Chereads / MELANTHA / Chapter 20 - DIA SANGAT LUCU

Chapter 20 - DIA SANGAT LUCU

Dipagi hari yang cerah dan dengan percaya dirinya sang mentari menyinarkan sinarnya yang begitu silau di mata di ufuk bagian timur. Berhubung ini akhir tahun yang tentu saja memasukki musim hujan, sinar terik mentari dipagi hari hanyalah sebuah sambutan sebelum per-ghostingan.

Mungkin pagi masih cerah bersinar langit bersih biru sedikit awan, namun jika nanti sudah memasukki siang sedikit saja pasti bisa di jamin hujan akan turun tiba-tiba tanpa ampun. Tapi ya begitulah musim selalu ada masa akan berubah seperti yang di tentukan.

Wajah yang cerah entah karena apa tanpa alasan dia berjalan memasukki gerbang dengan senyum merekah tiada henti. Suasana hatinya sedang tenang dan senang tidak seperti biasanya, mungkin ini setelah dua minggu yang lalu ia merasa seperti sekarang.

Tak ada guru piket yang berjaga di depan gerbang sembari menyambut salam anak-anak didik mereka, hanya dua orang satpam sekolah berjaga sambil memberitahu agar memarkirkan kendaraan mereka dengan rapih.

Greysia sedikit menunduk menyapa dua satpam tersebut, dia menyapa dengan ramah begitu pula mereka membalas sapaan gadis itu. Sesekali bersenandung menolah-noleh barangkali berpapasan dengan teman sekelasnya.

Saat ia berjalan melewati depan bengkel anak TKR, seorang guru memanggil dirinya.

"Eh mbak sebentar" panggil beliau.

Greysia berhenti, dia menoleh lalu memberi salam terlebih dahulu kepada guru perempuan yang masih belum bisa di bilang tua.

"Pagi, Bu. Ada yang bisa di bantu?" ujar gadis itu sopan.

"Kamu dari jurusan apa?" tanya beliau.

"Sebelas multimedia satu, Bu" jawab Greysia.

"Kebetulan kalo gitu. Tolong panggilkan teman sekelas kamu yang bernama Glend ya, bilangin suruh ke ruang TU menemui Bu Novi" ucapnya.

"Glend, Bu?" tanya balik gadis itu.

"Iya, memangnya Glend siapa lagi yang dari multimedia satu kalau bukan teman satu kelas kamu. Cepetan ya ditunggu sampai sebelum bel, makasih ya... siapa nama kamu?"

"Greysia, Bu"

"Iya, makasih ya Mbak Greysia"

Seperginya guru tadi, dahi Greysia berkerut. Sembari bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa ia mempunyai teman sekelas bernama Glend ini. Sepertinya tidak. Atau mungkin saja.

Buru-buru ia ke kelasnya sembari membawa amanah yang ia pegang. Dia memasukki kelas yang sudah ramai meski belum semua murid sudah datang juga sih. Dia berdiri di depan pintu, matanya mengedarkan padangan dari kanan ke kiri dari depan kebelakang.

"Siapa sih Glend?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Lalu dari belakang seseorang menyahuti pertanyaannya.

"Gue, kenapa?" kata orang itu membuat Greysia terperanjat kaget.

Memegangi dadanya yang degdegan ia menatap sinis Glend yang berdiri menggantikan tempatnya tadi.

"Jangan sekali-sekali lo ngagetin gue lagi. Gue kagetan bego si anjir"

"Ape sih dih gak jelas" ujarnya lalu melengos begitu saja.

Tak mau kalah cepat, Greysia berlari mendahului laki-laki itu dan menghalangi jalannya membuat langkahnya berhenti tepat di hadapan Greysia yang sedang merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Sabar dulu dih lah, buru-buru amat si bapak" cegah gadis itu.

"Kenapa sih?"

"Lo di panggil noh suruh ke TU nemuin Bu Novi"

"Nanti aja kalo istirahat"

"Eh gak bisa, ditunggu sampe sebelum bel masuk nanti. Jadi lo harus kesananya sekarang"

"Balik lagi dong gue?"

"Dih derita lo, udah ya gue udah nyampein amanahnya jadi lo tinggal cus ke sono"

"Hmm, thanks"

"Of course"

Perjuangan dalam mendengar sebuah pembelajaran memang bukan main ngantuknya. Entah sudah keberapa kalinya dia menguap yang mungkin saja tidak hanya dirinya yang merasa seperti itu. Belum lagi di luar hujan sedang turun sejak satu jam yang lalu membuat efek dobel bagi kelopak matanya untuk segera menutup.

Bel penanda bergantinya jam pelajaran. Bel berbunyi saja sudah menjadi syukur yang berlebihan bagi semua murid. Setidaknya mereka bisa bernapas sebentar sembari menunggu guru pembimbing selanjutnya datang mengisi kelas.

Greysia duduk di bangku paling depan tepat di samping pintu bersama satu temannya. Dia menoleh ke belakang mencari satu kursi kosong yang bisa ia tempati untuk dua jam kedepan, untung saja ada. Dia izin ke teman sebangkunya sebelum beralih tempat ke belakang.

Gadis itu melempar tasnya diatas meja, didudukkan bokongnya pada kursi lalu menjatuhkan kepalanya di permukaan meja menjadikan tas sebagai pengganti bantal. Sedangkan temannya yang ada di samping menatapnya heran.

"Ngapain lo disini?" tanyanya.

"Semedi sebentar lagian temen lo ngoceh tuh di bangku tetangga" jawabnya tanpa menoleh.

"Balik sono abis ini produktif empat kan, gak boleh pindah tempat" imbuhnya.

Barulah Greysia memutar kepala yang tadinya pipi kanan menempel pada tas sekarang berganti pipi sebelah kiri. Dia berdecak, "Tck, cerewet banget sih lo... Kalo gue bilang ke Pak Mugi gue nebeng buku lo juga dia okein aja" balas gadis itu.

"Serah deh"

"Ah... Hm~ kita pernah sekelas pas kelas sepuluh ya? Kok gue gak tahu sih?"

"Kayaknya kata gak tahu kurang cocok deh, coba lo ganti gak inget... Lo kan sibuk—" ucap Glend dengan nada sedikit menyindir.

Lalu ia mengimbuhi, "—sibuk main terus kelayapan. Gue aja inget lo bolos selama empat jam di parkiran belakang tiap pelajaran bahasa sama PPKN" katanya.

Punggung Greysia tegak kembali, dia sedikit menghadap ke arah Glend sembari menopang dagu. "Emang ya? Kalo gitu lo absen berapa? Terus di bangku sebelah mana?"

"Sepuluh, yang duduk sendirian di paling depan dan deretnya anak-anak cupu"

Greysia terdiam sejenak kemudian bersorak, "Oh oh oh oh!!!! Ohhhh lo yang anaknya lurah itu ya? Si anjir ternyata elo? Widih" serunya heboh membuat beberapa anak menoleh kearah mereka.

Glend menatap sinis perempuan di sampingnya ini, "Berisik bego" hardiknya.

Dibalas cengegesan oleh gadis itu, "Jadi beneran ya lo anaknya lurah? Gue kira anak-anak tuh manggil pak lur siapa eh ternyata dirimu. Gila gue kudet banget setahun baru ngeh"

"Lo kan tolol wekawekaweka"

"Njir ketawa lo nojaem banget"

"Nojaem apaan?"

"Mau tau? Jadi pacar gue dulu dong"

"Lucu lo... dasar"

"Nojaem tuh gak lucu..." ujarnya lalu mengambil buku dan bulpoint milik Glend yang tergeletak di atas meja lalu mulai menuliskan huruf hangeul disana, "Nih 노노 dibaca nono yang artian tidak, plus 재미있어 jae mi iss eo berarti lucu atau menyenangkan... Jadi kalo di gabungin tidak lucu. Understand?"

"Gak... Aksara aja remed pake acara beginian"

"Dih itukan elo, gue mah akrasa udah di luar kepala palingan yang remed cuma bahasa kramanya doang hahahaha"

"Orang jawa yang gak tahu jawanya, bego"

"Mau kesinggung tapi omongan lo bener juga, lagipun gue gak ada waktu buat tersinggung sama omongan orang"

"NEM lo berapa sih? Bukan maksud apa-apa cuma nanya aja"

"Dijawab gak nih?"

"Terserah lo aja mau jawab apa enggak, gue tebak lebih tinggi dari gue"

"Yaudah tebak berapa coba"

"24? 22?"

"29,35"

"Wah tinggi ya, jauh banget sama gue. Asik dong pasti orang tua lo seneng"

Greysia terlihat menghela napas berat, "Maunya sih gitu, ngarepnya bakal di puji atau di kasih hadiah seenggaknya kaya orang-orang. Nyokap maunya gue jadi nomor satu sedangkan di SMP gue dulu anaknya ambis abis, buat nyalip satu aja napas berasa senin kamis"

"No comment deh gue nanti salah ngomong"

"Baguslah... Bagus lo gak komen apa-apa, udah capek di komen terus hidup gue"

Diasikkan mengobrol satu sama lain sejak tadi, percakapan mereka di putus oleh Sarang. Gadis berambut sebahu yang duduk di belakang bangku Greysia. Dia sama-sama teman dari Glend dan Greysia, maksudnya adalah teman satu circle entah di sekolah maupun di luar sekolah.

"Asik bener nanti jadian loh" canda gadis itu.

Greysia membalas, "Cocok dong berarti" ujarnya.

"Sinting" cibir Glend.

Sarang tertawa, "Eh Grey temenin ke kamar mandi yuk, nungguin Pak Muginya dateng lama bener" ajaknya.

"Ngapain? Beser?"

"Tamu penting"

Kemudian Greysia mengangguk paham. Paham sekali. Dia beranjak, tangannya langsung di raih oleh temannya itu. Tak lupa ia menoleh lagi ke belakang saat Glend masih sibuk dengan handphone miliknya. Dia memanggil nama laki-laki itu dan saat mendongak buru-buru Greysia melemparkan wink genit membuat Glend menatapnya datar juga kesal. Sedangkan Greysia sendiri cekikikan melihat rupa Glend tadi.

"Suka lo?" ujar Sarang.

"Hmm gak tahu deh" jawab Greysia seadanya sembari cengar-cengir.