Chereads / 364 Days / Chapter 5 - Ikan Xasean

Chapter 5 - Ikan Xasean

Sena mematikan Kompor yang sedang memasak Tteokbokki itu. Tteokbokki itu sudah disambut ceria oleh orang dibelakangnya, Sean.

Sedari tadi lelaki itu terus meminta untuk dibuatkan jajanan ala negara Korea itu, menghindari kebisingan dari segala cara yang dilakukan oleh Sean, Sena harus membuatkan nya agar hidupnya hari ini tentram.

"Seneng? Kamu harus berterima kasih sekaaaali sama saya karena mau luangin waktu di hari saya sibuk."

Sean menyantap makanan itu dengan perlahan, menyecap rasa itu dengan lama.

"Eh? Mau kemana? Temenin gue," kata lelaki itu sambil menahan lengan Sena yang hendak pergi kekamar itu.

Sena menatap lengan Sean, Sean mengendurkan pegangan itu sembari tersenyum kaku.

Kenapa ia mendadak menjadi seperti ini pada perempuan itu?! Menyebalkan.

"Eh? Kok minta temenin? Saya itu sibuk, Xasean. Kamu makan sendiri aja deh,"

Sena bukan perempuan yang mudah terayu oleh lelaki, tapi untuk Xasean, lelaki itu pernah membuatnya berdebar. Xasean sialan.

Sena menghindari menemani Xasean karena menghindari hal-hal yang membuat perasaan nya campur aduk, ia tak mau itu.

Sean memakan Tteokbokki itu dengan cepat sekarang, mau menyusul perempuan itu. Untung saja Sanell tak dirumah, kalau ia dirumah sih, pasti Sean malu untuk melakukan ini.

Sean mencuci langsung Mangkok yang tadi menjadi wadah itu, memang peraturan disini semenjak Sena menyewa Kamar, berubah total.

Tapi anehnya, Sean yang pertama nya senang bepergian dan melihat ke masa depan, sekarang ia lebih senang berada dirumah.

"Sena?" ketukan Pintu itu tak bersaut, Sean membuka sedikit Pintu Kamar perempuan itu, tetapi kosong, hanya menyisakan Laptop yang menyala bersama Handphone yang sedang menayangkan video dari Ria SW itu. Perempuan itu terlihat menyukai sekali hal-hal berbau makanan.

Jadi.. Apakah dengan Makanan hati perempuan itu bisa luluh dan menjadi jinak sedikit terhadap Sean?

Sean memukul kepala nya sendiri kala memikirkan ide gila itu, sudah gila, ya benar, Sean sudah agak gila sekarang.

Sean turun dari lantai itu, tetapi langkahnya berhenti kala mendengar suatu percakapan yang menarik hati nya untuk turut mendengarkan.

Ternyata Sena sedang berbincang dengan.. Ikan?! Mata Sean menjelajahi perilaku Sena di dekat Gazebo itu, memang benar, Sena berbicara pada Ikan.

"Lo ngomong sama Ikan?" kata Sean dengan nada yang pura-pura terkejut.

Sena menatap Sean tajam, "Ganggu aja sih, saya lagi ngomong sama Ikan, dari hati ke hati."

Sean melipat bibirnya, menahan tawa. "Efek kesepian," gumamnya dengan masih menahan tawa itu.

"Aduh, kamu kalau mau ejek saya mending pergi deh, saya masih mau disini." Sena kembali mengelus Ikan yang sekiranya ada 10 Ikan dikolam itu.

"Jangan kelamaan, bentar lagi mau hujan." Sean kembali lagi dengan memerintah dan kalau misalnya dilihat dalam sudut pandang lain sih, terlihat sedikit perhatian?

Senada yang GR.

"Saya masuk dulu ya, Sean. Kamu jangan nakal,"

Sean? Nama Ikan itu Sean?! Sena, tolong jangan membuat lelaki yang belum beranjak dari Pintu belakang itu tersenyum.

Tapi hanya orang tidak waras yang senang disamakan dengan Ikan.

Ini aneh, tidak jelas, tapi hal itu membuat mood Sean cukup baik.

"Lama."

"HAH!"

Sena terkejut dengan ekspresi yang tidak ada lucu-lucunya sama sekali menurut Sean.

"Ish! Kamu nyebelin sekali hari ini, saya gak mau masak buat makan malam pokoknya!"

Sena berjalan dengan langkah yang terlalu ditekan? Terlihat seperti perempuan yang merajuk.

Ya walau Sena merajuk sih sekarang. Ia tak suka dikaget kan, atau hal-hal yang membuat ia keceplosan berbicara nada tinggi.

"Eh? Kok marah?" yap! Sean kembali menahan lengan Sena, tapi kali ini dibarengi Sanell yang pulang dengan membawa satu plastik besar yang berisi Makanan.

Sanell menatap tangan Sean yang sedang memegang tangan Sena itu, Sena melepaskan nya dengan spontan, takut terjadi kesalah pahaman.

"Saya masuk kamar dulu," kaku Sena, kini Sanell dan Sean terlihat mengintimidasi satu sama lain.

Sean tersenyum seringan awan, "Dari mana?"

"2021, gue beli banyak makanan disana. Enak-enak,"

Sanell berusaha menutupi kecanggungan itu, melihat Sean skinship dengan perempuan lain membuatnya sedikit canggung dan merasa iri.

Sanell yang sudah 2 tahun bersama Sean saja, tak pernah mengalami skinship dengan lelaki itu kecuali Sean mendorong kening nya karena Sanell terlihat agak bego.

Itu pun hanya terjadi sekali, tapi jika Sena, ia belum genap 2 minggu tinggal disini, tapi sepertinya Sean lebih banyak melakukan skinship terhadap perempuan itu. Sanell merasa iri sekarang.

"Asik, Sanella pengertian banget sih,"

Pengertian yang dimaksud Sean adalah, lelaki itu senang sekali dengan rasa Mie Instan yang terdapat di tahun 2021, rasa nya makin enak dan makin mewah. Tapi kini, Sanell membawa banyak, tentu saja Sean senang.

Ia harus makan berdua dengan Sanell. Tapi.. Apa harus ia mengajak Senada? Canggung tidak ya jika mengajak ia makan bertiga seperti ini?

Masalahnya, Sena selalu makan sendirian dalam Kamar, membuat Sean berpikir apa perempuan itu malu jika makan ditemani orang lain? Atau tidak nyaman? Hanya Sena yang mengetahui.

Handphone Sean berdering sebentar, tanda ada Chat dari seseorang.

"Sena?" gumamnya ketika Sena duluan mengiriminya Chat, setau Sean, Sena bukan lah tipe yang seperti itu.

Sean sok tau, padahal belum 1 bulan ia hidup bersama Sena.

Sanell melirik sekilas, penasaran, tapi tak begitu penasaran. Hanya ingin tau.

"Kenapa dia?" tanya Sanell dengan nada pelan.

"Nanyain lo beli apa tadi? Kalau lo beli makan, dia gak usah masak gitu. Males katanya,"

Sanell terdiam, jadi malam ini mereka hanya akan makan Mie instan? Padahal lidah Sanell terlanjur nyaman dengan masakan perempuan itu.

"Yaudah, jangan masak aja seterusnya. Jangan buat kita ketergantungan sama dia, Sean."

Sean melirik Sanell sekilas, ketergantungan? Sepertinya masih terlalu cepat untuk men-cap jika mereka ketergantungan pada Sena.

Padahal sih, Sean tidak merasa seperti itu, apa Sanell yang merasa seperti itu?

Perasaan nyaman terkadang repot jika kita memilikinya. Itu sebabnya, perasaan nyaman timbul pada beberapa orang saat orang tersebut berhasil mengalahkan ego nya.

Ya seperti Sanell gitu lah.

"Lo selalu berlebihan kalau ngomongin tentang Sena, San."

Sanell menatap Sean tak suka. "Gue? Gue gini juga demi kebaikan lo berdua."

"Berdua? Gue sama Sena maksudnya? Kayanya gue sama dia masih terlalu cepet untuk dikhawatirin di masa depan, Sanella."

"Gue tanya sama lo, kalau gue sama Sena tenggelem, siapa yang bakal lo tolongin duluan?"

"Lo lah, Sena bisa berenang." Sean menunjukan foto pada laman instagram milik Sena, foto Sena sedang memegang Piala karena meraih juara 2 dalam perlombaan Renang tersebut.

Sean menebak jika pada foto ini, Sena berumur kurang lebih 17 tahun. Sangat cantik.

"Good answer," gumam Sanell sambil tersenyum ringan.

"Mulai besok, lo harus jauhin Sena,"

Sean mengerutkan alisnya, ia tak suka seperti ini, moment dimana Sanell terus membahas apa yang membuatnya tidak nyaman.

"Lo harus ke masa depan buat liat sendiri. Gue yakin lo tau apa yang harus lo lakuin."

Sean terdiam, jika seperti ini, pasti Sena akan mengalami sesuatu di masa depan nanti. Xasean yakin.

"Senada, tahun 2023, pelecehan seksual sama Sutradara film yang lagi di produksi nya. Kecelakaan, tabrak lari. Senada bakal ngalamin itu semua," ujar Sanell dibarengi sendawa karena habis meminum Soda itu.

Sean menatap Sanell dengan tatapan terkejut, serumit itu ternyata.

"Lo harus jauhin dia kalau mau hidup lo nyaman. Biarin dia sendiri yang nanggung itu, gue yakin dia bisa handle itu, Sean."

"But that so unbelieveable?"

"Gue bilang lo harus pastiin itu sendiri."

"Siapa yang mau ngalamin kecelakaan?"