Chereads / I'm (not) Yours / Chapter 1 - Note

I'm (not) Yours

🇮🇩WhiteRabbit_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Note

'brak! brak!'

entah berapa kali pintu di banting pagi ini. Renath, cowok SMA yang baru saja pindah ke SMA swasta di kota. Dia sangat terburu buru karena sama sekali tak tau kalau jam sekolah di Indonesia ternyata masuk lebih awal dari Sekolah Menengah Pertamanya di Belanda.

"Mom, aku pergi.."

Langkah kakinya menelusuri jalan komplek rumahnya. Dia menghampiri abang ojek online yang sudah di pesan mamanya tadi. Kalau tidak di pesan oleh mamanya, mungkin ia tak akan sampai ke sekolah. Renath tinggal di Indonesia baru 2 minggu, dan selama 2 minggu itu ia hanya bermain smartphone dan komputer.

Sepanjang perjalanan, ia hanya menghela nafas dan terbatuk batuk. Macet, panas dan asap kendaraan membuatnya tak berhenti batuk.

"Lagi sakit ya dek?", tanya abang ojek.

Alisnya mengerut. Ia bingung, kenapa abang ojek ini bertanya padanya, padahal ia sendiri tidak kenal dengannya.

"Kalo sakit, kenapa ga izin aja dek. Nanti saya bisa whatsapp ibu.", lanjutnya.

"Tidak. Saya tidak sakit.", jawab Renath seadanya.

Kaku sekali rasanya. Sedikit sulit mengikuti cara orang Indonesia yang tiba tiba bertanya tentang keadaan orang lain. Apa ini yang di bilang ramah? Apa ramah pada orang asing itu, baik?

Setelah bermacet macet dan panas panasan, akhirnya sampai juga. Sekolahnya tidak terlalu mewah, tidak terlalu besar juga. Mungkin biaya pembangunannya juga tidak besar. Cat yang berwarna hijau, putih, dan biru. Kombinasi yg unik untuk desain sekolah.

Tiba - tiba dari depan gerbang, sudah ada yang menyambut Renath sembari tersenyum. Seorang wanita, mungkin seumuran ibunya, menghampiri dirinya dengan sedikit terburu buru.

"Siswa baru itu ya?", tanyanya lembut.

Renath hanya menganggukan kepala tanda mengerti. Sejauh ini, ia hanya mengerti bahasa Indonesia yg digunakan sehari hari. Kebetulan bahasa Indonesia merupakan bahasa keduanya selain Belanda-Inggris. Tentu Renath masih bisa berbahasa Indonesia meskipun tidak begitu fasih seperti lidah penduduk asli. Lagipula, Renath hanya bermodal Papa -yg orang Sunda- dan pendidikan bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertamanya di Belanda. Ditambah kursus 6 bulan sebelum ia masuk SMA.

Sambil mengikuti wanita tadi, Renath melihat sebuah lemari di lobby sekolah. Berisi banyak piala, piagam, dan berbagai macam penghargaan. Menelusuri lorong sekolah, perhatian Renath tertuju pada tembok - tembok sekolah yg berisi banyak karya lukis. Tidak hanya karya lukis, bahkan ada puisi, sajak, dan.. kata mutiara?

Entahlah, Renath baru melihat kata - kata yg dipajang di dinding. Seperti sebuah kalimat motivasi. Tidak jauh seperti di Belanda.

Menaiki lantai 2, akhirnya Renath sampai di ruang kelas bertuliskan 11 MIPA 2.

'MIPA? pfft... Jurusan apa itu?', batinnya.

Renath dan wanita itu masuk kedalam kelas. Di dalam kelas, suara riuh gaduh lebih berisik dari yg terdengar di luar tadi. Tak ada satupun yg sadar akan kehadiran Renath di depan kelas.

"Perhatian anak - anak! Ada siswa baru di sekolah ini. Silahkan perkenalkan diri kamu."

Setelah wanita itu berbicara, seketika semua perhatian tertuju ke depan. Hening. Menunggu Renath membuka suara. Renath bingung. Seperti apa perkenalan di sekolah Indonesia?

"Ha-halo.. Nama saya Espen Renath Defransie.."

Tak ada lanjutan yg keluar dari mulut Renath. Badannya sedikit gemetar dan perutnya sudah mulai terasa sakit. Seisi kelas masih terdiam, menunggu apa yg akan dikatakan Renath. Sampai akhirnya salah satu murid laki-laki di tengah kelas bersuara.

"Cuma gitu doang?"

Renath terkejut. Hari pertama sekolahnya, ia malah mendapatkan kalimat yg sepertinya tidak welcome.

"Ummm...."

"Saya berasal dari Sekolah Internasional di Belanda. Saya tinggal di Belanda selama 6 tahun terakhir, dan saya pernah tinggal di New York City selama hampir 2 tahun."

"Baiklah, silahkan duduk. Cari yg kosong."

Renath duduk hampir di bagian belakang kelas. Beruntung, tubuhnya ternyata cukup tinggi untuk ukuran anak laki-laki di Indonesia. Berbeda dengan di Belanda. Anak laki-laki seusia Renath rata-rata memiliki tinggi 180cm atau lebih.

Sudah hampir 3 jam kelas dimulai. Meskipun Renath tidak pernah mengikuti kurikulum Indonesia, namun ia pernah bersekolah khusus selama 6 bulan sebelum pindah ke Indonesia.

Saat jam istirahat tiba, hampir seluruh anak perempuan menghampiri Renath. Bertanya tentang segala kehidupannya. Darimana asal orang tuanya, mengapa dirinya terlahir half, apakah dia bisa berbicara bahasa Belanda, dan yg terakhir, apakah dirinya punya pacar atau tidak.

Renath bingung. Seperti ini kah bentuk keramahan orang Indonesia? Menanyakan beberapa pertanyaan sekaligus, tanpa memperkenalkan nama terlebih dahulu. Aneh, Renath saja tidak mengenali siapa yg bertanya.

Tak ketinggalan, murid dari kelas kelas lain juga ikut masuk ke dalam kelas Renath. Penasaran akan bentuk anak bule seperti Renath.

"Hei, Espen. Aku Rasya. Aku ketua kelas di kelas ini."

"Um.. Hai.. Rasya.."

Hampir 20 menit mereka semua berkumpul di meja Renath. Menanyakan apapun yg ingin mereka ketahui. Renath tidak begitu tertarik, tapi ia sebisa mungkin menjawab pertanyaan dari orang - orang itu.

Tak lama, bel masuk berbunyi. Semua kembali ke kursi dan kelasnya masing-masing. Tertinggal satu kertas di atas meja Renath. Bekas kertas sobekan yg telah di lipat. Jelas itu bukan sampah, ada orang yg meletakkannya di meja Renath.

'Hei.'

Renath merinding. Belum sampai satu hari bersekolah, ia sudah dapat surat seperti ini. Apa coba maksudnya?