Ratih menikmati lagu bumi huniannya yang seolah tak pernah tidur. Tiap detiknya selalu diisi dengan kegiatan yang mengandung ibadah. Selalu tentram hatinya di saat-saat ini, saat jam digital menunjuk angka tiga dini hari. Dan bumi kembali hidup dengan syair-syair pujiannyh berzikrulloh.
Ah, Ratih rindu akan saat kebersamaannya dengan Ratna. Mereka akan pergi ke asrama santri perempuan untuk membangunkan mereka, menyaksikan prosesi saling menjahili antar kawan dan tawa akan pecah membangunkan penghuni lainnya. Menyebar benih pagi yang segar. Menitik air matanya.
Jendela dibukanya dan gorden disibak menyamping. Dinginnya angin dini hari menyentuh kulit wajahnya yang mulus terkena jejak air mata. Tubuhnya diterpa kesejukan yang menenangkan. Hatinya yang terluka sedikit hilang perihnya. Pikirannya yang berkecamuk badai menjadi reda sedikit.