Hari yang biasanya aku jalani adalah melamar kerja, tapi kali ini aku menyuruh diriku sendiri untuk sabar menunggu ijazahku keluar terlebih dahulu. Rasa bosan yang sering kurasakan hilang seketika ketika aku menemukan aplikasi itu. Hari-hariku sangat indah rasanya, bisa mendengarkan orang menyanyi, puisi, drama dan lainnya. Tapi yang paling menyenangkan bagiku adalah bisa berbincang dengan Jerry. Dia orangnya ramah banget, apalagi diajak curhat rasanya nyambung senyambung-nyambungnya. Aku sangat menyukai orang yang pandai bernyanyi dan kebetulan Jerry malam ini menyanyikan sebuah lagu untukku.
"Terimalah lagu ini dari orang biasa tapi cintaku padamu luar biasa. Heem..hemm..hemm.. Tulus padamu." Ucap Jerry yang sedang menyanyi itu.
Aku salah tingkah saat dinyanyikan lagu itu.
"Lagu ini kubawakan khusus untuk Bella. Bel, maukah kau menjadi pacarku?" Ucap Jerry setelah menyanyikan lagu romantis itu.
"Tapi kirim hadiah Villa dulu. Biar diterima sama Bella, iya kan Bel?" Ucap Winda yang kebetulan juga ada berada di dalam room.
Aku mengangguk saja dong siapa tau dia gak mau kirim hadiah itu, karena hadiah yang berupa Villa itu sangatlah mahal. Harganya sekitar 10.000 koin.
Tapi betapa terkejutnya aku, Jerry dengen entengnya mengirimkan hadiah itu.
Jreeng.. Sebuah gambar Villa nan mewah memenuhi layar ponselku dikirim dari Kecimpring teruntuk Senja.
Sejak saat itu aku berpacaran dengannya, aku jadi sering bercerita dengannya. Jerry pun juga sering curhat padaku. Hari kian hari kami makin akrab khalayaknya pacaran di dunia nyata.
"Bel, ayo kita ketemuan." Sebuah pesan masuk dari Jerry.
"Okay, dimana?" Jawabku lewat pesan.
"Kita ketemuan di taman dekat mall sakura."
Matahari sore sedang bersinar terang aku sangat kagum dengan pemandangan itu. Cekrek.. Bunyi sebuah ponsel yang sedang memotret. Sebuah pemandangan yang sangat indah tak boleh dilewatkan, sangat rugi jika hanya dinikmati tanpa diabadikan. Itu prinsipku.
Aku sedang menunggu kedatangan seorang pria yang tak pernah aku temui sebelumnya. Walau sering melihatnya secara virtual itu sama sekali tak meyakinkan kalau dia memang benar tampan seperti yang ada di foto.
"Hei, gimana bagus gak pemandangannya? kamu suka kan?" Ucap seorang pria yang tak ku ketahui siapa dia.
Aku menoleh, dan benar saja pria itu adalah Jerry. Dia benaran tampan seperti yang ada difoto mala lebih tampanan yang asli. Dengan kepala yang mendongak aku tercengang melihatnya. Sudahlah tampan, tinggi, badannya juga perfect. Ini sangat diluar bayanganku. "Ini benaran pacarku?" Tanya dalam hati.
Jerry berdiri tegap, kedua tangannya dimasukan dalam saku celananya. Ia tersenyum manis menatap kedua bola mataku dan itu membuatku deg-degkan. Jantungku rasanya mau copot. Tak bisa mengendalikan rasa gugupku, aku yang tadinya menatap matanya berpaling seketika dari tatapan itu.
"Lucu sekali." Ucap Jerry sambil tersenyum renyah melihat tingkahku.
"Atur napas Bel, atur gak boleh gugup di depan pacar sendiri." Ucapku dalam hati.
"Ayo." Ajak Jerry untuk berjalan-jalan di taman.
Aku dan dia berjalan dengan canggung. Dia yang senyum-senyum melihatku. Sementara aku tertunduk malu.
"Kamu tau? saat pertama kali aku melihatmu, rasanya duniaku teralihkan hanya padamu." Ucap Jerry padaku.
"Hehehe." Aku hanya nyengir tak berani menatap matanya. Jantungku benar-benar rasa berhenti saat mendengar pernyataanya barusan.
"Help me God!" Ucapku dalam hati.
Jerry menghentikan langkahnya dan aku pun itu berhenti.
"Dengar." Ucapnya sambil menaruh kedua tangannya pada bahuku. Ia tersenyum manis menatap kedua bola mataku.
"Kita hanya pacaran di dunia virtual bukan di dunia nyata. Jadi kalau bertemu denganku lagi pura-pura gak kenal aja ya." Ucap Jerry.
Mataku memanas, hatiku rasanya remuk. Setelah merayuku dengan mengucapkan berbagai kata yang indah padaku lalu dengan mudahnya dia bilang begitu. Kami berpacaran secara virtual yang sangat romantis dalam kata-kata, tapi setelah bertemu. Bagaimana mungkin dia bersikap begini?
"Aku kasih kamu satu permintaan, setelah itu mari kita lanjutkan saja pacaran secara virtual." Ucap Jerry lagi.
Aku menghela napas dulu untuk menjernihkan pikiran. Aku memang sudah jatuh hati padanya sejak sebelum bertemu dengannya. Dan setelah bertemu aku makin jatuh hati, tapi tidak dengan dia.
"Kak, bagaimana mungkin kita tetap pacaran virtual tapi tidak di dunia nyata? Jadi selama ini bagimu aku ini apa?" Ucapku sambil meneteskan cairan bening di pipiku.
Tangan Jerry menyentuh pipiku, dihapusnya cairan bening itu dan menatapku dengan tajam.
"Katakan apa permintaanmu? Mau kerjaan?" Ucapnya dengan santai.
"Kak, kita gak bisa meneruskan hubungan kita lagi. Mending kita udahan aja. Aku gak mau hanya pacaran secara virtual aja, aku sudah menaruh banyak harapan sama kakak. Hatiku sudah kuberikan utuh untukmu. Tapi.. Ini yang kakak lakukan padaku?" Ucapku sambil menangis.
"Jangan coba-coba untuk putus hubungnan denganku, kalau berani kamu tau sendiri akibatnya. Akunmu akan aku ambil alih dan merusaknya dengan mencemarkan nama baikmu." Ucap Jerry.
Aku gak tau lagi harus berbuat apa? Jerry memang sangat pandai dalam bidang IT, ia pernah menghack akun-akun orang. Aku tak mau ambil risiko.
"Baiklah, jika itu maumu." Ucapku sambil berbalik meninggalkannya.
Aku menangis disepanjang jalan perjalanan pulang. Kenapa Jerry sangat jahat samaku.
Ku buka ponselku dan menghapus akunku di aplikasi itu.
"Aku gak mau lagi berhubungan dengan orang gila kayak dia." Ucapku sambil menghapus akun.
Satu bulan kemudian, aku tak lagi memainkan aplikasi itu. Aku memang rindu untuk berbincang dengan teman-teman onlineku disana, tapi aku gak mau ambil risiko. Gimana jika ketemu dengan si brengsek itu lagi, itu akan sangat menyiksa perasaanku.
Ijazahku sudah keluar dan aku sudah bebas untuk cari kerja.
Hari ini aku interview di sebuah perusahaan yang besar di kotaku. Aku gak tau kenapa aku dipanggil disana padahal aku hanya lulusan SMA.
*Di kantor Shinya.
Jerry duduk di dalam ruang kerjanya sambil meminum segelas kopi.
Tok..tok..tok.. Suara ketukan pintu.
"Ya silahkan masuk." Ucap Jerry.
Seorang wanita cantik dengan body goal masuk ke dalam ruang kerja Jerry.
"Ini Pak CV pelamar yang lolos tes kemarin, silahkan Bapak pilih untuk dijadikan sekretaris." Ucap pegawai kantor Shinya itu yang bernama Nadia.
*5 menit sebelum Nadia mengantarkan CV para pelamar kerja.
Di ruang HRD, sebelum nadia mengantarkan CV para pelamar ia sempat menelpon pacarnya dulu. Ia meletakkan data pelamar diatas meja dan meninggalkannya.
Grebek.. CV itu terjatuh dari meja, seorang karyawan lain yang juga membawa CV pelamar kerja bagian admin ikut terjatuh, ia memungutnya dan tak sengaja tertukar. Dan itu tak diketahui sama sekali oleh Nadia.
"Baiklah, letakkan saja diatas meja." Ucap Jerry.
Ia melihat-lihat data pelamar kerja mana yang cocok menggantikan sekretarisnya yang dulu.
"Hah? Bella Putri?" Dilihatnya gambar 3X4 dengan latar merah itu. "Dia melamar kerja disini?" Ucap Jerry.
Dilihatnya lagi baik-baik data pelamar itu, ia heran kenapa dari lulusan SMA/SMK semua.
"Astaga ini kan pelamar bagian admin gudang, kenapa bisa ada disini?" Teriak Jerry.
Sambil mikir-mikir Jerry mondar mandir di ruangannya.
"setelah lama tak berbincang dengannya, kok aku merindukan suaranya ya? Pengen denger dia berpuisi lagi dan juga?" Ucap Jery sambil memikirkan Bella.