🌷 HAPPY READING 🌷
***
MOHON MAAF, APABILA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, ALUR, KARAKTER, ATAUPUN PERISTIWA DALAM CERITA INI.
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI PENULIS.
***
"Kalian tau nggak, di sekolah kita ada guru baru loh," ucap Dea memecahkan keheningan yang terjadi diantara teman-temannya.
Remi dan Zizi langsung menoleh, wajah keduanya penasaran dengan ucapan Dea barusan.
"Guru baru? Siapa?" tanya Zizi.
"Cowok apa cewek?" Remi juga ikut bertanya.
Dea mengangguk. "Cowok loh, trus katanya masih muda. Sekitar 20-an lah." Dea meminum cappuccino-nya. "Udah S2 lagi," lanjutnya.
Mata Zizi dan Remi berbinar-binar.
"Njiirr ... umur 20-an udah S2. Tipe gue banget," ujar Remi.
"Dia udah punya pawang, nggak?" tanya Zizi antusias.
"Dari gosip yang gue dengar sih, dia masih single," jawab Dea seadanya.
"Hmm ... bolehlah, kita dekatin." Zizi dan Remi terkekeh pelan.
Dea tersenyum. Pandangannya teralih pada gadis yang duduk di samping Zizi. Sedari tadi gadis itu hanya diam, menatap layar ponselnya.
"Lo nggak tertarik Noe?"
Noe menatap Dea, tiba-tiba ponselnya berdering lagi.
Calon Mantan Ke-49 💙
By aku kan, udah bilang dia cuman teman aku.
Aku mohon sama kamu, jangan salah paham.
Dia benaran teman aku. Kemarin aku pergi nggak berdua sama dia kok, tapi sama teman-teman yang lain.
Aku mohon, kamu percaya sama aku.
Pliss ... jangan di read doang. Aku benar-benar sayang sama kamu.
Aku nggak mau kehilangan kamu Noe. Kamu duniaku. Aku udah janji bakal setia sama kamu. Dan aku pasti bakal nepatin janji aku.
Tolong percaya sama aku.
Noe tersenyum miring menatap layar ponselnya. "Dasar, bucin," ucapnya. Jarinya menekan beberapa tombol keyboard di layar ponselnya.
Terserah.|
Kita putus!|
Anda telah memblokir kontak ini.
"Gue lumayan tertarik sama guru itu," ucap Noe sambil tersenyum, meletakkan ponselnya di atas meja.
"Eh, bukannya lo masih pacaran sama Chiko?" Zizi menatap Noe yang cengar-cengir.
"Gue baru putus sama dia," ucap Noe terkekeh.
"HEH?!" kaget Zizi dan Remi bersamaan.
"Kok bisa?!"
Dea menghela napas panjang. "Kalian kayak nggak kenal Noe, aja," ucapnya.
"Tapi kan ... Chiko itu setia banget sama lo," ucap Zizi yang diangguki oleh Remi.
"Trus juga, dia sayang banget sama lo, Noe. Kok di sia-siain, sih?" Remi sungguh tidak terima jika Noe dan Chiko putus. "Alasannya putus apa coba?" tanya Remi.
"Nggak mungkin kan, Chiko selingkuh dari lo?" tanya Zizi.
Noe memutar-mutar jari telunjuknya ke meja. "Emang sih, Chiko itu setia dan sayang banget sama gue. Dia nggak selingkuh, kok. Cuman ... yah, gitu." Noe mengedikkan bahunya.
"Maksudnya ya, gitu apaan?" tanya Zizi, sambil mengedikkan bahunya juga.
"Gue udah terlanjur kecewa sama dia Zizi. Kemarin dia jalan sama temannya, nggak ngasih tau gue. Toh juga, gue pacaran sama dia cuman pengen ngerasain punya pacar barista," jelas Noe.
"Yaahhhh ..." Remi dan Zizi terlihat sangat kecewa. Sekarang mereka tidak akan mendapatkan kopi gratis lagi.
Dea tersenyum, menatap Noe yang tertawa kecil. "Ck! Bilang aja udah bosan."
"Tepat dua minggu, ya," ucap Dea.
Noe meletakkan jari telunjuknya ke dagunya, lalu mengangguk. "Hm. Tepat dua minggu."
"Lumayan lama, dibandingkan yang lain," ujar Remi.
"Mantan ke-49 Noelia Arrofanya, Chiko si barista tampan!" Zizi tertawa terbahak-bahak. Remi, Noe dan Dea ikut tertawa.
"Gue tantang lo Noe!" Remi menunjuk Noe yang meminum ice cappucino.
Noe menaikkan salah satu alisnya. Baru kali ini, Remi menantangnya. "Apa, tuh?
Zizi dan Dea langsung menoleh pada Remi.
"Lo harus buat guru baru di sekolah kita, suka sama lo," ucap Remi tersenyum puas. "Gimana? Bisa?"
Noe tertawa ngakak. "Itu aja?"
Remi mengangguk dengan kedua tangan dia silangkan di dadanya.
"Ck! Gampang, tuh."
"Kayaknya lo jangan anggap enteng deh, Noe. Gue dengar-dengar dia itu lumayan dingin, trus nggak pernah natap cewek," ujar Dea.
"Serius?" tanya Zizi.
"Dua rius malahan. Bayangin aja, pas ngejelasin dia nggak pernah lihat murid-muridnya, malah natap ke plafon kelas."
"Ppfftth ... ngapain dia liatin plafon kelas?" tanya Remi, sedikit lucu mendengar ucapan Dea.
"Liatin cicak sama tokek yang lagi malam pertama," jawab Noe asal.
"Bukannya kita nggak sekolah malam? Berarti bukan malam pertama Noe, tapi siang pertama," ujar Zizi.
Dea, Noe dan Remi langsung menatap datar Zizi. Padahal Noe cuman bercanda tadi.
"Dia juga selalu jaga jarak sama murid cewek, bahkan guru cewek juga," ucap Dea melanjutkan gosip yang dia dengar.
"Punya phobia, kah?" tanya Remi.
"Nggak mungkin deh. Kalau pun punya, dia nggak mungkin kerja di sekolah kita. Yah ... kalian taulah, sekolah kita kebanyakan murid sama guru cewek." Noe tidak percaya jika guru baru itu punya phobia terhadap kaumnya.
"Gue setuju sama Noe. Sekolah kita kan, dulu sekolah khusus perempuan. Cuman gara-gara pergantian kepsek, jadi berubah, deh," ucap Dea.
Noe tersenyum lebar. "Gue jadi penasaran sama si guru baru itu."
"Jadi lo bakal buat dia suka sama lo?" tanya Zizi.
Noe mengangguk pasti.
"Kalau dia baper?" tanya Dea.
"Yah, tinggalin," jawab Noe santai. "Lagipula, kita tinggal beberapa bulan lagi bakal ujian nasional."
"Njiirr ..."
"Atau nggak, ntar Remi aja yang tanggung jawab. Kan, dia yang buat dare-nya."
"Enak aja lo! Yaudah, nggak usah lakuin." Remi tidak mau jika harus bertanggung jawab. Toh, dia buat dare hanya untuk bercanda saja.
"Bercanda Remi. Tenang, gue bakal buat dia suka sama gue, trus gue buat dia ngelakuin kesalahan. Jadi, gue punya alasan buat ninggalin dia," jelas Noe yang sudah memikirkan sebuah rencana di otak pintarnya.
"Terserah lo." Remi bangkit dari kursinya.
"Lo mau kemana?" tanya Dea.
"Gue harus pulang sekarang. Gue udah janji sama Mama, pulangnya sebelum Maghrib." Remi berjalan menuju kasir. "Hari ini, gue yang traktir ya, guys!"
"Thank you, Remi!!" teriak Noe, Zizi dan Dea bersamaan, lalu tertawa terbahak-bahak.
"Njiirr ... ngapain kalian teriak, sih! Malu gue, kampret," bisik Remi dengan mata melotot.
"Sengaja," ucap Noe sambil berdiri. "Yuk, kita balik juga. Nggak baik, anak gadis pulang Maghrib."
Dea dan Zizi mengangguk. Bangkit dari kursi mereka, lalu mengikuti Noe yang berjalan keluar cafe.
"Eh, guys! Gue lupa nanya sesuatu," ucap Zizi ketika mereka sudah sampai di parkiran.
"Apaan?" tanya Noe sambil membuka pintu mobilnya.
"Kalau cicak sama tokek gituan, ntar anaknya jadi apa?"
Noe dan Dea saling bertatapan.
"REMI BURUAN!! KITA TINGGALIN ZIZI SENDIRI!!!" teriak Dea, lalu masuk ke dalam mobil Noe.
Noe cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, lalu menyalakan mesin mobil.
"Eh, kalian mau ninggalin gue?" panik Zizi ketika Noe sudah memutar mobilnya keluar dari area parkir.
"Dadah Zizi ..." Dea melambaikan tangan dari dalam mobil.
"Huwaa ... jangan tinggalin gue ..." Zizi mulai menangis seperti anak kecil.
"Woi!! Anak orang kalian buat nangis!" teriak Remi sambil menenangkan Zizi yang menangis.
Noe dan Dea tertawa terbahak-bahak dari dalam mobil. Kemudian Noe kembali memutar mobilnya untuk mengambil Remi dan Zizi.
***