Zibran dan Azzam yang seolah baru tersadarkan jika dirinya masih berdiri memperhatikan kedua temannya itu berdebat seperti biasa, lekas duduk pada kursi depan mereka dengan terkekeh dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Kelakuan dua sahabatnya ini selalu saja seperti ini sedari dulu dan tak pernah berubah sedikit pun, yang berubah hanyalah rupa serta postur tubuh mereka yang semakin dewasa, tetapi inilah yang membuat tiap pertemuan mereka selalu hidup.
Lantas, setelah memastikan ketiga sahabatnya itu duduk dengan anteng, terlebih memastikan Rafi yang masih saja mendumel karena merasa bibirnya dinodai oleh bau sumur jengkol oleh tangan laknatnya; Evan menghadap ke pengunjung lain yang masih setia meliriknya dengan smirikan senyum di wajah mereka lalu mengangkat kedua tangannya.