Seorang laki-laki berpakaian rapih mengenakan kemeja dan jas berwarna merah maroon, turun dari sebuah mobil yang terparkir di depan gedung yang sangat mewah dan bertingkat bernama Dallas Fash Company.
Dallas Fash Company adalah sebuah perusahaan fashion wanita dan pria yang banyak di sukai oleh semua kalangan baik di dalam negeri atau pun luar negeri. Brand Dalfash selalu menjadi favorit semua kalangan karena memiliki ciri dan khas tersendiri dalam model fashionnya tersebut. Sebuah perusahaan yang memiliki 10 cabang di luar negeri dan 8 cabang di kota terbesar di Indonesia. Dimana kantor pusatnya terletak di Bandung, Indonesia.
Arvidan Dallasea, itulah nama pemilik dari Dallas Fash Company. Seorang laki-laki yang memiliki badan atletis, hidung yang mancung, kulit putih, mata biru dan wajah blasteran turki-indonesia. Vidan, nama panggilan laki-laki tersebut yang saat ini sedang berjalan bersama seorang asistennya menuju ruangan yang terletak di lantai 8.
Tring
Pintu terbuka. Vidan melangkahkan kakinya menuju ruangan yang bertuliskan "Direktur Utama". Setelah sampai di ruangannya, Vidan duduk di kursi kebesarannya sambil menyalahkan laptop yang ada di depannya. Asisten itu berdiri di depan Vidan sambil tangannya memegang sebuah iPad.
" Jadwal saya hari ini apa?" tanya Vidan tanpa menatap asistennya.
"Jam 13.00 meeting dengan CEO Aslan Corps mengenai perjanjian kerja sama perusahaan. Jam 14.00 mengunjungi kantor cabang di Jakarta Timur. Jam 15.00...."
Sebuah ponsel berdering ketika asisten tersebut sedang membacakan jadwal Vidan.
Vidan menatap ponselnya lalu mengangkat panggilan masuk itu.
"........... "
"Ya, halo. Kenapa, sayang?" tanya Vidan dengan mata yang masih menatap layar laptopnya.
"......... "
"Ga bisa, sayang. Hari ini jadwal aku padat dari pagi sampai malem" Vidan menghela napas dengan pelan.
".......... "
"Hari ini kamu bisa ajak si kecil main seorang diri dulu? Nanti ketika jadwal aku udah ga padat. Kita liburan yah, sayang" Vidan memberikan pengertian kepada seseorang di balik telepon.
"........... "
"Sayang, tolong ngertiin aku. Aku ga mau berantem sama kamu" Vidan memijat keningnya dengan perlahan.
Tut.
Panggilan tersebut di akhiri secara sepihak oleh seseorang di seberang telepon yang menampilkan layar "My Wife Prista".
"Istri bapak, yah?" tanya asisten tersebut dengan hati-hati.
Vidan masih memijit keningnya, pusing dengan situasi saat ini "ya" jawabnya singkat.
Asisten tersebut terdiam melihat bossnya yang sedang pusing memikirkan situasi saat ini.
Dengan hati-hati asisten itu mengatakan "pak, kita tidak tahu kapan waktu terakhir kita untuk keluarga. Jangan menyia-nyiakan waktu yang ada. Bisa jadi, kita yang meninggal mereka terlebih dahulu atau mereka yang meninggalkan kita. Waktu terbaik adalah bersama orang yang kita sayangi. Jangan menyesali ketika itu benar-benar terjadi" ucap asisten itu sambil tersenyum hormat kepada Vidan.
Vidan terdiam beberapa saat lalu tersenyum tulus ke arah asistennya "Terima kasih atas nasehatnya, Niko"
Niko, asisten Vidan yang sudah bersamanya selama 10 tahun membalas senyuman Vidan.