Kini Emely dibuat terkejut, ketiga makhluk kecil tadi datang kembali dengan membawa Bangsa Dwarf yang lain. Bagai semut yang tengah mengerubungi gula, itulah yang Emely lihat. Jumlah mereka sangatlah banyak.
"Lihat, kami membawa semua penduduk Laputa untuk membantumu. Kami memang makhluk kecil, tapi kami penolong dan pekerja keras," tutur Klipu yang berlaga seperti pemimpin.
"Apa yang akan kalian lakukan?"
"Kami akan membuatkanmu rakit. Apalagi jumlah kami hampir 5000 Dwarf, itu akan jauh lebih mudah dikerjakan," jawab Blipu yang diangguki oleh seluruh Dwarf lainnya.
Emely membulatkan mata mendengar jumlah mereka yang sebanyak itu. "Ya ampun, terima kasih banyak. Maafkan aku yang sudah merepotkan kalian."
Semua Bangsa Dwarf mulai bekerja, ternyata mereka sudah membawa peralatan. Seperti bambu, tali, alat pemukul, dan sejenisnya. Mereka sangat antusias melakukan itu dengan penuh kesenangan. Saat menggotong bambu besar pun, Bangsa Dwarf mengerjakannya sambil bernyanyi riang. Membuat Emely tersenyum bahagia melihatnya.
"Kalian dapat dari mana bambu besar itu? Bukannya semua yang ada di pulau ini berukuran kecil?" tanya Emely bingung.
"Pulau Liliput telah bekerja sama dengan beberapa pulau besar lainnya. Penghuni di sana akan memberi jika kami meminta. Ya, seperti sekarang ini," jelas Tlipu.
Tak mau kalah dari Bangsa Dwarf, akhirnya Emely juga ikut terjun membuat rakit itu, walaupun pergerakannya harus sengaja diperlambat dan hati-hati. Karena jika tidak, Emely akan merusak semuanya, karena tubuh gadis itu lebih besar dari mereka.
ΦΦΦ
"Chris, mari kita pulang. Percayalah, Emely pasti baik-baik saja di mana pun dia berada," kata Zlic berusaha untuk menenangkan pria yang sedari tadi menampilkan raut wajah gelisah.
Akan tetapi, Chris tidak meresponsnya, dia sibuk memandang lautan lepas. Hatinya bergeming terus mengharapkan Emely datang, entah kenapa dia sangat takut terjadi sesuatu pada gadis itu.
Bangsa Scowf yang satu ini juga merasakan apa yang sedang Chris rasakan. Namun, dia juga tidak bisa hanya menghabiskan waktu di sini saja. Langit sudah gelap dan Zlic harus melanjutkan pekerjaan lain di Orycus. "Silakan jika kau tetap mau di sini, tapi aku tidak bisa menemanimu."
"Pergilah," celetuk Chris tanpa menoleh sedikit pun.
Zlic mulai mengayunkan kaki perlahan. Hati kecilnya memang tidak tega meninggalkan Chris sendirian, tapi apa boleh buat, sebagai kepala Kota Orycus dia sibuk melakukan banyak hal.
"Dia datang!" seru Chris antusias.
Zlic berbalik, matanya menangkap sebuah rakit yang ditumpangi oleh seorang gadis cantik. "Sudah kupastikan dia pasti akan aman," gumamnya tersenyum lebar. Garis tengah di bibirnya muncul sangat jelas.
"Kalian di sini?" tanya Emely setelah rakitnya berhasil mendarat di pinggir pantai. Netranya menatap bingung ke arah Chris. "Kau selamat?" lanjutnya.
"Ya, Zlic menyelamatkanku dengan kekuatannya."
"Lalu, bagaimana dengan Eric?" Emely kembali bertanya.
"Eric juga aman, dia sudah kembali ke istana. Memang kami sempat berpisah setelah masuk ke dalam pusaran air itu, tapi Zlic juga sudah menemukan Eric dan langsung mengirimkan dia ke istananya," jawab Chris dengan enteng.
"Syukurlah kalau begitu."
"Em, tadi kau ada di mana? Kenapa Zlic tidak bisa melacakmu?" Chris mulai mengubah topik pembicaraan.
"Maksudnya?"
Zlic menghampiri Emely. "Aku mencari Chris dan juga Eric menggunakan kekuatanku yang bisa berbicara dengan alam. Tapi entah kenapa saat aku mencarimu, kekuatanku tidak bisa melacaknya."
"Benarkah?" Mata Emely membulat mengetahui itu. "Setelah kejadian pusaran air itu, ombak besar tiba-tiba datang menyeret tubuhku dan aku berakhir terdampar di sebuah pulau, namanya Pulau Liliput."
Zlic mengembuskan napas seraya berucap, "Pantas saja aku tidak bisa melacaknya. Pulau itu dibentengi oleh tabir pelindung yang sangat kuat, kekuatan sepertiku tidak mudah menembusnya."
"Tapi kenapa aku bisa masuk ke dalam pulau itu tanpa kendala?" tanya Emely heran. Karena ia berpikir tabir pelindung itu juga pasti akan mencegatnya.
"Karena kau masuk dengan tidak disengaja dan tanpa kekuatan apa pun. Bangsa Dwarf memasang tabir pelindung di setiap batu karang yang mengelilinginya. Gunanya untuk memberi keamanan penuh dalam menjaga pulau tersebut. Karena beberapa pulau ada yang tidak menyukai tempat itu," papar Zlic menjelaskan.
"Ck, padahal Bangsa Dwarf di sana sangat ramah-ramah dan penolong. Mereka juga yang membuatkanku rakit. Untung saja Pulau Liliput itu kuat dan dihuni oleh para makhluk kecil yang juga sama kuatnya."
Zlic tersenyum, otaknya berpikir gadis ini sungguh mudah beradaptasi. "Baiklah, hari semakin larut. Kita harus segera kembali ke Orycus." Mereka bertiga pun memulai perjalanan menuju Kota Orycus.
ΦΦΦ
Kini pria dengan bulu halus di permukaan dagunya sedang berjalan terburu-buru menuju ruang kerja di rumahnya. Langkahnya yang pincang dilengkapi sepatu hitam yang mengkilap terdengar bergesekan dengan lantai marmer yang ia pijak.
Tak lama pria itu akhirnya tiba di tujuan, akan tetapi ia malah menggeser lemari kayu yang ada di sana dengan perlahan. Kini sebuah pintu besar berbahan besi dan kaca terlihat di baliknya. Dia memasukan kunci yang membuat pintu tersebut terbuka dengan mudah, lalu terpampanglah lorong yang lumayan panjang dengan gaya futuristik yang memukau. Ternyata ruangan sebenarnya yang akan ia datangi berada di balik lorong itu.

Saat pria itu mendekati area pintu besi di ujung lorong, tiba-tiba pintu tersebut bergeser dengan sendirinya. Menciptakan sedikit getaran di sekitar.
Langkah kakinya yang terpingkal kini berhenti karena sebuah layar hologram yang timbul dari meja bundar di tengah-tengah ruangan. Sebuah garis lurus merah terbentang jelas di layar tembus pandang tersebut, pertanda sesuatu yang diprogramnya telah gagal.
"Apa? Kenapa bisa seperti ini? Kurang ajar!" gertak Mr. Ex memukul meja besi di depannya.
"Jika pusaran air dan ombak besar yang kubuat tidak meluluhkan gadis itu, maka aku akan meluncurkan rencana terbesarku! Walaupun aku hanya pernah melakukan eksperimen ini pada hewan, tapi aku tidak peduli, aku tetap akan menjalankannya pada tubuh manusia," dalih Mr. Ex dengan wajah menyeringai. Ia kembali berjalan menuju ruangan lain di dalam sana.
Itulah faktanya, Mr. Ex telah membuat pusaran air dan ombak besar yang sengaja ia kirimkan ke Negeri Invizibila menggunakan alat, racikan, serta kekuatannya sebagai perantara. Akan tetapi, kini semua itu malah gagal.
Ruangan lain yang Mr. Ex kunjungi di sana terlihat dipenuhi dengan ramuan-ramuan kimia serba warna dan berbagai alat lainnya. Ruangan itu layaknya laboratorium serbaguna. Namun, netranya sekarang terkunci pada empat alat yang berbentuk seperti tabung besar berwarna biru di pojok ruangan.
"Aku sudah menyiapkan empat tempat untuk teman-temanmu dan kekasihmu, Em. Tapi sayang, satu temanmu tidak berhasil aku lumpuhkan. Walau begitu, aku tidak akan mengurungkan niatku. Jika aku berhasil, tiga orang ini juga sudah lebih dari cukup. Mereka akan menjadi tangan kananku dan juga musuh besarmu, Emely Cathwill. Aku sudah tidak sabar bagaimana reaksimu nanti setelah kau tahu orang-orang yang kau sayangi akan menentangmu," ungkapnya diiringi tawa yang menggelegar penuh kepuasan.
Pria berambut sedikit ikal itu kini meraih jas putih yang selalu ia gunakan saat melakukan praktik. Lalu, Mr. Ex melanjutkan aktivitasnya dengan memilih tiga ramuan yang berada di balik lemari kaca. Ramuan yang akan mengubah kinerja otak manusia.
Ilmuwan tersebut mulai meracik semuanya. Ia mencampurkan hasil rebusan dari beberapa ramuan alami. Seperti cairan kapur barus, abu pemakaman, kulit hewan kering, dan sari Bunga Raflesia.
Letupan air layaknya air mendidih pun kini mulai terlihat dari ketiga ramuan tersebut, Mr. Ex terus mengaduknya sampai ramuan yang sudah tercampur itu berubah menjadi agak kental. Namun, sekarang gerakannya terhenti, ia malah berjalan ke arah alat berbentuk tabung tadi.
Mr. Ex menekan tombol di masing-masing alat tersebut, kemudian pintu pada alat itu mulai terbuka. Menampilkan ketiga tubuh manusia yang sudah tak berdaya di masing-masing tabungnya.
"Kalian akan bermain-main sekarang," lirih Mr. Ex terdengar menakutkan.
Tangannya bergerak mengambil sesuatu dari balik jas, ternyata itu sebuah suntikan. "Kau harus berterima kasih padaku, Lucy. Aku sudah mengawetkan jasadmu dan sekarang aku akan menghidupkanmu kembali. Tapi nanti kau tidak akan hidup di duniamu lagi," jelas Mr. Ex terus menatap tubuh gadis di depannya yang sudah pucat pasi.
Suntikan tersebut kemudian diarahkan tepat pada leher Lucy, Mr. Ex juga melakukan hal yang sama pada kedua penghuni tabung lainnya.
Setelah darah ketiga orang itu sudah berada digenggaman, selanjutnya Mr. Ex mulai meneteskan darah tersebut pada masing-masing ramuan yang tadi ia racik. Ramuan itu langsung mengepulkan asap putih tepat setelah ketiga darah itu dimasukan.
"Time to start!" seru Mr. Ex menjentikan jarinya dengan bangga.
ΦΦΦ
Emely, Chris, dan Zlic disuguhkan dengan suasana ramai nan meriah saat tiba di Orycus. Banyak lampu-lampu yang terlihat lebih terang dari biasanya, di sana juga banyak makanan dan sebuah kursi besar seperti singgasana.
"Zlic, ada apa ini?" tanya Emely menautkan kedua alis.
"Malam ini adalah Perayaan Crusy, di mana semua penduduk Orycus mendapat penghargaan karena telah menjaga harta karun Negeri Invizibila."
"Memangnya siapa yang akan memberikan penghargaan itu?" Kini Chris yang bertanya.
"Sang pemimpin negeri ini. Hanya saja, sekarang dia tidak datang dan hanya mengirimkan orang kepercayaannya."
"Pemimpin negeri ini? Siapa dia?" Emely semakin penasaran.
"Zlic, kau sudah datang? Ayo, bergabunglah! Kami sudah menantimu sejak tadi, kita langsung mulai saja acaranya," ujar salah satu Bangsa Scowf yang menghampiri Zlic.
"Maaf, Em. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, aku harus segera melengkapi acara ini. Kalian istirahat saja dulu." Zlic memberi usapan kecil tepat pada lengan Emely. Lalu ia langsung pergi untuk bergabung dengan yang lainnya.
Kasihan, Zlic. Kegiatannya jadi terhambat gara-gara aku.