Senja telah tiba, semburat jingga menyebar ke seluru penjuru kota perbatasan Kantraz yang berada di bawah kekuasaan dari Kerajaan Einfelheim. kota tingkat tiga yang berada di perbatasan antara kerajaan Einfleheim dan Kerajaan Astarot. Hampir seluruh kota di kelilingi oleh perbukitan yang tinggi, dan sungai mengalir dari atas gunung ke lembah yang berada di Timur kerajaan, di atas bukit terdapat sebuah menara pantau yang berdiri kokoh. Menara ini tentunya untuk mengawasi perbatasan dari serangan kerajaan Astaroth yang sewaktu waktu bisa menginvasi kerajaan Einfleheim lewat jalur ini. Sementara di Kota terlihat penduduk lalu lalang memenuhi jalanan yang cukup lebar, ada yang baru pulang dari berladang atau baru pulang dari berburu monster Grade rendah yang banyak terdapat di pegunungan.
Suasana riuh para orang orang memenuhi bar bar yang terletak di pinggir jalan, dan pedagang yang menjajakan jajanan di kios kios yang biasanya buka dari sore hari sampai pagi. Namun kedamaian itu segerah berubah saat sesosok tubuh terpental dari dalam Gang dan menabrak tong sampah yang berada di pinggir jalan. Mendengar keributan itu, orang orang yang sedari tadi sedang asyik bercengkrama dengan teman temanya segera menoleh untuk dan melihat ke sosok yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas tumpukan sampah.
Di dalam gang terlihat seorang pemuda berdiri di kelilingi oleh empat pria yang berwajah garang.
"Sialan kau Bocah, gue patahin lenganmu"
Umpat salah seorang pria yang berbadan kurus dan memakai tindik telinga. Sementara si pemuda hanya tersenyum dan mulai berlari untuk menyerang pria yang mengumpat tadi.
Dia berlari dengan cepat, sementara pria bertindik itu segera menyilangkan lengannya untuk menahan serangan yang di lancarkan oleh pemuda itu. Namun, saat pemuda itu berada beberapa meter di depan pria bertindik, Ia langsung menunduk dan melakukan sleeding tackle.
Melihat tackle yang dilakukan musuhnya, pria bertindik itu terbelalak hingga membuatnya telat untuk mengindar dan terjungkal kedepan karena terkena tackle dari pemuda itu. Lalu dengan cerpat pemuda itu berhenti lalu bangkit, Ia segera berlari dan melompat keatas pria bertindik yang masih melayang di udara dan menyikut punggungnya. Dengan keras pria itu mendarat di tanah dan tidak sadarkan diri.
"Lemah!!!. Hoi kalian bertiga, serahin tasnya atau gue patahin leher kalian!!!."
Sambil berdiri, pemuda itu menatap ketiga pria yang masih berdiri dengan gemetaran, ia berharap dengan memberikan ancaman itu mereka segera pergi dari tempat ini dan menyerahkan hasil mereka menjambret tadi.
"Iiiiya bang, ampuni kami bang."
Ucap salah seorang pria yang membawa tas sambil menunduk dan menaruh tas di tanah, lalu mereka segera berlari meninggalkan teman teman mereka yang pingsan.
"Cih, penjahat kelas teri."
Ucap pemuda itu sambil mengambil tas yang berada di tanah, lalu ia segera beranjak pergi dari tempat itu untuk mengembalikan tas milik ibu ibu di pasar yang tadi di jambret oleh komplotan itu.
Setelah berjalan beberapa menit, ia akhirnya sampai dan melihat ibu ibu yang berdiri di pintu masuk pasar sambil menunggu kedatangan Pemuda itu. Lalu ia segera mempercepat langaknya untuk menghampiri ibu itu.
"Nak Alex! Gimana? Mereka udah tertangkap?"
Ucap ibu itu dengan nada antusias saat melihat pemuda bernama Alex itu mendekat kearahnya.
"Udah bu, ini tas nya."
Sambil tersenyum Alex menyerahkan tas milik ibu itu.
"Ohh syukurlah, nih nak buat adek adek kamu di panti."
Ibu itu memberikan beberapa koin silver kepada Alex, namun ia enggan untuk menerimanya karena ia Murni ingin menolong ibu itu. Tetapi ibu itu memaksanya untuk menerima koin itu, dan dengan terpaksa Alex menerimanya sambil berkali kali mengucapkan terima kasih.
Melihat kelakuan Alex, Ibu itu hanya tersenyum.
"Udah kamu pulang sana, nanti di marahin ibu pantimu, kalau pulang telat."
Lalu Ibu itu menyuruh Alex untuk segera pulang sambil berjalan memasuki pasar, memang pasar di kota Kantaz.
Ya pemuda yang bernama Alex adalah seorang anak asuh di Panti Asuhan Setia Kasih yang di kepalai oleh Ibu Paramita, sudah di asuh di dalam panti dari masih bayi hingga besar, dan sampai sekarang ia masih tinggal didalam panti untuk membatu ibu Paramita mengasuh adik adiknya, terkadang Alex berkerja menjadi seorang kuli panggul di pasar untuk membantu menambah kas panti yang sering kali habis untuk kebutuhan sehari hari.
Nama panjang pemuda itu adalah Alexander Lunar, pemuda yang tidak memiliki kekuatan sihir dimana di dunia yang menjadikan Sihir sebagai bagian dari kehidupan mereka, sering kali Ia di hina oleh pemuda sekitar karena tidak memiliki kekuatan Sihir. Namun, ia tidak berkecil hati. Ia sering berlatih ilmu beladiri dan bahkan Ia sudah menguasai lima senjata yang umum di gunakan oleh para pemburu monster. Mulai dari pedang, pedang dua tangan, tombak, Panah, dan pisau lempar yang lazimnya di pakai oleh Assasin. Bukan hanya itu saja, ia bahkan menguasai jurus jurus bela diri tangan kosong yang mematikan, tetapi meskipun ia menguasai ilmu bela diri, ia tidak menjadi sombong. Dan bahkan menjadi lebih rendah hati.
Sambil membawa sekarung beras, Alex berjalan ringan dengan wajah penuh kebahagiaan, karena bisa membantu Ibu Mita, panggilan akrab Alex kepada Ibu Paramita. Ia senang karena hari ini berhasil membawa pulang sekarung beras yang jarang sekali ia dapatkan karena menjadi seorang kuli panggul hanya mendapatkan upah yang sangat sedikit, yaitu 10 Koin Copper per angkatan, sementara harga sekarung beras adalah 10 silver, dan satu koin silver setara dengan seratus koin Copper, Alex harus berkerja selama seratus hari untuk mendapatkan sekarung beras dengan 10 angkatan perhari. Itulah yang membuatnya senang, karena berkat pemberian dari ibu ibu tadi, ia bisa membeli sekarung beras.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Alex tiba di depan sebuah gerbang yang sederhana. Diatas gerbang itu terpampang sebuah papan yang bertuliskan Panti Asuhan Setia Kasih. panti asuhan yang memiliki tiga gedung dan sebuah lapangan tempat biasanya anak anak bermain. Sebelum memasuki gedung, Alex berjalan dengan perlahan dan menengok ke kiri dan kekanan untuk memastikan seseorang tidak mengetahui kedatangannya. setelah merasa aman, Ia masuk sambil membawa beras yang dibelinya di pasar tadi.
"Alexandeeeeer!!!"
Saat baru masuk beberapa langkah, tiba tiba terdengar sebuah teriakan kencang dari dalam gedung pengurus yang berada paling depan dan berhadapan dengan gerbang masuk. mendengar teriakan itu, wajah Alex mendadak pucat dan segera menaruh karung beras di depannya dan bersembunyi di belakang karung itu.
"Sial, ketahuan aku."
Ucap Alex sambil gemetaran seperti melihat sesosok hantu yang sangat menyeramkan.
"Alexande! Dari mana kamu?"
Ucap seorang ibu ibu yang keluar dari gedung pengurus sambil membawa teflon, terlihat ia sangat marah sambil menunjuk nunjuk kearah Alex yang bersembunyi di belakang karung.
"Ampun Bun, Alex tadi ngelawan jambret di pasar jadi kemaleman pulangnya."
"Alesan kamu!, Sekarang kamu ibu hukum beraihkan Toilet dan cuci piring di dapur!!!"
"Tapi Bun, Alex bawa beras sekarung."
Sambil menunjukkan sekarung beras kepada ibu paramita, Alex berharap untuk tidak di hukum olehnya, sementara ibu paramita yang menyadari Alex membawa sekarung beras, Wajahnya segera berubah dengan penuh semangat.
"Woah, sekarung beras!, Kerja bagus Alex tapi, kamu tetap Ibu hukum dan sekarang cepat laksanakan hukuman dari Ibu atau Ibu tambahin hukumannya!!!"
"Yah kok gitu bun?".
Ucap Alex yang kecewa karena tetap mendapat hukuman meskipun pulang membawa sekarung beras. Dengan gontai ia berjalan kearah toilet untuk melaksanakan hukumanya. Setelah membersihkan toilet, Ia segera berjalan ke dapur untuk mencuci piring. Saat mencuci piring, Ia di bantu oleh adik adiknya supaya cepat selesai. Alex merasa terharu melihat solidaritas dari adik adiknya, hingga membuat ia meneteskan air mata.
Di tengah tengah sulitnya hidup, di tengah tengah kerinduan akan keluarga kandung, mereka masih bisa tertawa dan saling menghibur tanpa memperdulikan busuknya dunia yang mengesampingkan mereka yang kurang beruntung. Di dalam hati Alex bertekat untuk menjadi seseorang yang sukses dan mendapatkan banyak uang untuk membesarkan adik adik panti dengan layak.
Setelah selesai mencuci piring dan mandi, Alex segera membantu mengerjakan PR adik adiknya, semua adik adiknya memang bersekolah dari bantuan kerajaan yang cukup memperdulikan pendidikan anak anak yatimpiatu seperti mereka. Jika ada salah satu anak panti yang berbakat di bidang sihir maupun alkemis, kerajaan pasti akan memasukan mereka ke akademi yang cukup bagus di Ibu Kota.
Di malam hari yang sunyi dan tenang, sesekali terdengar suara jangkrik yang menjadi musik pengantar tidur anak anak panti. Bulan purnama yang bersinar terang menyinari semua area di dalam kota, bintang berkedip kedip seakan malu dengan cahaya bulan yang sangat cantik. Alex yang sekarang berkeliling mengecek asrama dan memastikan anak anak panti sudah tidur, sesekali Ia masuk dan mematikan lampu dari kristal moonlight supaya tidak kehabisan dayanya. Setelah selesai mengecek semua tempat, Alex segera menuju kamarnya yang berada di pojokan lapangan, Ia sengaja menempati tempat ini supaya bisa mengawasi semua gedung dengan jelas. Lalu ia bersiap untuk tidur dan menunggu esok tiba.
"Esok pasti kan lebih baik."
Gumam Alex sebelum terlelap dalam mimpinya.
Sementara itu, di sebuah hutan belantara yang ditempati oleh suku tertutup. Terjadi sebuah kekacauan besar dimana tiba tiba semua gubuk tempat tinggal terbakar dengan api. Semua penduduk desa kalang kabut mencari air untuk memadamkan api.
"Panggil Sang Hybrith!!!"
Ucap seorang pria paruh baya yang memakai sebuah ornamen dikepalanya sambil berlarian mencari air.mendengar perintah dari pria itu, salah satu pemuda segera berlari menuju sebuah goa yang berada di samping desa dengan tergesa gesa.
"Tuan! Tuan Hybrith! Desa kebakaran Tuan, tolong bantu kami memadamkan api!!!"
Teriak pemuda itu saat berada di depan Goa. setelah beberapa saat menunggu, akhirnya seorang pemuda yang ia cari segera keluar dengan raut wajah kebingungan, pemuda itu memiliki fitur wajah oval, memiliki bibir tipis dan hidung mancung, sorot matanya yang tegas dan terlihat ada empat titik berwarna merah, hijau, biru dan coklat keemasan. Ia melihat kesekelilingnya yang dipenuhi dengan api. Dengan perlahan Ia menggumam sambil menunjuk kearah atas. Tiba tiba, muncul sebuah Rune magic yang berwarna Biru menutupi area desa.
"Rain Drop skill, Activated!!!"
Setelah Rune terbentuk, pemuda itu segera berteriak dengan lantang. Dan ajaibnya, tiba tiba turun hujan yang sangat lebat sehingga membuat kobaran api yang ganas menjadi padam. Penduduk desa yang mengetahui hal itu segera bersorak kegirangan karena api sudah padam.
"Plok plok plok..... well well well tak percuma aku datang jauh jauh kesini, ternyata Sang Hybrit muncul di sini."
Tiba tiba muncul seseorang pria memakai jubah hitam dari belakang pemuda Itu, pria itu segera berjalan dengan perlahan dan tatapanya tidak pernah luput dari pemuda yang di panggil sang Hybrith oleh warga sekitarnya.
"Siapa kamu?"
Ucap pemuda Hybrith sambil meloncat kebelakang dan mengambil posisi tempur, Pemuda itu menatap dengan tajam pria misterius di depanya sambil mengaktifkan sebuah bola api di tanganya.
"Aku?, Aku adalah malaikat maut mu!."
Dengan cepat pria itu berlari kearah Sang Hybrith dan menusukkan sebuah belati tepat di pusar milik pemuda itu. Lalu dengan santai ia memutar tangannya dan menggumamkan mantra kuno yang sangat aneh.
"Sealing skill Activated!"
Setelah menggumam Ia lalu menunjuk gagang belati dan mengatakan aktivasi skill dengan pelan. Di belakang belati yang menancap di perut Sang hybrith segera muncul rune kecil berwarna gelap dan menghilang dalam sekejap. Lalu pria itu menarik dengan paksa belati miliknya dan menyembunyikanya di balik jubah. penduduk desa yang mengetahui kalau sang Hybrith tertusuk segera berlari untuk menghajar si pelaku. Namun, saat mereka sudah berada satu meter dari pria itu, mereka terpental seakan akan ada sebuah medan yang menutupi pria misterius itu.
"Hahahah, lumayan. Sang hybrith ke empat, terima kasih kekuatannya nak"
Setelah mengucap terima kasih dengan nada sarkasme sambil menepuk nepuk pipi pemuda yang sekarat itu, pria itu segera menghilang dari pandangan penduduk desa yang ketakutan. Lalu sang kepala suku segera menghampiri tubuh pemuda Hybrith yang tergeletak tak berdaya dengan berderai air mata.
"Kalian cepat, panggil Alkemis!!!"
Teriak pria itu sambil mengangkat kepala sang Hybrith, dan salah seorang warga segera berlari memanggil alkemis, ia berlari dengan cepat dan berharap ia bisa tepat waktu membawa alkemis untuk menyelamatkan sang hybrith yang selama ini menjaga mereka dari gangguan bandit maupun monster ganas.
"Uhuk!!, Tak perlu pak tua jhonson. Aku sudah gagal menjaga kekuatan ini.....uhuk! Kalian segera kirim utusan ke lima gereja tertinggi, dan suruh mereka bersiap akan pertempuran besar yang akan tiba di abad ini.... Uhuk! ..uhuk!... Mulai sekarang, jaga diri kalian selamat ting-"
Tiba tiba turun hujan deras, dan dibawah hujan pemuda Hybrith itu menghembuskan nafas terakhirnya. Tangis segera pecah, semua warga desa berlutut dan menangis dengan keras. Hujan semakin deras seakan akan langit pun ikut menangisi tewasnya sang Hybrith.
Sementara itu, di panti asuhan Setia kasih, Alex yang belum tertidur meskipun sudah larut malam tiba tiba bangkit saat mendengar dentuman yang cukup keras dari arah kamar ibu paramita yang berada di gedung depan, ia segera memasuki gedung dan secara perlahan menuju pintu kamar Ibu Paramita yang sedikit terbuka. Lalu ia mengambil sebuah tongkat pemukul yang berada di sampingnya dan memegang erat erat sambil berjalan mendekat kearah pintu.
Alex menyandarkan dirinya di tembok yang berada di samping pintu untuk menyiapkan keberaniannya.dan dengan perlahan, Ia mengintip kedalam kamar ibu paramita melewati celah pintu yang terbuka. Saat melihat kedalam, Alex terkejut lalu segera berlari dan membuang tongkat yang berada di tanganya. Ia melihat Ibu Paramita sedang terkapar dan bersimbah darah, terlihat sebuah lubang raksasa berada di tembok, seperti hasil dari sebuah ledakan mana.
"Ibu, ibuuuu, bertahanlah bu!!!"
Teriak Alex sambil menyandarkan kepala Ibu paramita ke bantal yang ia raih dari tempat tidur.
"Alex, Lari...! Lari sekarang nak!"
Ucap ibu Paramita yang sekarat dengan tertahan, Ia menyuruh Alex untuk berlari seakan akan Ia takut Alex di ketemukan oleh orang lain.
'Blammm!'
Tiba tiba sebuah ledakan terdengar dari luar tembok yang berada di belakang Alex. Terkena ledakan itu, Alex langsung terpental dan menabrak tembok yang berada di sebrangnya. Penglihatannya perlahan memudar.tetapi, Ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap sadar dan bangkit untuk mendekat kearah Ibu Paramita yang terluka.
Ia berusaha untuk bangkit dengan sekuat tenaga, namun, usahanya gagal karena kaki kirinya terhimpit oleh reruntuhan tembok. Dengan tak berdaya Ia menjulurkan tanganya kearah Ibu Paramita, Berharap tanganya memanjang dan bisa meraih Ibu Paramita yang terluka. Sementara Ibu paramita melihat Alex dengan teduh dan mengucapkan beberapa patah kata, namun Alex tidak bisa mendengarnya sama sekali karena telinganya masing berdengung setelah terkena efek ledakan tadi. Setelah mengucapkan beberapa kata, Ibu Paramita tak sadarkan diri.
"Ibuuuuuu!!!."
Teriak Alex dengan keras, lalu ia berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tembok yang menghimpit kakinya. Usahanya tidak sia sia, Ia berhasil mengangkat sedikit tembok dan memberikan ruang untuk menarik kakinya. Setelah berhasil lepas dari hompitan tembok itu, Alex segera berlari kearah Ibu paramita dan mengecek denyut nadinya yang ternyata sudah tidak berdenyut lagi.
"Nggak! Nggak! Ibu nggak boleh mati. Bu Bangun bu!!!"
Sambil memeluk jasad Ibu Paramita, Alex berusaha membangunkanya meskipun ia tahu kalau Ibu Paramita sudah pergi meninggalkan dia dan adik adiknya.
"Hahaha hai no 2,apa ku bilang?, Bunuh Aelexia dan sang Hybrith akan muncul."
Tiba tiba muncul sesosok pria menggunakan jubah hitam yang memiliki emblem Ular berkepala tujuh berdiri tepat di depan lubang yang berada di tembok. Pria itu menatap Alex dan jasad ibu paramita dengan santai seakan akan ia tidak sadar baru melakukan sesuatu yang kejih.
"Hahaha Benar kau No4!, Tapi sayang. Sang Hybrith belum mengeluarkan kekuatanya."
Belum terkejut dengan munculnya sesosok berjubah hitam, Alex kembali dikejutkan dengan munculnya sesosok perempuan yang juga memakai jubah berlencana Ular berkepala tujuh.
"Siapa kalian?!"
Ucap Alex sambil memandang tajam kearah kedua sosok itu.
"Kemana No 3 dan No 1?"
Ucap pria yang di panggil no 4 tanpa menggubris pertanyaaan Alex yang berdiri di depanya. Namun, Tatapan pria itu tidak pernah lepas dari Alex, tatapanya tajam seperti seekor singa yang sedang mengintai mangsanya.
"Ngebunuh kroco kroco di gedung sebelah tuh."
Mendengar pertanyaan dari kawanya perempuan yang di panggil No 2 menjawab sambil menunjuk ke gedung Asrama tempat Anak Anak panti tidur. Alex yang mengetahui kalau adik adiknya juga dalam bahaya segera berbalik kearah pintu dan berlari untuk menyelamatkan mereka. Namun saat ia akan berlari, tiba tiba sebuah cambuk menjulur menangkapnya dan membantingnya ke tembok.
"Hahaha, mau kemana?"
Ucap perempuan itu sambil mengayunkan Cambuk yang ia pegang kearah samping hingga membuat Alex terpental dan menabrak laci yang berada di sampingnya. Saat Alex terpental dan menabrak laci, Ia melihat sebuah pisau yang memiliki panjang 20 centimeter terselip di bawah kolong laci yang hancur. Lalu dengan diam diam ia menariknya dari sarung dan menyimpanya di belakang rompinya. Dengan susah payah Alex kembali bangkit dan berjalan kearah pintu. Melihat hal itu, perempuan berjubah kembali mengayunkan cambuknya dan meraih Alex. Lalu, ia kembali mengayunkan Alex yang terlilit cambuk milik perempuan itu kearah tembok yang berada di kiri dari tempat pria yang di panggil no 4 itu berdiri.
Mengandalkan intuinsinya, saat cambuk melaonggar, Alex segera mengepaskan pijakanya, dengan cepat ia mendapatkan momentum untuk meloncat kearah pria yang di sebut No 4 dan menikamkan belati yang berada di rompinya ke leher pria yang tidak siap akan serangan kejutan dari alex itu.
"Mati kau!!!"
Teriak Alex sambil kembali menikamkan belatinya ke leher pria itu. Pria itu langsung tewas seketika karena tenggorokan dan kerongkonganya terputus oleh tikaman dari Alex. Lalu, Alex segera meloncat kearah wanita pembawa cambuk itu dan menusuk perutnya, setelah pisau menancap ke perut perempuan itu, Alex dengan ganas mendorong pisau yang ia genggam kesamping sampai membuat usus wanita itu terburai.
Sebenarnya, Alex melakukan itu tanpa ia menyadarinya, Ia merasa kalau matanya menjadi gelap dan seluruh tubuhnya menjadi ringan hingga memungkinkan ia untuk melakukan manuver gila itu. Setelah selesai melakukan manuver itu, pandangan Alex kembali dan saat ia membuka matanya Ia melihat kedua sosok yang sekarang sudah menjadi mayat menjadi terkejut. Lalu ia mengangkat tanganya yang terasa hangat dan lengket. Ia menjadi tambah histeris karena pelaku pembunuhan itu adala dirinya. Tapi dengan cepat Alex kembali menenangkan dirinya dan mengambil Pedang ganda yang menempel di rompi khusus milik pria berjubah itu. Ia mengenakanya dan segera berlari keasrama untuk memburu teman teman dari kedua orang yang ia bunuh.
"Jika memang aku akan di hukum mati, maka jadilah."
Gumam Alex sambil berlari kearah asrama. Ya di kerajaan Einfleheim memang di berlakukan hukum dimana jika seseorang terbukti membunuh maka hukumanya adalah diGantung atau dipancung. Dan hukuman itu di lakukan di depan umum.
Setelah sampai, Alex segera memasuki gedung dengan diam diam, lalu ia mengendap dan mencari musuh yang lainya. Setelah mencari beberapa menit, Alex melihat seorang pria berjubah merdiri memunggunginya. Lalu dengan perlahan Alex berjalan kearahnya dan saat pria itu sudah berada di jangkauan tanganya, Alex segera membungkam mulut pria itu dan menggorok lehernya dengan cepat. Setelah memastikan pria itu tewas Alex segera meninggalkan jasadnya dan kembali mencari satu satunya komplotan berjubah yang tersisa.
"Hoi No1, sudah tewas semua kah?"
Teriak pria itu sambil berjalan menuruni tangga dari lantai 3. Mengetahui targetnya sedang menuruni tangga, Alex segera bersembunyi di balik tembok untuk menyergap orang itu. Dengan tenang Ia mendengarkan suara langkag kaki dari pria itu. Setelah suara langkah itu mendekat, Alex segera keluar dari balik tembok dan menusukkan pedang ganda yang berada di tanganya ke perut pria itu. Lalu Alex segera menebaskan kedua pedang ke samping kiri dan samping kanan perut pria itu hingga membuat tubuh nya terpisah menjadi dua. Dengan berlumuran darah musuhnya, Alex segera bangkit dan berlari sambil membawa kedua pedang ditangannya untuk berjaga jaga jika masih ada musuh di dalam sana. Namun Ia terkejut saat melihat kamar asrama yang sudah dipenuhi oleh Darah dan jasad adik adiknya yang bergelimpangan, lalu Ia kembali berlari menuju kamar di lantai dua dan melihat apakah masih ada yang selamat .namun hasilnya tetap sama semua saudara saudaranya tewas dengan mengenaskan. Namun Alex tidak berputus asa, Ia kembali berlari dan melihat ke lantai tiga, namun hal yang ia lihat membuat kedua kakinya melunak dan memaksanya untuk berlutut sambil menangis karena saudara saudaranya sudah tewas karena Ia terlambat untuk menyelamatkan mereka. Dan dengan cepat ia keluar gedung untuk melaporkan kejadian ini ke kantor keamanan kota.