"Semua masalah itu, 'kan berasal dari diri lo sendiri, Kim. Loe yang gak berani nolak permintaan abah kiyai. Padahal kalau lo ngomong dengan sejujurnya, beliau akan sangat menghargai lo. Terlebih yang loe khitbah, 'kan bukan orang lain, tapi putri beliau juga. Lo udah lancang ngelamar kakaknya, tetapi akadnya malah lo langsungkan bareng adiknya. Gimana gak kacau? Lo kacau, dia kacau, istri lo kacau. Dan masalahnya jad belibet kek gini, lo malah nambah ngelamar dia lagi. Gak waras emang, Lu."
Benar perkataan Adam pada satu waktu itu, kala ia menceritakan bagaimana ia melamar Ratih disaat perempuan itu meminta penjelasan atas kebenaran yang terjadi pada adiknya. Ya, itu semua berawal dari dirinya, dan luka itu ia tanggung sendiri pula.
"Inan mawu bunda tante!"(Kinan maunya bunda tante!)
Kalimat Kinan kembali melintas dalam kepalanya, berdengung seperti suarana sirene yang memberikannya peringatan tentang sesuatu yang tidak jelas apa itu; apakah sebuah larangan ataukah anjuran.