"Entah Eyang harus bersyukur atau tidak. Barangkali ini yang dinamakan dengan takdir. Maukah Eneng dengan cucu Eyang? Usianya telah masuk usia menikah, tetapi sampai sekarang ia bahkan belum menemukan wanita yang tepat untuk dirinya. Ia tidak kenal dengan banyak perempuan kecuali Okta saja. Dan Eyang bertemu denganmu. Eyang merasa, kamulah yang pantas untuknya."
Ratih membalas dengan seyum kikuk. Tak tahu harus menjawab apa. Ratih tidak tahu cucu mana yang dimaksud, bukankah ia memiliki dua cucu pria yang usianya sama dan sama-sama belum menikah pula.
Bila itu Azzam, ia tidak tahu pula harus berbicara apa. Pasalnya, ia belum memberikan jawaban atas lamaran pria itu sendiri, dan ia yakin; Zibran pula pasti tahu prihal khitbahan itu. Dan zibran, Ratih yakin bila pria itu ada sesuatu dengan sahabatnya, Erlina. Berada di tengah antara dua orang itu jelas bukan hal yang bagus untuk dijadikan opsi dalam jejeran hiburan.