Rasa sesak di dada, air mata yang tak tertahan mengalir begitu saja di pipi Putri. Suara teman-teman yang memanggil namanya tidak dia hiraukan dia terus berjalan cepat dia tidak ingin orang lain melihat pipinya basah oleh air mata. Sampai ada seseorang yang menarik tangannya dan menariknya ke tempat yang cukup tenang
"Disini nggak ada orang lain jadi tenang aja" suara yang tak asing di telinga Putri membuatnya mendongak ke atas karena pemilik suara tersebut mempunyai tinggi di atas rata-rata
"Kak Jefery, maaf aku lagi mau sendiri" Putri mencoba melangkah melewati pria muda berbadan tinggi tersebut tapi langkahnya di hentikan. Kak Jefery tidak membiarkan Putri pergi, dia menghalangi langkah Putri dengan berdiri tepat di depannya. Jarak mereka teramat dekat membuat Putri menyerah dan melangkah mundur untuk sedikit mejaga jarak dengan lawan bicaranya tersebut
"Disini jarang ada orang lewat, jadi kalo mau nangis disini aja dulu aku juga sering kesini kalo lagi pengen sendiri atau lagi punya masalah" Kak Jefery memberi saran pada Putri lalu duduk di kursi yang ada di sana . Dia tahu Putri tidak bisa menangis di rumah itu sebabnya dia membawa Putri ke dekat gudang yang jarang di lewati orang-orang
"Iya siapa yang mau lewat kesini coba terpencil gini" jawab Putri masih dengan suara yang tersedu sedu, menyadari itu Putri menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan terduduk di kursi sambil membalikan badannya memunggungi lawan bicaranya tersebut
"Kalo mau nangis iya nangis aja jangan di tahan gitu. Kalo air mata nya nggak di keluarin nanti kepala kamu jadi gede loh" Kak Jefery membuat candaan garing tapi candaan tersebut berhasil membuat Putri sedikit tersenyum dan kembali berbalik ke arahnya
"Mana ada orang nahan nangis kepalanya jadi gede" jawab Putri dengan senyumannya yang kembali merekah walau pipinya masih merah karena menahan tangis
"Iya ada lah, itu kamu kepalanya gede. Pasti kamu sering nahan nangis makannya jadi gede kepalanya" jawab Kak Jefery sambil memegang kepala Putri
"Ihh ini bukan karena nahan nangis tapi emang dari sananya" jawab Putri sambil tertawa karena tingkah jahil kak Jefery
"Nah udah ketawa lagi sekarang" Kak Jefery merasa lega melihat Putri yang tertawa seperti biasa lagi. Putri hanya membalas perkataan Kak Jefery dengan senyuman yang manis
"Kamu lagi berantem sama temen iya?" Tanya Kak Jefery memulai percakapan serius. Mendengar pertanyaan itu membuat Putri sedikit menghilangkan senyumannya
"Kamu bisa cerita kalo kamu mau, tapi kalo kamu masih ragu sama Kakak nggak apa-apa jangan di ceritain" sambung Kak Jefery lagi dia tahu Putri sepertinya belum terlalu terbuka padanya, mengingat dia baru beberapa bulan ini kenal dengan Putri. Perkataan Kak Jefery tadi di balas kembali dengan senyuman Putri yang memang sudah menjadi kebiasaannya bila enggan menjawab Putri biasanya hanya tersenyum
"Dulu aku takut terlalu deket sama orang, bagi aku dulu nggak ada yang namanya temen semuanya cuman kenalan aja. Aku bukan orang berada, walau aku masih kecil aku harus membatu pekerjaan ibuku karena pas aku kelas 7 SMP Ayahku meninggal dan kamipun tidak punya penghasilan" Kak Jefery tiba-tiba menceritakan kehidupan pribadinya pada Putri. Cerita tersebut membuat Putri sedikit terkejut mengingat bagaimana Kak Jefery sangat ramah pada semua orang dan memiliki banyak teman di sekolah
"Terus sekarang masih takut punya temen ?" Tanya Putri penasaran terlihat dari matanya yang memiliki banyak pertanyaan
"Aku dulu minder makannya takut, aku takut orang lain akan ngeremehin aku. Sampai aku masuk eksul taekwondo pas aku kelas 8, itu juga di ajak temen yang aku anggap cuman kenalan di kelas aja. Tapi dia setia banget sama aku dia mau cerita segala hal sama aku termasuk sering bantuin aku saat susah juga dan aku sadar kalo dia itu nganggap aku berarti untuknya nganggap kalo aku ini teman dia bukan kenalan" jawaban Kak Jefery tersebut membuat Putri tersadar dengan maksud Kak Jefery. Untuk sesaat Putri terlihat berpikir dia termenung lalu menatap ke arah Kak Jefery
"Tapi sekarang Kak Jefery udah sukses makannya Kak Jefery bilang gitu" Putri ingin memastikan jawaban apa lagi yang akan Kak Jefery berikan
"Aku bukan sukses karena usaha sendiri tapi karena keluarga dan temen-temen yang sering bantuin aku dengan waktu dan pengertian mereka, kalo mereka nggak bantuin aku dengan mendengar keluh kesah aku nggak tahu deh apa aku bakal kayak sekarang" jawab Kak Jefery sambil menatap Putri dengan senyumnya yang menawan. Putri kemudian tersenyum setelah mendengar jawaban dari Kak Jefery tersebut, itu membuat Putri teringat pada teman-temannya yang selalu ada untuk dirinya.
-------
Ponsel Putri terus saja sibuk di penuhi oleh notifikasi dari para pelanggannya. Walau melelahkan Putri senang bila ponselnya di penuhi oleh pesanan para pelanggan dia selalu tersenyum saat melihat notifikasinya. Hari sudah sangat larut dan besok adalah hari minggu, mungkin itu sebabnya pesanan tidak juga berhenti dari mulai pesanan kue sampai dengan skin care. Karena Putri hanya reseller dia tinggal memesankan mengecek barang lalu memesan pada penjualnya lalu penjual akan langsung mengirimkan barang atau makanannya pada pelanggan. Tak jarang ada pelanggan yang komplain tapi Putri menanganinya dengan baik sehingga pelanggan tidak merasa kecewa. Hanny yang melihat Putri masih bekerja dengan ponselnya dan bahkan kali ini Putri beralih ke laptop merasa heran apakah kakak sepupunya itu tidak lelah setelah seharian sekolah lalu pulang sekolah dia mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan sekarang malam hari dia masih bekerja
"Itu ponsel udah mati sekarang di pindahin tugasnya ke laptop, terus kapan teteh mau tidur"
"Iya nanti bentar lagi, tadi ponselnya mati setelah seharian di pake untung ada laptop jadi kerjanya lebih gampang" jawab Putri sambil tetap menatap laptopnya
"Iya udah terserah sama teteh aja yang penting jangan sampe sakit karena kecapean terus tugas sekolah juga jangan sampai terbengkalai" Hanny memperingati kakaknya tersebut mengingat dia terlalu sibuk akhir-akhir ini. Putri hanya mengangguk dan tersenyum mendengar kekhawatiran adik sepupunya tersebut. Waktu sudah menunjukan pukul 00.45 lewat tengah malam Putri masih bergelut dengan laptopnya. Putri melihat baterai ponselnya yang sudah terisi penuh menandakan sudah sekitar 2 jam dia mengguankan laptopnya sejak ponselnya mati. Dia mencabut kabel yang menyambungkan listrik dengan ponselnya. Terdapat banyak pesan yang masuk di ponsel Putri, ternyata itu dari teman-temannya Putri. Dia berpikir kenapa mereka malah mengirim pesan sms bukannya pesan chat seperti biasanya. Dia membaca pesan sms yang di kirimkan teman-temannya yang hanya menyapa saja. Putri pun beralih dari ponsel ke laptopnya lagi dan membaca pesan chat yang tersisa semua pesan dari pelanggan telah dia balas semua, ternyata tinggal pesan dari teman-temanya . Dia membaca pesannya satu persatu air mata mengalir begitu saja di pipi mulus Putri, dia merasa terharu oleh pesan yang di kirimkan teman-teman padanya. Selama ini dia hanya menganggap mereka hanya sebatas teman sekelas tapi ternyata mereka menganggp Putri sebagai sahabat mereka
"Putt maaf iya kalo kita lancang"
"Putt kamu nggak usah dengerin si Bayu dia kan nggak tahu soal hidup"
"Putt kalo ada yang bisa aku bantu bakal aku bantuin deh"
"Maaf Putt aku nggak liat situasi nanya kamu soal kerjaan kamu"
"Kalo masih marah sama si Bayu bisa kita bicarain atau mau gebukin si Bayu juga nggak apa-apa aku bantuin"
"Putt kalo kamu mau cerita aku bakal dengan senang hati dengernya"
Itu lah sebagian kecil isi pesan chat yang di kirimkan teman-temannya. Pesan-pesan itu membuat dia sadar kalau dia sekarang sudah tidak sendirian menghadapi hidup. Dia sekarang punya teman yang bisa di ajak berkelu kesah atau pun bersenang-senang. Berkat pesan-pesan itu Putri tersenyum sebelum memutuskan untuk tidur. Tanpa Putri sadari Hanny memperhatikannya yang sedang tersenyum tapi air matanya tak berhenti keluar, untuk sesaat Hanny merasa takut tapi kemudian dia sadar kalau kakaknya sedang terharu oleh pesan yang di kirimkan padanya. Hanny ikut tersenyum melihat kakak nya bahagia, dia jarang sekali melihat kakaknya benar-benar tersenyum. Karena biasanya Putri hanya tersenyum saja tanpa ada perasaan apapun di dalamnya. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari Putri akhirnya tertidur juga begitu juga dengan Hanny yang tertidur lagi setelah memberi laporan pada Bayu. Sedangkan yang di beri laporan malah tidak bisa tidur dia merasa bersalah karena bersikap kurang sopan pada Putri. Kenapa dia bersikap bodoh hanya karena cemburu. Iya Bayu cemburu kenapa Putri harus bekerja di tempat Kak Jefery bukan di tempatnya. Padahal keluarga Bayu juga mempekerjakan reseller di toko kuenya bahkan dia juga punya toko baju dan masih banyak bisnis lainnya yang menggunakan jasa reseller. Tapi kenapa Putri tidak bekerja di tempatnya saja begitulah pikir Bayu.
*******