'mas Erlan hanya milikku, dan sampai kapanpun, dia hanya milikku.' desis Sari dalam hati, yang sebenarnya ia tak suka dengan ucapan sahabatnya baru saja, namun ia tak mungkin memprotesnya, jelas nanti akan membuat Wati curiga.
"Sari, kok lo diem aja sih! Lo gak dengerin gue ya!"
"Denger kok, apa tadi lp.bilang, sorry," Sari tersenyum.
"Hmm.. gue bilang, kalau kaya pak Erlan yang punya bini kayak bu Asya, gak mungkin bakal selingkuh, ya istrinya cantik dan punya segalanya, bener gak?"
"Emm.. iya, mungkin, gue gak tau, emangnya calon ibu mertua lo gak cantik?"
"Bukan gak cantik, namanya uda tua, yang gak menarik lagilah."
"Oh.. iya sih, kasihan ya, udah tua diselingkuhi."
"Itu dia, pacar gue gak terima, nyokapnya di sakiti kaya gitu, dan sekarang dia lagi sibuk nyari cewek yang jadi selingkuhan bokapnya itu."
"Udah ketemu?" Tanya Sari.
"Kemarin udah tau alamatnya, eh sekarang uda pindah, dan bokap gue juga ikutan gak pulang-pulang kabur sama itu cewek,"
"Serius lo?"