Arif Rahman Hakim
Sebuah nama yang pernah menggetarkan jiwa dan raganya hanya dengan pandangan serta seruan azan kumandangan pria itu. Seorang pemuda yang datang pada pesantren abahnya dengan tidak serta membawa apapun selain selembar pakaian yang ia kenakan.
Dengan wajah memar dan penuh luka pria itu dibawa oleh abah dan uminya dari pasar untuk diobati. Diceritakan oleh abahnya bahwa pemuda itu dituduh mencuri oleh khalayak karena tas selempang milik korban tersampir di bahunya tanpa sadar. Tanpa tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya, pemuda itu dihakimi habis-habisan oleh masa, digebukin. Abah datang menengahi, memberikan penjelasan bahwa tindakan menghakimi sendiri itu tidak boleh sebab ada pihak berwajib yang bertugas lebih berhak menghakimi. Sebab kenal dengan Abah Kiyai Abdurrahman Wahid, barulah amukan masa mereda, mempercayakan segala pada pemilik pondok pesantren Darul Qur'an tersebut.