Chereads / King of Silk / Chapter 3 - King of Silk bab tiga

Chapter 3 - King of Silk bab tiga

langit malam nampak gelap gulita tanpa cahaya rembulan yang bersinar seperti malam malam biasanya. angin berhembus kencang membawa dedaunan kering terserak kesana kemari di pelataran kediaman Wang Xian chao.

pedang kesayangannya tergeletak begitu saja diatas meja di samping tempat tidurnya, Xian chao berjalan ke bibir pintu kamarnya yang terbuka kedua matanya terpejam merasakan semilir angin, namun daun telinganya bergerak mendapati suara lentingan pedang tak jauh dari tempatnya berdiri.

" serang pemimpin Wang!" seru Li Chung tiba-tiba setelah berhasil membuka paksa gerbang kediaman keluarga Wang.

secepat kilat Wang Xian chao menghindari sebuah pedang yang berusaha mengenai tubuhnya, lengannya yang bebas dengan mudah meraih pedangnya yang tergeletak di atas meja.

suara lentingan pedang yang beradu kembali terdengar, Xian chao melawan ketiga prajurit kerajaan Silk dengan mudahnya, tak berapa lama ketiga prajurit itu jatuh tumbang karena terluka.

" siapa yang menyuruhmu menyerangku malam-malam?" raut tenang Wang Xian chao tak mampu serta Merta menutupi kekesalan yang membakar dadanya, apa salah dirinya sampai kaisar Xie Yuen memerintahkan menteri pertahanan Li Chung dan para prajuritnya untuk menyerangnya begitu saja.

ketiga prajurit yang tumbang menahan luka tak ada yang berani menjawab pertanyaan dari sang pemimpin sekte.

Li Chung melangkah maju menghampiri Wang Xian chao yang sudah memasukan kembali bilah pedangnya ke dalam sarungnya.

" kenapa kau begitu terkejut pemimpin Wang?" Li Chung balik bertanya dengan nada meremehkan, jujur saja ia tidak menyukai semua orang dari sekte wang karena ia percaya kutukan dari grand master xiao ren akan terjadi jika para sekte wang memasuki istana.

Wang Xian chao diam, berjalan menghampiri Li Chung.

Li Chung berdecih dengan raut masam yang tak ia sembunyikan, betapa ia tidak menyukai pria di hadapannya saat ini karena berusaha mendekati sepupunya kaisar Xie Yuen.

" apa yang mulia kaisar yang memerintahkanmu untuk datang kemari menteri Li Chung?" Wang Xian bertanya dengan gamblang, bukan hal mustahil untuk kaisar melakukan hal apa saja yang di kehendakinya.

Li Chung terbahak, ia senang karena berhasil mengusik ketenangan pemimpin Wang yang terkenal selalu tenang dalam setiap kondisi apapun.

" tidak aku sangka kalau pemimpin Wang begitu risau hanya karena aku datang tiba-tiba kemari menemuimu." cela Li Chung tanpa basa basi.

Wang Xian chao memilih diam, memperhatikan para prajurit kerajaan yang terluka karena terkena sabetan pedangnya.

Li Chung berjalan mengitari kamar sang pemimpin sekte wang yang tampak rapi tanpa banyak barang barang tertata di dalamnya.

" apa maksudmu menemui yang mulia kaisar Minggu lalu?" tanya Li Chung dengan tatapan sengitnya.

" ada keperluan mendesak hingga aku harus bertemu langsung dengan yang mulia kaisar." jawab Wang Xian chao dengan raut wajahnya yang kembali tenang.

" keperluan apa sampai kau membuat yang mulia kaisar mengurung diri di dalam kamar tanpa berniat melakukan apapun hampir seminggu ini!" sentak Li Chung geram.

Li Chung yakin pria di depan matanyalah yang menyebabkan kaisar Xie Yuen jadi lebih pendiam dari biasanya, jujur saja ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya saat ini.

Wang Xian chao terdiam mendengar tudingan dari menteri pertahanan, apakah Xie Yuen begitu kehilangan sosok Li Wei muridnya yang sudah meninggal seminggu lalu. hatinya mendadak gelisah, pikirannya berkecamuk.

Li Chung mengibaskan lengan jubahnya, menatap tidak suka Wang Xian chao yang diam membisu.

" jangan pernah kau temu yang mulia kaisar lagi, aku tidak suka orang-orang sekte wang mendekati istana." ancam Li Chung dengan sungguh-sungguh.

setelahnya Li Chung bergegas pergi di ikuti para prajuritnya yang sesekali meringis menahan sakit karena luka bekas sabetan pedang milik Wang Xian chao.

Wang Xian chao memakai pedangnya untuk terbang secepat kilat menuju istana Silk, membelah kesunyian malam yang kelam.

***** istana Silk *****

kaisar Xie Yuen duduk di tepi jendela kamar pribadinya, jemari lentik lengan kirinya memegang sebuah batu zamrud pemberian teman masa kecilnya Xian Li ibu dari muridnya yang kini telah tiada Li Wei.

ia teringat dengan mendiang Xian Li yang sudah lama meninggal semenjak usia Li Wei lima tahun, ia merasa berdosa karena tidak menjaga Li Wei dengan baik hingga menyebabkan Li Wei meninggal secara misterius.

sang kaisar menghela nafasnya kembali entah yang keberapa untuk malam ini, dadanya sesak seolah ribuan jarum menusuk jantungnya. ia menyayangi Li Wei.

kaisar Xie Yuen teringat kembali pesan terakhir dari teman masa kecilnya untuk memberikan batu zamrud itu pada Li Wei saat sudah berusia lima belas tahun agar bocah laki-laki yang kini telah tiada itu dapat menemukan keluarganya yang tersisa jauh dari kaki gunung Mongsan, berbatasan antara kerajaan Silk dengan kerajaan yunan.

siapa sangka nasib malang menimpa bocah laki-laki itu tanpa sepengetahuannya.

" maafkan aku Xian Li..." gumam sang kaisar menyesali apa yang telah terjadi pada Li Wei.

Xian chao berdiri diatas pepohonan di taman paviliun kaisar Xie Yuen, ia tak berniat menemui kaisar yang tampak kesepian dan sedih.

sebenarnya bukan tak ingin menemui kaisar tetapi lebih baik bagi dirinya memberikan waktu pada kaisar menyendiri.

Xian chao menyadari keganjilan dari Kematian Li Wei, setelah ini ia berjanji untuk menyelidiki penyebab kematian anak laki-laki itu dan menemukan pelaku yang telah tega menghabisi nyawa bocah sepuluh tahun tersebut.

kaisar Xie Yuen menatap lekat batu zamrud di tangannya, entah kenapa ia merasa berat untuk melakukan hal apapun, sungguh ia sangat kehilangan Li Wei. semenjak Li Wei berusia lima tahun setelah kematian Xian Li ia mengasuh anak itu, meskipun beberapa bulan setelahnya ia diangkat menjadi kaisar Silk selanjutnya namun ia tak melepaskan tanggung jawabnya pada Li Wei sesuai pesan terakhir Xian Li agar Xie Yuen menjaga Li Wei dengan sebaik mungkin. sebab itu kaisar menitipkan Li Wei pada keluarga Chen Yang yang tinggal menyendiri di pedalaman hutan wilayah kerajaan yunan, meski kesibukannya sebagai kaisar membuatnya hampir tak memiliki waktu untuk sekedar mengunjungi Li Wei.

keberadaan Li Wei harus tetap menjadi rahasia sebelum anak lelaki itu tumbuh dewasa dan menemukan keluarganya yang tersisa. namun apa mau dikata kini Li Wei sudah tiada menyusul sang ibu di sisi Dewi.

keesokan harinya....

Li Chung mengunjungi kaisar yang kini mulai kembali beraktivitas seperti biasa, gerak gerik Li Chung membuat kaisar curiga.

" apa istana menggajimu hanya untuk mengamati kegiatan orang lain Li Chung?" tegur yang mulia kaisar pada Li Chung yang justru nampak santai.

" aku sedang memiliki waktu lenggang hari ini yang mulia." jawab Li Chung acuh.

kaisar Xie Yuen menatap jengah sepupunya, ia lantas kembali pada kegiatannya menulis beberapa surat untuk para aliansi.

Li Chung tanpa permisi duduk di kursi kayu seberang meja kerja kaisar.

" kenapa kau tiba-tiba kembali ceria yang mulia?"

Li Chung seorang pria dewasa dengan sejuta rasa ingin tahunya.

kaisar Xie Yuen menghentikan gerakan tangannya menulis, ia menatap Li Chung dengan datar. " memangnya selama ini aku seperti apa?" kaisar bertanya dengan raut wajahnya yang sangat datar.

" bukankah seminggu lalu kau seperti mayat hidup yang selalu mengurung diri di dalam kamar, sekarang kau tiba-tiba kembali melanjutkan kegiatanmu yang mulia, kau pikir aku tidak curiga huh?!" balas Li Chung jengkel.

" aku lelah karena itu aku istirahat seminggu kemarin." jawab kaisar seadanya.

Li Chung tidak percaya begitu saja, ia yakin kelakuan aneh sepupunya seminggu kemarin berkaitan dengan pria dari sekte wang itu.

" jangan coba-coba berbohong padaku yang mulia." timpal Li Chung dengan tatapan menyelidik.

" aku sedang sibuk, keluarlah Li Chung." usir sang kaisar tanpa melihat kearah saudaranya, ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda beberapa menit lalu.

manik bulat besar Li Chung membelalak lebar, apa telinganya tidak salah dengar, ia di usir kaisar begitu saja, yang benar saja.

" kau benar-benar aneh yang mulia." tukasnya menahan kesal sebelum undur diri meninggalkan ruang kerja kaisar.

kaisar meletakkan penanya, menghela nafasnya guna menghilangkan penat yang meliputi pikirannya. Li Chung terlalu berlebihan padanya.

sepeminuman teh kaisar Xie Yuen selesai dengan pekerjaannya, ia bergegas keluar ruang kerjanya menuju taman yang berada di belakang ruangan kerjanya.

baru menginjakkan kakinya di pintu taman namun indera penciuman sang kaisar dapat menghirup semerbak wangi aneka bunga-bunga yang bermekaran.

Kasim yi san mendekati sang kaisar yang berdiri dengan memejamkan kedua matanya menikmati keheningan yang tercipta, hatinya kembali menenang meski ada sekelip rasa tersembunyi di tempat yang paling dasar.

" yang mulia ketua pemberontak dari perkumpulan sekte sekte kecil tidak mau hadir dalam perjamuan makan malam nanti malam." lapor Kasim yi san dengan penuh hormat.

kaisar Xie Yuen membuka matanya kembali. " bukankah ketua mereka meminta bertemu langsung denganku, kenapa mereka sekarang berubah?" tanya sang kaisar.

" maaf yang mulia mereka berganti pikiran, mereka hanya ingin Puteri dari ketua mereka menikah dengan pemimpin sekte wang." lanjut sang Kasim masih dengan menundukkan kepalanya penuh hormat.

meski ada rasa tak nyaman menggelayuti hatinya namun sang kaisar mampu menyembunyikan semua emosinya dari siapapun.

" begitukah?"

Kasim yi san mengangguk. " iya yang mulia." jawabnya kemudian.

kaisar tak bersuara kembali, ia lebih memilih menutup kembali kedua matanya menikmati aroma wangi menenangkan dari berbagai tanaman bunga yang bermekaran di taman.

meski tak dapat ia pungkiri bahwa hatinya bergejolak tak nyaman namun ia menepis semua rasa tak nyaman tersebut, ia selalu mampu menyembunyikan apa yang tengah ia rasakan dari siapapun.

***** kediaman sekte wang *****

Wang Xian chao baru saja tiba di kediamannya setelah menelusuri jejak kematian dari Li Wei, meski banyak petunjuk namun ia tidak bisa menuduh orang lain sebagai pembunuh Li Wei begitu saja.

Wang Fei Li menyediakan secangkir teh hangat untuk kakaknya, ia tahu kakaknya kelelahan setelah bepergian keluar seharian.

bibir Fei Li terangkat hendak mengucapkan sesuatu pada kakaknya namun suara ketukan pintu yang cukup keras membuatnya membatalkan kembali apa yang hendak ia ucapkan.

setengah berlari Wang Fei Li menuju pintu, membuka pintu durjana tersebut dengan perasaan kesal.

" dimana pemimpin Wang?" seorang pria paruh baya bertanya pada Fei Li yang cukup terkejut dengan kedatangan pria itu.

Fei Li membuka lebar pintu rumahnya mempersilakan sang tamu masuk.

" kakak ada di dalam. " jawab Fei Li berjalan menuju ruang tamu di ikuti sang tamu.

" kakak, ada orang mencarimu." ujar Fei Li hati-hati. entah kenapa ia yakin kalau pria paruh baya yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.

Wang Xian chao meletakan cangkir tehnya, ia tanpa sadar berdiri untuk melihat siapa tamunya.

" tuan Wang.." pria paruh baya itu menyapa sang pemimpin sekte wang dengan sopan meski begitu fei Li dan Xian chao tahu jika lelaki itu menyeringai samar dari balik kerutan wajahnya.

" duduklah tuan gu xuan." meski xian chao tidak menyukai tamunya kali ini tapi ia harus bersikap sopan dan adil.

gu xuan duduk di ikuti Xian chao. sementara Fei Li segera undur diri memasuki dapur.

" yang mulia kaisar mengundangku ke perjamuan makan malam di istana malam ini." gu xuan membuka topik pembicaraan.

" lalu?"

gu xuan terkekeh sebentar sebelum menjawab rasa ingin tahu pemimpin sekte wang yang terkenal sopan adil dan juga tampan.

" tentu saja aku menolaknya tuan Wang." lanjutnya percaya diri.

Wang Xian chao menyembunyikan kekesalannya, ketua pemberontak di hadapannya saat ini begitu tamak dan tidak memiliki sopan santun dengan menolak undangan jamuan makan malam di istana kaisar.

" bukankah Anda begitu ingin memasuki istana, lalu kenapa anda menolak undangan yang mulia kaisar."

" untuk apa, aku memang sempat ingin bertemu dengan yang mulia kaisar tetapi aku sadar kalau putriku hanya menginginkan bertemu denganmu tuan Wang." lanjut gu xuan dengan seringai liciknya.

" apa maksud anda tuan?"

Wang Xian chao merasakan firasat buruk dari pertemuannya dengan gu xuan kali ini.

" putriku Qian mi menginginkan untuk bisa menikah dengan pemimpin Wang." gu xuan berkata dengan gamblang membuat Wang Xian chao berubah waspada.

Wang Xian chao menyeruput tehnya, tak langsung memberikan jawaban, gu xuan menjadi geram.

" putriku ternyata mengagumi pemimpin Wang yang selalu menyendiri, aku pikir anakku akan lebih bahagia jika bisa masuk ke istana dan menjadi salah satu selir kaisar." gu xuan berkata seraya mengamati gerak gerik Wang Xian chao yang selalu tampak tenang dan berwajah datar.

" jika itu yang anda inginkan kenapa mendatangiku, akan lebih baik anda datang langsung menemui yang mulia kaisar." ujar Wang Xian chao tanpa basa basi membuat gu xuan lawan bicaranya menjadi geram.

" kau benar-benar sombong pemimpin wang!" hardik gu xuan menahan malu. secara tidak langsung Wang Xian chao sudah merendahkan harga dirinya.

Wang Xian chao berdiri, menjentikkan jarinya dan sedetik kemudian pintu utama rumahnya terbuka lebar.

" silakkan anda keluar." usir Wang Xian chao dengan raut wajahnya yang begitu dingin.

gu xuan tidak terima, menunjuk wajah pemimpin sekte wang dengan telunjuknya.

" kau akan menerima balasanku nanti!" ancamnya dengan wajah yang memerah padam karena malu dan marah.

Wang Xian chao tidak peduli, ia berjalan masuk ke dalam kamarnya meninggalkan gu xuan di ruang tamu.

gu xuan bergegas pergi dengan amarah yang menumpuk, ia bersumpah akan membalas penghinaan Wang Xian chao padanya malam ini.

***** to be continued *****