia marah padaku dan Anita, sehabis itu Arbi tidak pernah lagi mengizinkan aku pergi sendirian. Sahna melihat sekelilingnya, seperti memperhatikan keadaan sekitar. Dia ingin memastikan kalau suasana sudah aman atau belum.
"Kenapa lu ?" Tanya Anita yang menatap aneh melihat tingkah Sahna.
"Gapapa kok. ayok naik!" Sahna langsung menyetop taksi untuk mereka dan mereka pun masuk kedalam taksi tersebut yang membawa mereka ke sebuah mall.