Chereads / Oh!!! My Vampire / Chapter 1 - Tidak Percaya Vampir!

Oh!!! My Vampire

🇮🇩jora_chan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 15.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Tidak Percaya Vampir!

"Tiga mayat perempuan kembali ditemukan di Distrik Numa. Tiga perempuan itu diketahui masih lajang. Tidak ditemukan luka serius di tubuh korban. Hanya ada luka gigitan di bagian leher. Kasus pembunuhan ini masih ditangani oleh kepolisian setempat. Sampai berita ini diturunkan, polisi belum bisa memberikan keterangan apapun. Berbagai rumor tentang vampir semakin dipercaya orang-orang sekitar tempat itu," berita televisi itu diputar bersebalahan dengan liputan di tempat kejadian perkara.

Freya dan Cindy saling menatap setelah melihat berita itu. Bahkan Cindy beranjak dari tempat duduknya untuk melihat bagian leher yang di shoot lebih dekat. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sementara Freya tidak menghiraukannya. Ia sibuk dengan koper miliknya sebagai beauty case karena pekerjaannya.

"Fre, vampir!! Di Distrik Numa lho! Bukankah kita akan ada kerjaan di sana besok?" tanya Cindy panik.

Freya hanya menatap Cindy sekilas. Ia kembali mengecek kelengkapan peralatan make up miliknya. Gadis berumur dua puluh tiga tahun itu seolah tidak peduli dengan kepanikan temannya. Besok mereka akan berangkat ke Distrik Numa. Mereka masuk dalam tim pembuatan sebuah drama yang berjudul Fake Love.

Dua gadis itu tinggal di rumah yang mereka sewa bersama. Freya anak yatim piatu. Setelah keluar dari panti asuhan, ia bisa hidup dengan keterampilannya. Freya dan Cindy dipertemukan di tempat kursus kecantikan. Bahkan sampai ini mereka bersahabat akrab dan menjalani pekerjaan yang sama sebagai make up artist.

Freya tumbuh sebagai gadis mandiri dan pemberani. Gadis itu sangat cantik. Wajahnya tirus, hidungnya mancung dengan mata yang begitu indah berwarna kekuningan atau sering disebut amber. Tinggi badannya kurang lebih 165 cm. Badannya sangat ramping atau nyaris kurus. Semua karena dirinya sakit-sakitan sejak kecil.

Berita di televisi itu sudah berganti. Namun, kekhawatiran di wajah Cindy masih tergambar jelas. Gadis itu berbalik dan duduk di sebelah Freya.

"Fre, lebih baik kita batalkan saja pekerjaan ini. Bukankah masih banyak agensi lain yang memberikan tawaran pada kita," ucap Cindy gusar.

"Cin, kenapa kamu begitu panik? Tidak ada vampir di dunia ini. Polisi saja belum memberikan keterangan. Jadi kamu nggak usah percaya pada rumor nggak jelas itu," kata Freya.

"Tapi Fre, kalau benar ada vampir di sana bagaimana? Apalagi, lokasi syutingnya dekat hutan. Aku takut Fre."

"Sejak dulu kamu memang penakut. Udah deh. Tenang saja. Aku jamin nggak akan ada apa-apa. Aku nggak percaya kalau vampir itu ada."

"Freya, gigitan itu terlihat begitu nyata. Ngeri banget ih," ucap Cindy masih saja ketakutan.

"Tuh, lihat di televisi ada si Dareen. Aktor yang lagi naik daun itu," perkataan Freya langsung mengalihkan perhatian Cindy.

Cindy kembali mendekati layar televisinya itu. Matanya berbinar melihat aktor idolanya. Lagi pula, mungkin hanya Freya yang tidak pernah tertarik dengan Dareen. Sementara kebanyakan gadis lainnya tergila-gila pada Dareen meski hanya bisa memandanginya dari layar kaca saja. Seperti halnya Cindy yang terpana melihat iklan yang lewat beberapa menit itu.

"Dareen selalu saja mempesona! Aku nggak sabar ketemu dengannya besok!! Nggak sabar lihat acting-nya di drama Fake Love besok," seru Cindy senang.

"Nah, baguslah. Akhirnya kamu jadi pergi ke Distrik Numa kan?" tanya Freya sambil tertawa.

"EH?? Jadi sih. Aku pengen ketemu Dareen tapi aku takut vampir."

"Lupakan vampir dan ingatlah Dareen saja! Aku mau tidur dulu," ucap Freya sambil beranjak.

"Siap bos!! Tapi malam ini aku tidur di kamarmu ya," pinta Cindy.

"Kenapa?"

"Aku takut ada vampir. Fre, aku mohon," rengek Cindy.

"Ya ya ya. Baiklah. Dasar penakut," ucap Freya sambil melenggang masuk ke kamarnya.

***

Di sebuah penginapan di Distrik Numa. Malam sudah begitu sepi. Dareen berjalan menuju kamarnya. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia melihat seorang laki-laki sedang menggigit leher seorang perempuan. Sepasang taring mungkin sudah menancap di leher gadis itu. Lelaki itu terlihat begitu menikmati.

"Oliver! Apa yang kamu lakukan?" tanya Dareen kesal.

Oliver Javas tak lain adalah kakak Dareen sendiri. Lelaki itu membalikkan badannya. Ia menyangga badan perempuan yang pingsan itu. Tanpa dosa Oliver tersenyum sambil menunjukkan giginya taringnya yang masih kelihatan itu. Wajah Dareen merah padam karena marah.

"Jangan marah gitu dong. Gadis ini tadi sakit perut sampai hampir jatuh. Jadi aku berusaha meredakannya dengan gigitanku. Sebentar lagi bekas gigitan itu akan hilang dan dia akan sadar tanpa ingat apapun. Lihatlah nanti!" perintah Oliver.

Beberapa menit kemudian gadis itu sadar. Ia cukup kaget karena Oliver sedang menyangga tubuhnya agar tetap berdiri. Gadis itu menjauhkan diri dari tubuh Oliver. Ia tampak segar bugar.

"Maaf Tuan. Tadi saya sakit perut. Jadi saya berjalan agak sempoyongan," ucap gadis itu.

"Tenang saja. Senang bisa membantumu," sahut Oliver sambil tersenyum manis.

Gadis itu pamit pergi. Ia benar-benar tidak ingat apa yang sudah Oliver lakukan. Keluarga Javas sebenarnya adalah keluarga vampir putih. Vampir yang memiliki keahlian menyembuhkan segala macam penyakit hanya dengan gigitannya saja. Jenis vampir seperti mereka sudah mulai punah. Mungkin keberadaannya bisa dihitung dengan jari sekarang ini.

Mereka hidup berbaur bersama manusia dengan sangat baik. Bahkan mereka bisa makan makanan manusia tanpa rasa mual. Salah satu hal yang membedakan vampir putih dan vampir hitam. Mereka juga tidak haus darah dan tidak takut sinar matahari. Ras ini tercipta karena sebuah perjanjian suci ratusan tahun yang lalu.

Oliver mendekati Dareen yang masih terpaku. Ia merangkul adiknya dan mengajak pria itu ke kamar. Kini mereka duduk di kamar. Namun, wajah Dareen masih saja kusut. Oliver bingung apa yang membuat Dareen begitu kesal.

"Ada apa? Kenapa kamu begitu kesal padaku?" tanya Oliver.

"Apa kakak nggak lihat berita tadi? Bisa jadi kalau ada orang lihat, kita yang dituduh pelakunya. Jangan ceroboh Kak! Apalagi karirku sedang berada di puncaknya," jawab Dareen menggebu-gebu.

"Aku hanya ingin menolongnya dari rasa kesakitan. Kita bagaikan simbiosis mutualisme. Dia sembuh dan kembali segar, sedangkan aku juga menikmati darahnya. Impas! Dia nggak rugi."

"Tapi tetap saja melakukannya di muka umum adalah hal ceroboh."

"Dareen, adikku sayang, apakah kamu jarang melakukannya hingga kamu melihatku begitu kesal," ucap Oliver.

"Aku belum pernah melakukannya. Aku bahkan jarang mengeluarkan gigi taringku," sahut Dareen.

"Serius?? Padahal rasanya begitu nikmat. Beda jauh dengan minum darah pakai sedotan."

"Aku tetap saja nggak minat."

"Reen, kita ini vampir putih. Jangan samakan dengan vampir hitam. Gigitan kita justru memberikan keuntungan bagi manusia. Ya mungkin suatu saat nanti kamu akan menyadari semua itu."

"Aku tak peduli soal itu. Yang jadi masalah sekarang, kenapa bisa ada vampir hitam di distrik ini? Aku tak ingin mereka menganggu pekerjaanku," ucap Dareen.

Bersambung...

Hai semuanya, ini novel pertamaku di webnovel. Mohon dukungannya ya. Terima kasih sudah membaca. Semoga kalian sehat selalu dan dilimpahkan rezekinya. Aamiin.