Sementara Zibran tersenyum puas melihat pundak Erlina yang berlalu pergi meninggalkannya tersebab oleh ulahnya yang membuat gadis itu jengkel setengah mati. Ingatannya pada 18 tahun silam kembali melintas dalam kepalanya seperti bioskop dengan latar hitam putih. Ia mengingat jelas bagaimana rupa seorang anak gadis cantik tomboi yang selalu membuatnya pulang ke rumah dalam keadaan kacau. Saat itu bahkan usianya masih tujuh tahun dan anak kecil yang membuatnya menangis itu bahkan lebih muda dua tahun darinya.
Entah sebab dulu ia begitu ingin balas dendam, wajah anak gadis yang dulu membullinya itu masih lekat dalam ingatan dan sama persis dengan wajah milik Erlina, terlebih ia berasal dari kampung halaman yang sama dan ia yakin hal itu.