Harta memang dibutuhkan untuk bertahan hidup namun harta juga gak bisa menjamin seseorang bahagia.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 wib malam dan Adit baru saja pulang dari tongkrongan nya. Bagi yang sudah mengenal Adit itu sudah hal yang biasa itu masih lumrah biasanya dia juga pernah sampai gak pulang kerumahnya selama seminggu jadi gak usah kaget kalau dia pulang jam segitu. Namun tidak dengan kedua orang tua Adit mereka berdua tidak mengetahui jika anaknya itu sering keluar malam dan bermain motor karena mereka saking sibuknya dengan pekerjaannya. Dan saat ini mereka berdua sedang berada dirumah karna ada kepentingan biasanya juga gak pernah pulang kerumah dan selalu sibuk dengan pekerjaannya hingga mereka lupa jika mempunyai anak bagi mereka mungkin harta yang paling utama tapi itu tidak dengan Adit yang Adit butuhkan saat ini yaitu kedua orang tuanya bukan hartanya.Dia sudah bilang kepada keduanya namun mereka tak menggubris sama sekali mereka selalu bilang 'ini semua kita lakukan buat kamu nak' hingga Adit muak dengan alasan yang sering keluar dari mulutnya.
"Kok kamu baru pulang ini sudah jam berapa sayang? Emang kamu dari mana aja sih?" Tanya mama Ela mamanya Adit yang melihat Adit baru pulang.
"Gak penting" balas Adit lalu hendak masuk ke dalam kamar namun suara papanya menghentikan langkahnya.
"Dasar anak gak tau diri ditanya baik-baik malah kayak gitu" tegas papa Surya papanya Adit.
"Saya begini juga karna anda berdua coba saja anda selalu meluangkan waktunya buat saya dan membimbing saya saya tidak akan seperti ini jadi jangan salahkan saya kalau saya seperti ini sama kalian dan satu hal lagi yang saya butuhkan bukan harta kalian tapi waktu kalian buat saya tapi saya sadar itu semua hanya sebuah mimpi belaka kalian sudah terlalu dibutakan oleh harta dan saya sadar akan hal itu" sinis Adit yang menatap miris kedua orang tua nya.
"Jangan kurang ajar ya kamu sama orang tua kita kerja juga untuk memenuhi kebutuhan kamu harusnya kamu bersyukur bisa hidup dengan berkecukupan harta dan bisa membelikan motor mahal itu" seru papa Surya.
"Hidup dikelilingi harta tidak menjamin saya bahagia toh saya juga gak minta pada kalian sekarang lihat motor yang kalian bilang belinya mahal diluar negeri dan limited edition sekarang sana lihat keadaan motor itu, hanya nganggur dan berdebu saja dan saya pun ogah untuk menyentuh nya bukan saya tidak menghargai pemberian anda tapi yang jelas saya tidak minta dibelikan motor itu dan saya juga gak terlalu membutuhkan motor itu jadi jika anda ingin menjual nya silahkan dari pada gak kepakai juga kan" ujar Adit yang keras kepala.
"Benar-benar ya kamu anak yang gak bisa diuntung" bentak papa Surya lalu ingin memukul Adit namun mama Ela berusaha menahan nya.
"Udah lah pah jangan terbawa emosi gini dia itu anak kita anak satu-satunya aku gak ingin bila dia kenapa-napa" seru mama Ela berusaha menenangkan nya.
"Apa? Hah mau mukul saya silahkan sini" ujar Adit sembari maju mendekat papanya.
"Sayang udah dong jangan mancing papa kayak gini mama gak mau kamu kenapa-napa sana kamu pergi ke kamar saja" ujar mama Ela berusaha memberi pengertian supaya Adit mengalah.
"Lepaskan papa ma dia sekali-kali harus dikasih pelajaran biar gak seenak jidatnya sama kita biar dia tau rasa" seru papa Surya yang semakin dibuat emosi oleh Adit.
"Loh silahkan sini kalau mau mukul saya, saya dari tadi udah siap ini kan yang anda mau dari dulu" balas Adit dengan santai dan itu membuat papa Surya menjadi sangat emosi lalu berhasil menonjok hidung Azka sampai berdarah dan jatuh tersungkur. Sontak mama Ela pun langsung berlari menolong Adit.
"Sayang kamu gak papa kan?" Tanya mama Ela yang khwatir.
"Udah jangan sentuh saya biarkan saja ini kan yang kalian mau" balas Adit sembari mengusap darahnya yang keluar dari hidung.
"Sayang jangan gini dong sama mama, mama tau mama salah tolong maafin mama" tangis mama Ela yang pecah.
"Udah ma biarkan saja anak seperti dia gak patut untuk dibela" ujar papa Surya lalu menarik tangan mama Ela untuk menjauh dari Adit.
"Saya tak minta pembelaan saya sudah terbiasa sendiri" seru Azka dingin dan membuat papa nya ingin memukul dia lagi namun tiba-tiba Bi Wati pembantu mereka datang dan menghentikan nya.
"Tuan pliss udah jangan sakiti den Adit bibi mohon" seru Bu wati menghalangi Adit.
"Minggir Bi saya mau kasih dia pelajaran" tegas pak Surya.
"Plus tuan kasian den Adit hidung dia udah berdarah kayak gitu walau bagaimanapun dia tetap anak tuan dan nyonya jadi bibi mohon jangan sakiti dia lagi" tangis bibi Wati sembari memohon kepada papa Surya agar tidak memukul kembali Adit. Papa Surya pun hanya diam setelah mendengar ucapan Bu Wati tadi.
"Den ayho kita ke kamar Aden biar bibi obati lukanya" seru Bi Wati lalu membawa Adit kekamar nya. Mama Ela yang melihat kedekatan anak dan pembantu nya menjadi iri dia yang mengandung dan melahirkan Adit namun Bi Wati yang tau dan lebih dekat dengan anaknya.
Sesampainya dikamar bi Wati membawa Adit untuk tidur di ranjang nya.
"Aden tunggu disini dulu ya bibi mau ambilkan air untuk mengompres luka Aden" seru bibi Wati.
"Gak usah Bi nanti juga sembuh sendiri kok" balas Adit dengan lembut karena dia sudah menganggap bi Wati sebagai ibunya beliau juga yang selama ini telah mengurus dia dan memberi kasi sayang yang tidak ia dapat dari kedua orang tuanya.
"Nanti kalau gak diobati bisa infeksi pokoknya Aden tunggu disini dulu bibi mau ambilkan air sama kompres nya" ujar Bi Wati lalu keluar dari kamar Adit. Lalu Adit hanya bisa pasrah dan menunggu nya. Setelah beberapa saat Bu Wati pun kembali dengan membawa air dan kompresan.
"Aden ini kompresannya bibi mau mengompres luka Aden tapi Aden tahan ya" seru bibi Wati lalu mulai mengompres dengan hati-hati.
"Aww pelan-pelan bi" jerit Adit kesakitan.
"Sakit ya den? Maaf ya bentar lagi mau selesai kok" balas Bi Wati.
"Udah selesai den" ujar Bi Wati lalu membereskan peralatan nya.
"Makasih ya Bi udah perhatian sama Adit dan selalu ada buat Adit pokok nya Adit sayang sama bibi" seru Adit.
"Iya sama-sama Aden udah bibi anggap seperti anak sendiri jadi jangan sungkan sama bibi kalau ada apa-apa bibi juga sayang sama aden" balas Bi wati dengan tersenyum. Namun dibalik kebahagiaan mereka berdua saat ini dibalik pintu kamar Adit mama Ela sedang menangis melihat anaknya yang sangat menyayangi pembantunya itu sedangkan sama dirinya Adit tidak pernah bilang seperti itu.
"Yaudah kalau begitu sekarang Aden istirahat dulu bibi mau kembali ke dapur" seru Bi Wati.
"Iya Bi sekali lagi terimakasih" balas Adit. Mama Ela yang mendengar itu ia pun segera pergi dari situ sebelum mereka berdua mengetahui keberadaan nya. Lalu bi Wati pun pergi dari kamar itu dan kembali ke dapur.