"Kar! Oy Sekar! Oy! Ayo cepat berangkat sekarang! Eh! Kamu malah mau kemana itu? Hey! Oy tunggu!"
Aku mengabaikan akan seruan dan teriakan Ajeng itu. Mataku kini malah tertuju ke arah seseorang yang sedang duduk di sebuah bangku taman yang berukuran cukup panjang.
Seorang pria sedang terduduk lemas di bangku taman itu. Sekali melihatnya, aku bisa menebak bahwa pria itu pastilah sedang merasa sedih sekarang ini. Dia terlihat menundukkan kepalanya, membuat wajahnya tak terlihat. Wajahnya semakin tak bisa dilihat dengan kedua tangannya yang berada di depan kepalanya, menutup wajahnya. Kedua tangannya itu terlihat memegang kepalanya sendiri dan menariknya sehingga membuat kepalanya semakin menunduk ke bawah. Namun sekilas aku bisa melihat ada beberapa tetes air mata dari wajahnya yang tertunduk itu hingga menetes ke bawah. Tubuh pria itu itu juga terlihat sedikit bergetar, seolah olah bahwa dia sedang menahan akan kesedihan yang teramat sangat.
