Chereads / 364 Days / Chapter 4 - Hati-Hati

Chapter 4 - Hati-Hati

FLASHBACK MASA LALU 2018.

Xasean masih menikmati Kopi yang masih diminum nya itu. Cuaca malam ini cukup dingin bagi orang yang keluar tidak memakai Jaket atau Sweater.

"Gue mau nginep di KSM. Lo disini ya, San."

Sean berbicara pada Sanell yang sedang makan itu, Sanell mengangguk cepat, tak mau berbicara lebih.

Sebenarnya Sanell sudah tau, Sean bukan pergi ketempat KSM itu, melainkan pergi melihat tempat yang nantinya dilalui oleh perempuan yang sangaaat asing bagi mereka berdua.

Tempat yang berbahaya.

Sean sudah gila, apa hidupnya sebagai Penjelajah Waktu adalah sekedar menolong seseorang yang akan terkena musibah? Ia melupakan jika posisi mereka juga sangat berbahaya.

Risiko sebagai seseorang yang bisa menjelajahi waktu, pergi ke masa depan atau ke masa lalu, risiko nya adalah terjebak.

Terjebak dalam satu masa, dimana mereka tidak bisa menemukan jalan keluar. Dan syukur saja, Sean dan Sanell belum pernah mengalami hal seperti itu.

Jika berbicara tentang bagaimana Sean dan Sanell pergi ke Masa depan atau Masa lalu, mereka cukup melewati Goa alami dibawah Rumah yang mereka tinggali.

Goa itu terbentuk sendiri, awalnya Sean bingung ketika ada sebuah Goa didalam Rumah yang ia beli dari hasil Lelangan Perusahaan besar.

Saat lelaki itu mencobanya, dan ZZZZAP!

Sean berada di Masa depan. Semuanya sangat berbeda disana, mulai dari makanan kemasan, Trend baju yang makin beragam, atau pergantian Presiden yang telah diketahui pemenangnya.

Sejak insiden Xasean hilang, memang Sean terjebak di masa depan. Ia tak tahu caranya kembali, Goa nya mendadak hilang dari Rumah itu.

Tapi kini, di tahun yang sama dengan Orang tuanya, Sean sudah tau jalan untuk kembali. Tapi sekali lagi, Sean memilih untuk tidak kembali lebih cepat.

Sean berjalan santai, melihat perempuan yang sepertinya sedang di.. Goda?

Peristiwa seperti ini akan terjadi 2 tahun lagi. Persis.

Peristiwa seperti sekarang, atau peristiwa lain nya, akan terjadi lagi dalam 2 tahun kedepan. Di setiap tahun nya.

Jika ini 2018, maka 2020 lah Perempuan itu kembali mengalami peristiwa ini.

Kali ini di tahun 2018, Sean tidak menyelamatkan perempuan itu, ya karena mereka semua hanyalah gambaran atau bisa kita sebut ilusi yang akan terjadi di tahun depan.

Begitulah cara Sean mengetahui Peristiwa-Peristiwa yang akan terjadi dalam 1 tahun, 2 tahun atau 3 tahun kedepan.

"Siapa kali ini?" Sanell bertanya pas sekali saat Sean menutup Pintu.

Sean menatap Sanell sekilas, "Syazaina Senada. Kerja sebagai asisten penulis, umur 30 tahun. 2020, tahun kejadian dimana dia ngalamin peristiwa ini lagi."

Sanell tertawa remeh, "Terus lo mau nyelametin dia, gitu? Sean, sadar. Lo udah terlalu lama, lo harus tau titik balik. Kita pergi sekarang."

Mau tak mau, Sean mengikuti Sanell, teman yang memiliki kemampuan yang sama dengannya. Menjelajahi Waktu.

Melewati Goa yang lembab, hanya butuh waktu 2 menit untuk mereka kembali pada Masa Kini.

"Awas aja kalo lo sampe bantuin itu cewek." Sarkas Sanell mengingatkan Sean.

Sean hanya diam, mau sekeras apapun Sanell memerintahkan dia, ia tetap pada tujuan utamanya. Menyelamatkan Senada.

Apa mungkin di kehidupan sebelumnya Sean dan Senada berpacaran? Kenapa tiba-tiba Sean ingin menyelamatkan Sena?

Semenjak Sean tau tentang Senada, setiap hari lelaki itu selalu mencari informasi yang berkaitan dengan perempuan itu.

Senada sepertinya memenangkan perhatian Sean.

***

MASA KINI 2020.

Sena memperhatikan dirinya pada Cermin besar dihadapan nya itu. Terlihat sangat lesu. Orang-orang akan berpikiran jika ia tidak tidur selama 1 minggu, padahal disini tidurnya sangat nyenyak.

Saking nyenyak nya ia pernah terlambat bekerja. Sudah memasuki 1 minggu sejak Sena tinggal dirumah ini. Sama aja rasanya, seperti tinggal di Rumah yang Sena kontrak sebelumnya.

Hanya saja kini ia harus memasak lebih banyak karena Sean dan Sanell juga harus makan.

Pintu diketuk, Sena terperangah. Jangan sampai lelaki bernama Sean yang mengetuk Pintu itu.

"Eh? Kenapa San?" tanya Sena saat Sanell sudah bergaya rapi didepan Kamar nya.

Seperti biasa, Sanell dengan ekspresi datarnya. "Mau nebeng sama gue? Kebetulan kantor lo kan searah sama tempat yang mau gue tuju."

Tumben. Tidak seperti biasanya Sanell sebaik ini pada Sena. Bisa dibilang ini sikap terbaiknya selama Sena tinggal disini dan berinteraksi bersama Perempuan itu.

"Ehm, gapapa?" ragu Sena sambil mengusap tengkuknya itu.

Sanell mengangguk, "Santai aja. Kalo udah mau berangkat, turun ya."

Sanell pergi dengan langkah santai nya, sembari bersiul.

Sena masih menatap Sanell dan tersenyum tipis. Syukurlah, ia bisa menghemat uang 70 ribu rupiah karena tidak naik Taxi.

"Kalau setiap hari gini sih, gapapa banget." Sena berbicara seolah Sanell berada dihadapan nya.

Sena berlari kecil sambil membawa Tottebag berisi Laptop, Powerbank, Makeup, dan Tissue. Ah ya, Sena merupakan Tissue holic. Jika bepergian, ia wajib sekali membeli tissue, kan sudah dibilang, Sena tidak suka kotor.

"Udah mau berangkat?" entah pada siapa lelaki itu bertanya, Mata Sean melirik kearah Laptop yang sedang diperhatikannya itu.

"Iya." Sanell menjawab singkat sambil berjalan keluar.

"GUE HARI INI PAKE LIMOSIN!"

Sena yang masih didalam itu kembali terperangah, perempuan bernama Sanell itu mempunyai suara yang cukup besar juga.

"Hati-hati," kini Sean menatap Sena, mengartikan bahwa lelaki itu sedang berbicara padanya.

Sena mengangguk sambil tersenyum kaku, kenapa hari ini Sean dan Sanell sedikit berbeda? Mereka berdua sama-sama terlihat sedikit peduli pada Senada.

"Saya pergi dulu. Kalau abis makan, Piring langsung cuci. Gaboleh nyampah disini, tempat sampah ada di Dapur. Kalau mau sarapan, Nasi goreng ada, tinggal kamu angetin. Anduk langsung jemur, kalau engga nanti kasur nya basah."

Sean tertawa kecil mendengar itu semua, perempuan itu memang cerewet jika terkait kebersihan Rumah.

"Siap, Nyonya."

Sean yang habis membungkuk layaknya pada Majikan itu kembali duduk dan memperhatikan Mobil itu keluar dari Garasi.

"Lucu."

Sean kembali membayangkan betapa lucu nya Sena saat mengucapkan kalimat tadi.

Sean menggeleng, berusaha melenyapkan Perempuan itu dari otaknya.

"Kalau boleh tau, Sean kerja apa sih, San?" tanya Sena saat Mobil itu sudah melaju.

Sanell menatap Sena sekilas, "Dia banyak. Pertamanya dia Pilot, tapi dia ngundurin diri. Terus dia bikin Maskapai sendiri, terus sekarang jadi pemimpin perusahaan Mode."

"Lo tau Brand Avvegas? Granule? XXD? Itu pakaian yang dikeluarin dari perusahaan nya."

Sena terdiam, ia kira Sean itu pengangguran karena Sena tidak pernah sekalipun melihat Sean memakai pakaian kerja. Setiap hari hanya memakai Kemeja satin dan Celana longgar nya itu.

"Wah, hebat juga ya dia. Tapi Papa nya beneran Presiden?"

Sanell kembali mengangguk, "Beneran lah. Tahun depan periode nya udah mau abis tapi."

"Ohhh begitu ya. Kira saya dia pengangguran," cengir Sena sambil becermin.

"Sean itu kadang bisa jadi Kakak gue, Ayah gue, Om gue, atau bahkan sesekali gue ngerasa dia itu pacar gue. Sean itu orang baik, dia gak punya temen selain gue. Sean udah ketergantungan sama gue, Sen."

Sena terdiam, Sanell berbicara seperti ini kesan nya seperti Sena tidak boleh berinteraksi lebih dengan Sean? Atau seperti menunjukan 'gue lho yang paling deket sama Sean, bukan lo' itu.

Sena tersenyum tipis, kembali berpikiran positif. "Saya turun ya. Makasih buat tumpangannya!"

Sena keluar sambil melambaikan tangan, berusaha tetap ceria walau pikiran negatif kembali menggerayangi otak nya.

Sena kembali semangat kala mengingat kata Hati-hati dari Sean beberapa menit yang lalu.

Sepertinya, Xasean memang sudah berbakat membuat Sena berdebar, ya?