"Jam segini ya memang sepi, Mas. Tapi sebentar lagi pasti rame lagi." Santi menjawab seadanya, seolah sadar pertanyaan itu tak akan ditanggapi oleh Ratih yang berjarak paling dekat dengan si pemuda meski meja menjadi penyekatnya.
"Ah begitu ya, Mbak."
Santi tersenyum. Azzam menyodorkan bingkisan yang dibawanya untuk ditaruh di atas meja. Semakin bingung wajah ketiga perempuan di sana. Pasalnya, mereka tidak mengenali siapa pendatang ini.
"Ini untuk makan siang teman-temannya Ratih," jelas Azzam menyirnakan kebingungan yang tergambar di raut wajah mereka. Ah, rupanya teman Ratih, pikir mereka.
"Mas, gak perlu repot-repot—"
"Lalu apa saya boleh meminjam Ratih? Kami ada urusan yang perlu diselesaikan," ucap Azzam menghentikan perkataan Ratih. "Stt, tidak apa-apa. Ini sogokan supaya kamu diizinkan," lanjutnya berkelakar kepada Ratih.