Hakim tertunduk. Ia tahu betul hadist larangan itu. Tetapi dirinya seolah diberikan kesempatan oleh Ratna tapi tidak juga diberikan izin untuk mencapainya. Barangkali, dirinya salah paham dengan pesan yang gadis itu ucapkan padanya di kala terakhir sebelum menutup mata. Atau barangkali pula, ingatannya telah memburam dan hanya mengingat perizinan yang diberikan untuk mempersunting si pujaan hati. Ah, semakin pening saja kepala Hakim dibuatnya.
"Adam mau minum apa? Hakim juga mau apa? Biar, Ibu bawakan," tawar seorang perempuan yang baru saja keluar dari kamar Kinan. Dia adalah Tania, ibu tiri Hakim yang bahkan tidak pantas disebut sebagai ibu mengingat usianya hampir sepelantaran, perempuan itu lebih pantas menyandang gelar kakak ketimbang ibu. Hakim mengacuhkannya.