Mbak Zakia tersenyum, ia maklum dengan Ratih yang lebih memilih menyelesaikan gelar masternya terlebih dahulu darpada memikirkan perikahan. "Tidak apa-apa, Rat. Kamu pikirkan saja dulu sebanyak yang kamu bisa. Lagi pula, pemuda yang hendak menta'aruf kamu itu memberikan kebebasan kepadamu untuk memilih. Ia bisa menunggu kamu. Jika nanti sudah waktunya, ia sendiri yang akan datang kepadamu."