Xierra membanting tasnya ke atas lantai kamarnya dengan kesal, serta menutup pintu kamar dengan satu hentakan, membuat suara berisik pintu tertutup terdengar. BAM!
Dengan marah ia membuka seragamnya lalu melemparnya kesembarang tempat, kini Xierra hanya sedang memakai tank-top berwarna putih dengan celana pendek. Rasanya Xierra ingin membuang baju seragam yang basah dan kotor itu.
Tok tok tok..
"Iya, Bi?" Tanya Xierra.
"Non, saya boleh masuk nggak non?" Tanya Bi Inah di depan pintu kamar Xierra.
"Ya. Masuk aja, Bi." Jawab Xierra. Dia sedang membenamkan wajahnya di atas bantal, kemudian Bi Inah masuk.
"Non, tadi ada temen Non Rara yang kesini, dia nganterin ini, Non." Kata Bi Inah membawa kantong paperbag dan menyodorkan ke Xierra.
Xierra mengernyit bingung, "temen Rara yang datang kesini cewek atau cowok, Bi?"
"Cowok non." Jawab Bi Inah. Cowok? Xierra bertanya - tanya siapa itu.
Xierra langsung bangkit dari ranjangnya, mengambil paperbag yang ada di tangan Bi Inah. "Kalau gitu, saya permisi dulu ya, Non." Lalu Bi Inah pergi dari kamar Xierra.
Xierra duduk ditepi ranjang memandangi paperbag berwarna merah muda itu. Darimana cowok itu tahu kalau Xierra suka warna merah muda? Biasanya orang – orang yang tidak terlalu mengenal Xierra, maka akan berpikir kalau Xierra lebih suka warna hitam atau abu - abu, karena kepribadiannya yang tidak peduli dengan sekitar.
Xierra membuka paperbag itu, kemudian melihat isinya. Mata Xierra terbelalak ketika melihat sebuah seragam sekolah baru, beserta pakaian dalamnya.
"What?!" Xierra mengeluarkan semua barang yang berada di dalam paperbag, kemudian mengambil sebuah kertas yang ada di dalamnya.
Ini gue gantiin seragam lo yang basah. Ehehe, gue bertanggung jawab 'kan?
Ps: Cuman pecundang yang kalah di permainan terakhir :p
-F-
"JUANNNNNNNNNNNNNNN!!!" Xierra begitu geram. Apa sih maunya laki-laki itu? Xierra menghembuskan napas.
"Sabar Ra, lo pasti bisa membalas perbuatan bocah nyebelin itu. Sabar, Ra." Lalu Xierra berteriak, "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! GUE GAK BISA SABAR!!"
***
Juan baru saja sampai dirumahnya, mendapati kedua orang tuanya yang sedang bercanda di ruang televisi, sambil sesekali bermesraan dengan mencium satu sama lain.
"Ck... Always deh mesra-mesraan." Gumam Juan setelah memutar bola matanya. Dia kemudian melewati orang tuanya menuju kamarnya.
Bagaimana tidak bermesraan setiap hari? Papa Juan merupakan seorang pemilik perusahaan besar yang sangat sukses dan sekarang hanya menikmati masa tuanya bersama istri dan anak laki-laki semata wayangnya, Juan. Namun sewaktu waktu Papa Juan juga sering datang berkunjung ke perusahaannya, hanya untuk memeriksa keadaan.
Juan sangat tidak menyukai pekerjaan papanya. Dia hanya ingin menjadi seorang dokter. Dokter merupakan impiannya sejak kecil, tapi, yang ia tahu kalau dirinya nanti akan mewarisi perusahaan papanya. Jadi, mimpinya menjadi dokter sudah kandas sejak awal.
Mama Juan mengetuk pintu kamar Juan kemudian memanggil nama Juan, "Juan, Mama masuk ya?"
"Iya Ma, masuk aja." Balas Juan.
Mama Juan masuk ke dalam kamar dengan nuansa cokelat. Juan sangat suka warna cokelat sejak kecil. Jadi setelah ia pindah kesini, ia mendesain kamarnya dengan dinding cokelat yang dilapisi poster poster band-band terkenal seperti Maroon5, Coldplay, Secondhand Serenade, Avenged Sevenfold. Ada poster Albert Einsten, dan banyak para ilmuan yang di tempel posternya. Sebuah lemari yang sangat besar ada di pojok samping kamar mandi. Yang di dalamnya ada berbagai macam isinya. Ranjang king size. Di depan ranjang ada televisi. Di samping ranjang ada meja belajar. Kemudian di lantai ada laptop, ps, dan stik ps yang berserakan beserta kaset kasetnya.
"Gimana sekolah barunya, Ju?" Tanya Miranda, Mama Juan.
"Yah gitu deh ma. Udah sih mama nggak usah kepo gitu. Aku ngantuk tau." Bales Juan kemudian menenggelamkan kepalanya di bantal.
"Ketemu sama Rara lagi nggak, Ju?" Tanya Miranda. "Rara pasti makin cantik deh..."
Kepala Juan bangkit kemudian di tolehkan ke arah Miranda, dia bahkan menatap wajah Miranda dengan menyipit.
"Kenapa kamu natap mama kayak gitu Ju?" Tanya Miranda.
"Pasti ada sesuatu yang mama sembunyiin dari aku deh. Kok tiba-tiba ngomongin Rara gini?" Juan menatap Miranda dengan wajah penyelidiknya.
"Rara 'kan temen kecil kamu, mama cuman nanya aja." Miranda hanya cengengesan, "Rara beneran makin cantik nggak, Ju? Dulu kamu suka sama dia kan?"
"Mama!"
"Hahahaha.. Iya Ju. Kamu kan musuhan sama Rara yah." setelah bicara begitu Miranda bangkit, "oh iya.."
Juan menoleh ke arah Miranda.
"Kamu ternyata pintar yah, mama memang sembunyiin sesuatu dari kamu. Dua minggu lagi, mama akan memberitahukan kepada kamu, Ju." Kata Miranda sambil mengedipkan sebelah mata.
"Nggak usah sok misterius gitu deh."
Miranda terkekeh lalu pergi, "cepat mandi, lalu makan malam!" ujar Miranda lalu keluar dari kamar Juan.
***
Keesokan harinya...
Xierra menatap pantulan dirinya di cermin setelah memakai seragam, kemudian dirinya di panggil oleh kakak perempuannya di depan kamar tidurnya. "RARA CEPETAN BANGUN! MANDI!"
"BAWEL TAU! GUE JUGA UDAH MANDI DARI TADI KALI!!!!" Pekik Xierra kesal, menurutnya kakaknya yang paling menyebalkan adalah Renata. Karena Renata yang membuat Xierra selalu dimarahi oleh Ricky.
"CEPETAN!" Balas Renata.
Xierra memutar bola matanya kesal kemudian dia keluar kamarnya mengambil tas ranselnya. Di meja makan hanya ada Renata. Loh Ricky kemana?
"Re, Kak Ricky kemana?" Tanya Xierra sambil menarik kursinya, tak lama dia langsung duduk dan melahap sarapannya.
"Dia tadi pagi-pagi udah berangkat.." Jawab Renata, "ada rapat."
"Ohh.." Balas Xierra, "lo kok nggak mandi?"
"Gue kuliah jam 10." Jawab Renata sambil memakan roti nya.
"Oh, yaudah gue berangkat duluan aja deh.." Kata Xierra kemudian mengambil tasnya dan langsung berangkat.
***
Sesampainya di sekolah, Xierra melihat Juan yang sudah datang dan duduk manis di tempat duduknya sambil bermain ponsel. Gadis itu mendekati tempat duduk Juan lalu meletakan paperbag warna merah muda yang ia pegang di atas meja Juan. BRAK!
"Apa?" Tanya Juan. "Bukannya ini…"
"Pertama - tama gue ucapkan terima kasih banyak atas tanggung jawab yang lo lakuin, tapi gue nggak kekurangan uang buat beli seragam!" Kata Xierra dengan tegas. "Kedua, gue nggak bakalan maafin apa yang lo lakuin ke gue kemarin. Menurut gue tingkah lo lebih kekanak - kanakan daripada anak TK!"
Ekspresi Juan berubah kesal juga, "atas dasar apa lo bilang begitu? Bukannya lo yang menghindari gue dari kemarin. Sifat macam apa itu?"
"Mau gue menghindar atau enggak, itu bukan urusan lo!" Xierra memutar bola matanya, "lagipula, gue udah selesai sama lo. Nikmatin aja masa bucin lo sama dia, anggap aja kita nggak pernah kenal sebelumnya."
Juan mengatup giginya dengan tajam menatap Xierra, "apa sih salah dia sampai lo masih dendam? Bisa nggak sih lo bersikap baik ke dia?"
Xierra membuang pandangannya, "bukan urusan lo."
"Ya udah, buat lo aja. Anggap gue beliin lo sebagai hadiah pertemanan." Kata Juan lalu bangkit dari duduknya.
"Udah gue bilang 'kan, anggap aja kita nggak pernah kenal. Dan juga sayang banget, gue nggak mau menjalin pertemanan sama orang kayak lo!" Sahut Xierra lalu beranjak dari sana, melewati Juan. Tapi tangannya segera di tahan oleh lelaki itu. "Apa sih?!"
Juan mengambil paperbag itu lalu menyodorkan ke dada Xierra dengan kesal, "ambil!"
Xierra juga sama kesalnya, ia menatap Juan tajam lalu mengambil paperbag tersebut lantas membuangnya ke lantai. "Jangan harap gue bakal baik ke dia." Kemudian Xierra pergi ke toilet.
"Ahhhh, cewek gila...!"
Walaupun di kelas hanya beberapa murid yang sudah datang, tapi mereka saling berbisik membicarakan Xierra dan Juan.
***
Saat jam kosong, Juan main basket di lapangan basket indoor sekolah. Seorang gadis cantik menatap sosok Juan yang sedang main basket dari bangku tribun. Gadis itu bernama Erika Miranda Ayu. Murid kelas 11 yang begitu mengagumi Juan, dia menatap Juan yang sejak tadi mencetak three point-nya. Kemudian Juan selesai. Dia membanting bola basketnya kemudian minum sebotol air mineral.
Juan terlihat sangat sexy ketika seperti itu, bagi Erika. Keringat yang membanjiri sekitar jambang dengan leher, di pelipis bahkan membuatnya nampak terlihat, hot.
Juan tanpa sengaja melihat Erika. Erika begitu malu saat mereka saling melihat satu sama lain, dia langsung salah tingkah dan menunduk. Di ruangan indoor ini hanya ada Juan dan Erika saja pasalnya.
Juan berlari menghampiri Erika yang duduk di kursi penonton, kemudian tersenyum.
"Hei.." Sapa Juan.
"H-h-h-ha-a-ha-hai.." Balas Erika yang begitu gugup.
"Hmmm, nama lo..." Juan mengangkat alisnya kemudian tersenyum ketika mendengar balasan dari Erika.
"Erika Miranda Ayu." Jawab Erika.
"Eh... nama lo ada Miranda nya..?" Tanya Juan, pasalnya nama gadis itu sama dengan nama Ibunya.
"Iya, Kak Juan boleh manggil aku Miranda kalo kaka mau." Kata Erika.
"Hm okay." Balas Juan lalu terkekeh, "so, Miranda, bisa main basket?"
"Bisa sih Kak, cuman masih belajar." Jawab Erika tanpa berani menatap Juan.
"Gue juga masih belajar kok, ayo main bareng. Nggak enak daritadi lo disitu cuma ngeliatin gue main doang haha." Kata Juan. Kemudian Erika mengangguk setuju.
"Nah gitu dong!"
Dan akhirnya mereka bermain basket bersama, sungguh Erika sangat senang hari ini. Menurutnya, ini adalah hari terbaik dalam hidupnya. Karena ia bisa berkenalan dengan orang yang ia sukai.
***
Malamnya…
"Woy!" Senggol Renata yang tiba - tiba datang ke kamar adik perempuannya. Xierra menoleh sebentar kemudian kembali sibuk dengan layar laptopnya. "Ra.."
"Hm?"
"Raaaaaaaaaaaaaaaa..!!!!!!"
"Iya, kenapa?" Balas Xierra tanpa menoleh kepada Renata.
"Ra, gue mau nanya sesuatu deh.."
"Nanya apaan?" Tanya Xierra acuh, dia lagi asik bermain game terbarunya di laptop.
"Apa tanggapan lo kalau tiba - tiba setelah lulus SMA lo menikah?" Tanya Renata, membuat Xierra jadi kalah dalam permainannya.
"Maksudnya? Lo ngomong jorok yah, Re?" Balas Xierra ngasal. Dia memang suka sekali berbicara asal – asalan. "Masa gue abis lulus nikah..? Yang benar aja." Gumam Xierra.
"Gue serius. Lulus SMA lo langsung nikah." Jawab Renata yang sepertinya memang serius.
"Maksudnya gimana sih, Re?" Kemudian Xierra melahap keripik kentang miliknya.
"Ra, gue juga sebenernya juga nggak mau lo nikah muda soalnya kan gue belom nikah, tapi memang begitu keputusannya." Ungkap Renata, hal tersebut tidak bisa dicerna di otak jenius milik Xierra.
"Trus kenapa gue harus nikah?"
"Mama dan Papa yang minta." Jawab Renata, awalnya Xierra menautkan alisnya beberapa saat kemudian dia menundukan kepalanya.
"Ngomong apa sih lo? Gue ga percaya. Lagian mama dan papa udah meninggal." Kata Xierra, "udah ah gue pengen tidur, ngantuk. Bhay!" Padahal masih pukul 7 malam, tapi ia sudah mengantuk.
Xierra menutup laptopnya kemudian merebahkan kepalanya di atas bantal empuk miliknya lalu memejamkan matanya.
"Masih jam 7 masa udah tidur sih..." Gumam Renata sambil menghembuskan napasnya, tapi tidak direspon apa - apa oleh Xierra karena dia sudah mulai masuk ke dalam alam mimpi. Renata kemudian menyelimuti tubuh adik kecilnya itu, sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Xierra.
To be continued.