"Maaf sebelumnya, Mbak. Minggu ini aku benar-benar tidak memikirkan tawaran Mbak itu. Aku hanya sibuk dengan penyusunan tesis. Aku benar-benar minta maaf, Mbak. Belum memikirkan sama sekali jawabannya." Ratih menjelaskan was-was, ia takut jika akan menyinggung perasaan Mbaknya ini, ia takut jika dianggap meremehkan penawaran Mbak Zakia. Daripada ia berbohong, akan lebih baik ia dimarahi sedikit karena kelalaiannya mengabaikan.
Mbak Zakia tersenyum, ia maklum dengan Ratih yang lebih memilih menyelesaikan gelar masternya terlebih dahulu darpada memikirkan perikahan. "Tidak apa-apa, Rat. Kamu pikirkan saja dulu sebanyak yang kamu bisa. Lagi pula, pemuda yang hendak menta'aruf kamu itu memberikan kebebasan kepadamu untuk memilih. Ia bisa menunggu kamu. Jika nanti sudah waktunya, ia sendiri yang akan datang kepadamu."