Hari itu adalah hari pertama Benny kerja sebagai pegawai magang di perusahaan elektronik terbesar di negara ini.
Tubuhnya sangat besar dan gemuk hingga dia harus mencari ukuran baju XXL di toko baju. Hanya ukuran itulah yang muat pada tubuhnya.
Rambutnya yang hitam sangatlah tebal namun lurus dan licin. Dia tidak mengerti fashion dan tidak tahu cara menata rambut dengan benar.
Karena pada dasarnya rambutnya lurus dan mudah diatur, Benny membiarkannya saja hingga menutupi dahinya.
Tidak hanya pakaiannya yang terlalu rapi dengan mengancingkan kancing teratasnya seperti orang culun, dia memakai kacamata setebal buku ensiklopedia.
Alhasil, Benny resmi menjadi orang culun dan kutu buku satu kantor. Teman-teman kuliahnya yang sama-sama ikut magang bersamanya mencemoohnya dan menertawakannya.
Manajer yang bertanggung jawab mengawasi pekerjaannya juga meremehkannya dan hanya menjadikannya sebagai coffee boy.
Dengan pasrah dan putus asa, Benny melakukan apapun yang disuruh oleh manajernya.
Setelah beberapa hari bekerja sebagai pegawai magang, manajernya tidak memberikan pekerjaan yang berarti padanya. Dia hanya disuruh memfotokopi file rapat, membuatkan kopi, atau membagaikan kliping pada pegawai lainnya.
Hingga suatu hari disaat temannya menyuruhnya mengambil sapu dan menyapu lantai meja kantornya akibat remah-remah chip, seorang gadis yang juga magang disana datang menolongnya.
"Hei, posisinya sama seperti kita semua. Kenapa kau malah menyuruhnya menyapu mejamu? Memangnya dia pembantumu?"
Gadis ini memiliki rambut hitam yang bergelombang dengan cantik. Baju kerjanya juga tampak elegan dan feminim, sangat cocok dipakai oleh gadis itu.
Tidak. Benny merasa yakin sekali, apapun yang dipakai gadis ini pasti akan terlihat cocok sekali.
Siapa gadis cantik ini? Siapa namanya?
"Ah, Clara. Kau tidak perlu membantunya. Dia memang lebih berguna untuk bersih-bersih ruangan." ejek teman Benny yang disusul dengan tawa ledek dari lainnya.
"Hei, kau." Clara memanggilnya membuat Benny menelan ludah dengan gugup.
Gadis cantik ini memang membelanya dihadapan teman-temannya. Tapi bagaimana kalau ternyata gadis ini hanya bersandiwara untuk lebih mempermalukannya.
"Apakah kau tahu saham FX?"
"I... iya." meskipun merasa bingung kenapa gadis itu menanyakan saham perusahaan ini, Benny tetap menjawabnya.
"Kau tahu berapa kenaikan saham FX selama tiga bulan terakhir ini?"
"2 bulan lalu naik sekitar 2%, namun bulan lalu turun karena ada bencana kebakaran yang terjadi di gudang proyek." jawabnya dengan lancar seakan dia telah menghapal sejumlah angka didalam kepalanya.
"Menurutmu saham FX hari ini naik atau turun?"
"Eh? Aku belum mengeceknya."
"Tidak perlu mengeceknya. Aku tanya pendapatmu sebagai pengamat saham."
"Itu... seharusnya naik sebanyak 3,4%"
Jantung Benny terasa berhenti saat itu juga saat melihat senyuman lebar dari Clara.
Dia merasa seperti melihat bunga warna merah disekeliling gadis itu dan senyumannya... seperti ada cahaya yang menyilaukan pada kedua bibirnya.
Dia sama sekali tidak menyangka gadis yang bernama Clara ini tampak begitu cantik saat tersenyum.
Bukannya gadis itu tampak jelek saat tidak tersenyum. Gadis itu selalu terlihat cantik apapun yang dilakukannya. Namun kecantikannya meningkat seperti roket terbang ke angkasa saat mengulas senyuman lebar.
"Tebakanmu benar." sahut Clara sambil menoleh ke arah titik.
Semuanya sangat terkejut saat melihat manajer mereka sedang berdiri disana dan menyaksikan interaksi antara Clara dan Benny.
"Anda lihat sendiri, kan manajer Koo. Aku ingin dia yang menjadi partnerku."
Manajer Koo berjalan memasuki ruangan divisi mereka dan menghampiri Benny.
"Ternyata kita memang tidak boleh menghakimi seseorang karena penampilannya. Diantara pegawai magang lainnya, memang hanya kau yang memperhatikan dan mempelajari saham kami. Bagus sekali."
Benny merasa dirinya berjalan di atas awan yang lembut. Ini pertama kalinya dia mendapatkan pujian!!
Dan orang ini tidak peduli akan penampilannya.
Hatinya seketika meleleh saat melihat Clara kembali tersenyum padanya. Senyuman gadis itu tampak tulus dan terlihat manis.
Biasanya para gadis akan menghindarinya dan memberinya senyuman meledek sambil menghinanya.
Tapi Clara berbeda. Dia tidak mengejeknya, melainkan membantunya.
"Hai. Mulai sekarang kita akan bekerja sebagai satu tim. Siapa namamu?" Clara menyapanya dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Benny memiliki tubuh yang besar dan sangat gemuk. Meskipun dia tidak melakukan banyak aktivitas dan hanya duduk diam saja, tangannya akan berkeringat.
Dia khawatir jika dia berjabat tangan dengan Clara dan merasakan keringatnya, gadis itu akan menjadi jijik terhadapnya.
Benny hanya bisa terdiam sambil memainkan jari-jarinya yang gemuk dengan matanya tertuju pada tangan Clara yang halus dan mungil.
Clara menelengkan kepalanya dengan bingung. Dia salah mengartikan penolakan Benny sebagai pernyataan tidak menyukainya.
Namun dia tidak menyerah dan menanyakan langsung secara blak-blakan.
"Kau tidak suka menjadi partnerku?"
"Bukan, bukan, bukan. Itu... sebenarnya... aku sedang berkeringat." semakin cepat debaran jantungnya, semakin basah pula kedua tangan gemuknya.
"Oh? Tidak masalah. Semua orang di dunia tidak ada yang tidak pernah berkeringat. Tapi, kalau kau tidak ingin berjabat tangan..."
Sebelum Clara menyelesaikan kalimatnya, Benny segera menyambut uluran tangan Clara dan menggenggamnya.
Lembut sekali. Pikir Benny tanpa memperdulikan tangannya yang berkeringat.
"Senang bekerja sama denganmu, nona Clara."
Clara tersenyum lebar seakan dia sama sekali tidak peduli dengan tangan besar dan basah yang melingkupi tangan kanannya.
"Odi. Teman dekatku memanggilku Odi." jawab Odi dengan nada yang masih ramah membuat Benny semakin kagum pada gadis ini.
Ah, seandainya semua gadis sebaik dan tidak sombong seperti Odi. Dunia ini pasti akan terlihat indah.