Chereads / Bukan Pangeran Berkuda / Chapter 5 - Tamparan

Chapter 5 - Tamparan

Iya nggak apa-apa kok Pak, Justru Aisyah yang harusnya meminta maaf karena sudah membuat Bapak menunggu lama," balasku tak lupa dengan membalas senyum ramah Bapak itu dengan senyumanku yang tak kalah ramah dan manis. 

"Non Ayo kita pulang sekarang sebelum kita terjebak macet parah nanti," ajak Pak Cecep. 

"Iya Pak," sahutku mulai berjalan. 

Tiba-tiba

"Aduh," rintihku membuat Pak Cecep melihat ke arahku dan menyadari jika kakiku sakit. 

"Kaki Non kenapa? Karena anak-anak badel tadi kah?" tanya Pak Cecep khawatir akan kondisiku. 

"Nggak kok Pak. Pak bantu aku jalan ya."

"Iya Non, nanti sampai rumah jangan lupa diobatin kakinya," pesan Pak Cecep tampak sangat peduli.  

"Iya Pak, terima kasih sudah sangat peduli," ujarku berterima kasih. 

***

Saat sampai di rumah, aku melihat papa bersama seorang wanita di ruang tamu tengah mengobrol dan sesekali disertai gelak tawa papa.  

Aku menatap wanita itu dengan teliti dari ujuang rambut sampai ujung kakinya, sungguh dia sangat mempesona tetapi bukan itu yang mau aku bahas melainkah ketidak sukaanku saat pertama kali melihat wanita itu, itu semua dikarenakan aku merasa jika wanita itu sangat sepesial bagi papa tapi itu tidak mungkin karena aku tak akan percaya jika hati papa sudah berpindah kelain hati kecuali jika bibir pria itu sendiri yang mengatakannya kepadaku. 

'Siapa wanita itu? Apa jangan-jangan dia adalah ... astagfirullah kamu tidak boleh negatif thingking Aisyah apa lagi ke papa kamu sendiri,' batinku.

Aku memberanikan diri menghampiri mereka, dan bersalaman dengan Papa seakan tak ada apa-apa karena aku takut jika firasatku akan wanita itu hanya lah kesalahan besar. Namun, tiba-tiba saja Papa menyuruhku duduk, aku mulai merasa semakin aneh tetapi aku menuruti perintah papa yang menyuruhku untuk suduk di sampingnya. 

"Eh anak sayangnya papa akhirnya pulang, ayo duduk dulu sama papa di sini sayang," pinta Papa. 

"Iya Pa," sahutku. 

Selama ini papa tidak pernah menyuruhku duduk di dekatnya jika ada tamu penting, beliau biasanya selalu menyuruhku masuk ke kamar, katanya anak kecil tidak boleh dengar obrolan orang dewasa, tidak sopan. Lalu kenapa sekarang papa menyuruhku untuk duduk saat seorang tamu tengah mengobrol dengannya? Arghhh entah lah, semua pertanyaan ini terus berputar di otakku seperti kaset rusak. 

"Sayang kamu kenapa telat pulang sekolahnya?" tanya Papa mengelus rambutku seakan-akan tengah pamer kepada wanita itu jika beliau adalah papa yang penyayang, yah itu tak perlu dipungkiri lagi jika papaku adalah papa terbaik di seluruh alam semesta ini. 

"Macet Pa ditambah lagi tadi aku tengah bersama dengan kedua temanku," sahutku. 

"Teman yang mana sayang? Papa kenal nggak?" tanya Papa kembali. 

"Ada deh, Papa kepo banget sih jadi makin sayang," jawabku.

"Hahaha harus dong, kamu itu kan permata dan separuh hidupnya papa, papa bisa melakukan apapun itu asalkan putri kecil ini tersenyum bahagia," ujar Papa membuatku terharu dan meneteskan air mata. 

"Sayang Papa," ucapku merangkul papa dengan manja. 

"Papa juga sayang banget dengan kamu, Nak," balas Papa mencium keningku. 

"Uwu kalian so sweet banget sih, jadi pengen ikut meluk deh," seru wanita itu.

"Pa, dia siapa sebenarnya?" tanyaku datar. 

"Oh iya papa lupa memperkenalkan perempuan cantik ini ke kamu, perempuan cantik yang tengah bersama kita ini bernama Siska."

Siska perempuan cantik berambut panjang dengan lesung pipi di kiri kanannya serta alis tebal membuatnya begitu mempesona tak lupa bulu mata meletik serta gigi gingsung makin membuat semua pria akan bertekuk lutut kepada wanita itu, aku harap papa tak terbujuk rayu wanita cantik dengan rok mini setinggi paha itu, karena Siska sepertinya bukan lah tipe idaman papa. 

Oh iya sedari tadi aku belum perkenalkan papa, papa adalah pria berusia empat puluh tahun, meski usianya tak lagi muda tetapi papa sangat lah memikat karena masih memiliki tubuh yang begitu indah dan kekar, itu semua karena usaha papa yang selalu menjaga pola makan dan sering olahraga teratur maka tak heran papaku bisa dibilang duren, sang duda keren. 

"Dan Siska pekenalin ini Aisyahrani putri kecil kesayanganku," ucap Papa memperkenalkan aku ke wanita itu.

"Sayang!" teriakku kaget sembari menatap wanita itu dengan penuh kebencian yang mendalam. 

"Iya, Siska ini adalah calon mama kamu dan sebentar lagi papa dan Siska akan menikah," seru Papa mengira aku akan bahagia dengan kabar pernikahan mereka. 

"Apa, menikah?!" tanyaku tak percaya akan semua yang dikatakan papa. 

"Iya nak, Siska akan jadi pengganti mama kamu, dia akan menjadi mama terbaik dan kita akan bahagia dengan kedatangan Siska dalam keluarga kecil kita, " ucap Papa merangkul wanita itu tanpa sedikitpun ada rasa bersalah terlukis di wajahnya yang tak lagi muda. 

"Nggak! Aku tidak akan pernah mengakui dia sebagai mamaku. Papa tidak mengerti perasaanku, aku ingin mamaku."

"Sayang lupakan saja wanita itu, dia tak pantas jadi mama kamu, lupakan dia sayang."

"Papa jahat! Papa tega dengan mama, aku benci papa, " isakku memukul pria itu dengan sekuat tenaga pakai tanganku yang kecil.

"Nak, lupakan saja mama kamu. Papa dan mama tidak akan pernah bisa bersatu sampai kapanpun itu," terang Papa melepas rangkulannya pada wanita itu dan berbalik merangkulku. 

"Lepasin pa! Lepasin!" suruhku meronta-ronta dalam rangkulannya. 

"Papa tidak akan melepaskan pelukan ini sebelum kamu berjanji dulu untuk menerima Siska sebagai ibu pengganti," bisik Papa memperkuat rangkulannya. 

"Nggak akan!" aku berhasil melepaskan diri dari rangkulan papa. 

Papa menatapku nanar sedangkan wanita itu hanya diam melihat pertengkaran kami yang dipicu olehnya, ah dasar! 

"Dasar pelakor!" ketusku, melayangkan sebuah tamparan dan berhasil mendarat dengan mulus ke wajah wanita mulus berlapis bedak mahal.

Siska menegang pipinya dan menatapku tanpa berani berkata sepatah kata pun, mungkin dia tengah pencitraan di depan papa agar dikira wanita suci tak berdosa. 

"Woi kamu tahu nggak kalau kamu itu seorang perempuan murahan, cocoknya perempuan hina seperti ini tidak usah bersama papaku, kamu itu hanya PALAKOR! Aku sangat membencimu ciuh. Kamu sudah berani merebut papa dari mama, kamu sudah menghancurkan harapanku dan aku bakal benci kamu selamanya sampai kamu bakal milih untuk ninggalin Papa aku dari pada harus bertahan dengannya, aku tidak akan membuat hidup kamu tenang karena seorang pelakor murahan seperti kamu itu harus dimusnahkan dari muka bumi ini dan nggam pantes bahagia." aku mengeluarkan semua unek-unek yang menyesakkan dada di hadapan wanita itu, dia hanya diam dengan air mata yang mulai menetes, aku tahu jika itu bukan lah air mata tulus melainkan air mata agar dikasihani oleh papa.