Tut.
Raka memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Ia lalu bergegas ke luar dari kamarnya dan menghampiri Elzia di ruang televisi.
Baru saja ia akan menghampiri Elzia, ia langsung mengurungkan niatnya ketika melihat apa yang Elzia lakukan di depan televisi.
Elzia memotret televisi tersebut tepatnya pada wajah aktor yang sangat idolakan.
"Yes!! Dapat juga gambar yang bagus.." Gumam Elzia ketika ia puas dengan hasil jepretannya.
Raka yang melihat hal itu tersenyum.
"Ternyata dia benar-benar sangat mengidolakan pemeran utama di sinetron itu.. Sampai segitunya Hmm.. Baguslah.. Pecinta produk lokal." gumam Raka.
Elzia lalu kembali duduk di sofa. Ia lalu meletakkan ponselnya di atas meja. Bertepatan dengan itu, sinetronnya terjera oleh iklan.
"Ish pakai segala iklan.. Menyebalkan." Gerutu Elzia.
Ia lalu mengambil kembali ponselnya.
"Lebih baik gue edit aja foto doi.. Terus masukkan ke instagram story fake account gue.." Gumam Elzia yang senyum-senyum sendiri.
Raka menahan tawanya. Ia lalu dengan jahil ya menghampiri Elzia yang sedang mengedit foto sang idola.
"Ekhem..." Dehem Raka yang membuat Elzia kaget setengah mati dan tersentak dari posisinya. Ia bahkan terjatuh dari sofa.
"Aduh... Pak polisi sialan!! Kenapa harus ngagetin sih?!" Kesal Elzia seraya bangun dari posisi jatuhnya.
"Ngapain sih tadi kamu pakai segala memfoto televisi segala?" Tanya Raka yang pura-pura tidak tahu.
"Dihh mana ada.. Gak ada tuh saya foto-foto televisi bapak." Ucap Elzia.
"Ngaku aja deh... Kebanyakan halu.." Ucap Raka.
"Memang pekerjaan saya ngehalu kok.. Saya kan penulis novel.." Ucap Elzia.
"Lama-lama kena gangguan jiwa kamu.." Ucap Raka.
"Palingan juga bapak duluan ntar.." Ucap Elzia.
Raka geleng-geleng kepala.
"Segitu cintanya kamu sama idola itu?" Tanya Raka.
"Kepo.." Jawab Elzia.
"Kalau semisal saya bisa mempertemukan kamu dengan dia, bagaimana?" Tanya Raka.
"Dihhh kok sekarang justru bapak sih yang menghalu??" Balas Elzia.
"Saya gak mungkin menghalu.. Ini serius.. Kalau kamu mau, saya bisa aja mempertemukan kamu dengan dia. Tapi apa untungnya coba sama saya?" Ucap Raka.
'Apa benar ya kalau ini polisi bisa mempertemukan gue dengan doi? Kayaknya gak mungkin deh.. Dia kan cuma polisi doang..' Ucap Elzia di dalam hatinya.
"Beneran ini pak?" Tanya Elzia tak percaya.
"Iyalah.. Ngapain coba saya menyebar berita palsu atau hoax??" Balas Raka.
"Mimpi apa saya bisa bertemu dengan doi... Hmm.." Gumam Elzia senyum-senyum sendiri.
"Tapi kayaknya dia gak mau deh bertemu dengan kamu.." Ucap Raka.
"Kok gitu?" Tanya Elzia.
"Karena kamu kelihatannya fans fanatik dia ya? Ntar dia bisa-bisa illfeel ngelihat kamu.. Dan lagi, kamu kan tomboy.." Ucap Raka menilai Elzia.
Elzia membulatkan matanya.
"Sembarangan! Dia tuh justru bakalan senang kalau bertemu sama saya.. Secara saya kan fans setia dia dari dulu.. Hmm by the way cara berbicara bapak sudah jauh lebih sopan ya ternyata sama saya.. " Ucap Elzia.
"Saya memang sopan dalam berbicara.. Tidak seperti kamu.." Ucap Raka.
"Iyain aja deh biar cepat.. Ayo dong pak kalau memang beneran bisa pertemukan saya dengan doi.. Saya pengen banget bertemu dengan doi.. Bantu saya dong pak.. Masa dari dulu ngefans sama dia tapi saya cuma bisa melihat dia dari televisi sih??" Ucap Elzia.
"Bisa aja sih.. Hmm.. Nanti kalau semisal kamu benar-benar bertemu dengan dia, hal apa yang pertama kali kamu lakukan?" Tanya Raka.
"Hmm... Saya sih pengen banget peluk ya.. Tapi mana mungkin dia mau.. Ahh bisa bertemu dengan doi aja rasanya sudah lebih dari cukup..." Ucap Elzia.
"Saya yakin, ketika kamu bertemu dengan dia nanti, wajah kamu akan seperti kepiting rebus, terus kamu bakalan diam seribu bahasa, tidak berkutik karena terpesona dengan kegantengan dia yang di bawah saya.." Ucap Raka.
Elzia menatap malas wajah Raka yang dengan percaya diri memuji dirinya sendiri. Elzia menahan tawanya.
"Lidah bapak gak kelu berkata demikian? Bibir bapak tidak bergetar pak?" Ucap Elzia menutup mulutnya dengan satu tangannya.
"Tolong dijaga bicaranya.." Ucap Raka memperingati.
"Iya iya maaf.. By the way saya perhatikan, kulkas di depan saya ini perlahan sudah mulai mencair ya es batunya." Ucap Elzia.
"Berisik! Saya lupa.. Besok itu weekend dan sekolah tutup." Ucap Raka lalu pergi begitu saja dari sana.
Elzia terdiam sejenak sebelum kesadarannya benar-benar terkumpul. Ia menepuk keningnya.
"Astaga!! Oh iya besok kan libur.. Pikun banget sih bisa-bisanya.." Gumam Elzia.
Elzia membelalakkan matanya ketika mendengar suara soundtrack lagu dari sinetron yang ia sukai.
Ia lalu membalik badannya dan benar-benar kesal karena sinetronnya telah habis.
"Pak Raka!!! Ihhh habis deh sinetron kesayangan gue.." Gumam Elzia.
...
Roy geleng-geleng kepala ketika Raka memutuskan sambungan secara sepihak.
"Kebiasaan emang bang Raka.. Selalu memutuskan sambungan secara sepihak.. Lebih baik gue tidur deh.. Karena besok kan gue harus bantu bang Raka untuk pindahan." Gumam Roy.
Roy lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya dan tertidur.
....
Keesokkan harinya....
Raka telah selesai membersihkan dirinya dan bersiap untuk menikmati sarapan paginya di meja makan.
Ia ke luar dari kamarnya setelah dirinya selesai bersiap. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan yang berada di ruang makan di rumah mewahnya itu.
Ia lalu menarik kursi dan duduk di sana. Ia pun mulai menikmati sarapan paginya. Baru saja mendapat beberapa suap dari makanan sarapan paginya. Raka meletakkan sendok dan garpunya kembali di atas piring makanannya.
Ia menepuk keningnya sendiri.
"Astaghfirullah ... Gue melupakan perempuan berisik itu." Gumam Raka.
"Lupa banget gue kalau di rumah ini tuh ada tuh bocah berisik." Gumam Raka.
Ia lalu bangkit dari posisi duduknya.
"Gue panggil aja deh ke kamarnya.. Siapa tahu dia masih tidur.." Gumam Raka.
Raka lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Elzia yang berada di lantai dua.
....
Elzia kini sedang duduk bersandar pada kepala tempat tidurnya dengan jari-jemarinya yang bergerak begitu cepat di atas layar ponsel yang ada di tangannya.
Yaps, ia melakukan rutinitasnya sebagai seorang penulis novel online. Di hari libur, Elzia biasa menulis novelnya setelah selesai melaksanakan sholat subuh. Namun jika di hari sekolah, ia biasa menulis novelnya di waktu yang senggang.
Fokusnya terganggu ketika ia mendengar sebuah suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya.
Tok Tok Tok...
Mata Elzia melirik sekilas pada pintu kamarnya. Ia lalu mengabaikan ketukan pintu itu dan melanjutkan tulisan novelnya.
"Sedikit lagi.. Gue lanjutin aja deh dulu.. Bukain pintu ntar aja.." Gumaam Elzia seraya menulis novelnya.
....
"Tuh orang kok gak nyahut sih ketika pintunya gue ketuk? Lagi ngapain sih di dalam? Jangan-jangan dia masih tidur lagi??" Gumam Raka.
Raka lalu berpikir sejenak.
"Gue buka aja kali ya.. Gue kan ada kunci cadangannya." Gumam Raka.
......