Patissia dan Oja berjalan menyusuri jalanan yang mulai ramai dengan lalu lalang manusia. Tidak ada kendaraan yang berarti kecuali kau punya sayap atau kemampuan teleportasi. Mereka berdua tidak tampak seperti seorang pendeta dan seorang putri. Melainkan pasangan remaja dewasa yang berjalan-jalan di pagi hari.
Oja meminta Patissia untuk mencopot bagian zirah perangnya agar tidak terlalu mencolok saat berjalan di tempat umum.
"Tuan Oja," Patissia memanggil tatkala melihat sekelompok pasukan kerajaan berpapasan dengan mereka.
"Iya, Patissia?" Oja mengikuti arah pandang Patissia.
Sepasukan tentara kerajaan dengan perawakan manusia yang tegap, tinggi, dan terpilih dengan mata biru yang kentara berjalan tergesa. Penduduk yang memakai jalanan pun segera menyingkir dan memberikan jalan bagi pasukan itu.
"Rambut pirang dan mata biru," gumam Patissia.
Kini dirinya sadar betapa mencoloknya dia. Patissia dengan rambut cokelat dan mata peridot.
"Tuan Oja, apa tidak ada manusia lainnya yang berbeda dari bangsa asli Eileithya di sini?" tanya Patissia.
Oja terdiam dan berpikir sejenak.
"Hmnn, sebenarnya ada. Selain bangsa Eileithya asli ada bangsa manusia lainnya yang cukup berbeda. Kamu ingat bartender yang ada di penginapan?" tanya Oja.
"Yang memiliki rambut hitam?" tanya Patissia.
"Ya, itu bukan cat rambut melainkan warna asli. Kebanyakan mata mereka merah atau hitam pekat. Ras yang seperti itu kebanyakan buruh kasar dan tidak terlalu mencolok di Eileithya,"
"Jumlah mereka hampir sepertiga. Walaupun begitu, mereka tidak akan mampu menandingi Eileithya dalam hal apapun. Suku itu namanya Hazere. Seingatku begitu, nanti di kota kita akan melihat lebih banyak,"
Patissia mengangguk saja mendengar penjelasan Oja tentang tempat dan suku yang ada di benua ini.
"Itu gedung pemerintahan," Oja menunjuk ke arah kubah raksasa berwarna biru kristal. Ada menara-menara tinggi di sekitarnya.
Sedangkan tempat-tempat yang lain memiliki corak warna yang sama hanya bentuknya yang tidak semegah gedung pemerintahan.
"Kita akan menuju market," ucap Oja pendek.
Langkah kaki mereka membawa ke sebuah tempat yang sangat ramai. Ras asli Eileithya dan Hazere benar-benar bercampur. Minoritas lainnya berupa ras kucing dan ras satir. Patissia menatap dengan takjub.
"Jangan sampai terpisah jauh dariku, Patissia. Pukul sembilan pagi nanti, kita harus ke kantor pemerintahan," jelas Oja.
"Baik Tuan Oja,"
Patissia fokus mengamati langkah kaki Oja. Telinga kucing dan surai perak itu cukup mencolok. Patissia tidak terlalu takut kehilangan jejak Oja. Patissia turun mengamati punggung Oja.
Berbeda dengan ras kucing lainnya, Oja lebih tegap dan tampak mirip sekali dengan manusia. Hanya saja... Patissia terpaku pada tempat di mana seharusnya tumbuh ekor. Kebanyakan ras kucing memiliki ekor panjang menjuntai. Pakaian mereka juga menyesuaikan.
Sedangkan Oja tidak memiliki hal itu. Tiba-tiba Oja berhenti dan Patissia terlambat menghentikan langkahnya.
Buk!
Patissia mengaduh dan melangkah mundur. Hidungnya menjadi korban karena menabrak punggung Oja.
"Hmn, sudah kubilang untuk fokus. Apa yang sedang kau pikirkan?" Oja menatap Patissia.
"Maaf, Tuan Oja. Tempat ini sangat ramai dan saya tidak terbiasa," Patissia mencari alasan dan menggaruk kepalanya.
Oja mengembuskan napas panjang.
"Jangan lupa, aku ini pendeta," Oja menyipitkan mata dan menarik tangan Patissia.
"Kita ke mana?" tanya Patissia kaget saat tangan hangat Oja menyentuh tangannya yang dingin.
"Ke tempat Sang Alkemis. Semoga dia masih berada di sini,"
Patissia menelan ludah dan mengembuskan napas cukup panjang. Mereka berlari ke sebuah tempat di mana pedagang barang antik menjajakan oleh-oleh cenderamata kerajaan Eileithya. Gemerlap kristal biru sangat antik, Patissia terhenti sejenak menatap satu dua gelang bermanik biru langit itu.
"Kau mau?" tanya Oja.
Sejak tadi Oja berbicara dengan pedagangnya yang berambut hitam dan bermata merah. Patissia yang sadar langsung tertegun. Kenapa yang berdagang cenderamata asli malah suku Hazere yang termasuk minoritas?
"Halo Nona, saya Meruem. Ini toko cenderamata," perempuan paruh baya itu tersenyum lugu.
"Hai, s-saya Patissia,"
"Ini buat kamu," Oja mengambilkan sebuah kalung dengan liontin kristal biru dengan bentuk diamond.
Patissia menerimanya dan hendak protes karena dia ingin gelang, bukan kalung.
"Ini uangnya, terima kasih informasinya," Oja menarik tangan Patissia lagi dan segera meninggalkan tempat itu.
"Dari perkataan Meruem, Sang Alkemis tidak ada di sini sejak satu minggu yang lalu. Lebih baik kita keluar dari pasar ini sebelum prajurit kerajaan mencari kita,"
Oja terus menarik Patissia menyibak kerumunan dan keluar dari pasar itu dengan cepat. Di luar ternyata ada beberapa prajurit yang sudah menunggu. Seorang Letnan berdiri dengan samurainya.
"Tuan Oja,"
"Ah maaf, saya hanya menunjukkan betapa indahnya Eileithya ini kepadanya," jawab Oja.
"Baiklah, ayo segera ikut kami,"
Letnan itu melirik tajam ke arah Patissia yang gaunnya tampak sangat berbeda dan rambutnya yang cokelat sangat mencolok. Mendapat tatapan seperti itu, Patissia tidak gentar, malahan merasa tertantang.
"Kalian punya waktu setengah jam untuk bertemu dengan Lord kami," ucap Sang Letnan.
"Apa beliau tidak sibuk hari ini?" tanya Oja penasaran.
Bagi Patissia, waktu setengah jam adalah waktu yang sangat singkat. Namun, Oja malah bertanya seakan-akan Lord Eileithya sedang longgar waktunya.
"Ya, beliau sedang membagi waktu untuk pertemuan-pertemuan penting saja,"
"Bagaimana dengan latihannya di Alter Wermongeer?" tanya Oja lagi.
Patissia menyimak pembicaraan itu baik-baik. Diam-diam Oja tahu banyak hal tentang. Bahkan membuat Letnan bungkam seketika.
"Ya, hasilnya baik. Tetapi tampaknya beliau masih merasa kurang,"
Melihat tatapan Letnan yang teduh berubah menjadi nanar, Patissia mendapatkan satu makna berbeda. Mungkinkah Lord Eileithya memiliki kadar ambisius yang meresahkan?
Mereka terus berjalan melewati liku akar Yggdrassil yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Bagi Patissia, itu adalah jalan yang antik dan unik. Namun, Patissia tidak akan mengagumi ukiran dan bentuk-bentuk indah pada akar Yggdrassil yang tidak mungkin dipahat oleh manusia itu.
Patissia fokus ke pohon Yggdrassil itu sendiri. Sangat besar dan Patissia tidak melihat kalau batang-batangnya di jamah oleh manusia.
"Tuan Oja, kerajaan itu di bagian mananya?" tanya Patissia dengan logat Eriscia.
Letnan menoleh dan menatap aneh. Patissia segera memperbaiki struktur kalimat yang diucapkannya.
"Di sebelah mana istana kerajaan berada?" tanya Patissia.
"Di pangkal bawah batang Yggdrassil. Kota dibangun ke bawah tanah," ungkap Oja.
Patissia mengangguk walaupun sedikit tidak paham. Kalau begitu berarti bagian atas pohon tidak di jamah manusia?
"Nona baru, kau pasti bertanya-tanya tentang bagian atas pohon Yggdrassil? Bagian paling atas pohon adalah tempat sakral dan suci, tempat dewa dewi berada. Fokuslah jangan banyak bertanya,"
Mendengar teguran Letnan, Patissia terdiam. Tempat dewa dewi katanya?
Mereka terus berjalan sampai ke tempat di mana Patissia memasuki halaman istana yang super megah dan didominasi dengan kristal biru.
"Kita sampai, mari ke pelataran, Lord menunggu kalian,"