"Allhamdulillah kebetulan, Eyang. Saya juga mau ke halte bus."
"Nama neng gelis tadi siapa?"
"Ratih, Yang. Ratih Anggraini Putri."
"Masya Allah, gelis pisan namamu. Segelis orangnya."
Ratih tersenyum simpul. " Eyang bisa aja. Tapi, terima kasih banyak, Eyang."
~***~
"Anyah?"
"Anyah?"
"Anyah!"
"Ya, sayang?"
"Cudah lampu ijo, Anyah."
Hakim tersadar dari lamunannya. Ia melempar pandangannya ke luar dan mendapati lampu lalu lintas telah berwarna hijau dari tiga menit lalu. Suara klakson kendaraan lain di belakangnya saling bersahutan, kesal sebab mobil di depan tidak juga melaju padahal semua tengah sibuk berpacu waktu.
Hakim melajukan mobilnya. Beristighfar dalam hati terus menerus yang disambung dengan zikir. Bagaimana ia bisa kehilangan pokus saat sedang berkendara begini, apalagi ada Kinan bersamanya. Salah salah, ia bisa ditegur dengan cara yang lain. Beruntung ada Kinan yang mengingatkannya.