Chereads / Princess Of The Time / Chapter 18 - Hanya Mimpi

Chapter 18 - Hanya Mimpi

"Halo Miss Derlina, aku tidak pernah bolos!" ucap Julie. Dia tetap melawan saat perempuan paruh baya itu mengatakan dia bolos selama tiga hari.

"Bibi Lala mengatakan kepadaku bahwa kamu tidak datang selama tiga hari, apakah kamu benar-benar serius untuk kerja di tempatku, Nona Julie?" teriak Miss Derlina. Perempuan paruh baya itu sedikit emosional. Dia berharap kepada Julie untuk memajukan perpustakaanya tetapi Julie malah bolos.

"Tuhan, aku tidak bolos Miss!" Julie bersih keras. Dia menganggap dirinya sama sekali tidak bolos kerja. Malahan dia baru saja bangun pagi ini. Hampir semua kondisi rumahnya bersih dan tidak kurang satu pun. Mengapa orang mengatakan dia bolos?

"Jika aku bolos, maka rumahku akan berantakan karena aku tidak menghuninya, aku hanya sedikit telat untuk bangun tidur!" ucap Julie lagi.

Titt..

Miss Derlina mematikan ponselnya. Julie menghela nafas panjang sembari meneguk secangkir air mineral di dapur. Kepalanya serasa berat memikirkan banyak hal. Baru saja dia bangun tidur dan sudah disembur dengan kata-kata Miss Derlina yang tampak emosional.

"Kalo aku bolos, aku ke mana selama tiga hari ini?" batin Julie. Dia sangat kebingungan.

"Sial, apa yang sebenarnya terjadi di hidupku?" sahutnya lirih.

***

Bibi Lala memandangi Julie dengan tatapan sinis. Perempuan itu berdecak lidah melihat Julie yang terburu-buru merapikan meja kerjanya. Entah sampai kapan perempuan itu melakukan hal yang membuat Bibi Lala semakin frustasi.

"Kenapa kamu bolos tiga hari?" tanyanya sinis.

Julie menghela nafas panjang sembari menatap wajah Bibi Lala. Dia sangat bingung saat ini. Mengapa semua orang mengangapnya bolos? Padahal dia baru saja sampai.

"Aku tidak bolos!" ucapnya.

"Nona Julie?" suara itu membuat Julie menonggakkan wajah menatap Tuan Alexsander yang sudah berdiri di hadapanya.

"Ada apa?" tanya Julie ketus.

"Aku ingin mengembalikan buku Dewa-Dewi Yunani ini. Aku sudah malas membacanya," serunya sembari meletakan buku itu di hadapan Julie.

"Aku juga sudah mengembalikan semua buku yang aku baca," sambung Tuan Alexsander.

"Okelah!" jawab Julie ketus.

Mata Julie tetap fokus pada tumpukan buku yang ada di depannya. Bagi Julie, pekerjaan ini sedikit memberatkan.

"Kenapa Nona tidak ingin menatapku?" sahut Tuan Alexsander sedikit hati-hati.

"Terakhir kali aku menatap Tuan, bukankah ada kobaran api yang keluar?" cetus Julie. Tuan Alexsander tersenyum kecut. Perempuan di depannya bukan orang sembarangan. Ada aura gelap yang menyelimuti seluruh gedung tempatnya bekerja.

"Nona sudah tahu itu, bahwa aku bukanlah seorang manusia," bisik Tuan Alexsander. Julie yang sibuk merapikan buku menghentikan aktifitasnya sejenak. Dia menatap netra Tuan Alexander.

"Aku…aku sudah tahu," sahut Julie gugup.

"Kalo begitu, anda juga tahu bukan, lelaki yang setia berada di sisi anda bukan golongan manusia?" sambungnya. Alisnya terangkat sambil menatap wajah Julie.

"Aku…aku juga tahu," jawab Julie sedikit ketakutan.

"Kalo begitu, aku pergi dulu!"

Tuan Alexsander melangkah keluar sembari tertawa. Dia mengangkat tongkat emasnya ke atas dan bersiul. Sangat aneh bagi Julie, lelaki itu benar-benar makhluk misterius.

"Tunggu," batin Julie.

"Aku berada di negeri Key selama beberapa jam, mengapa orang menyebutku bolos selama tiga hari? Apakah negeri Key memiliki waktu yang berbeda dengan bumi?" desahnya.

"Nona Julie! Coba kamu rapikan tumpukan buku di rak kiri!" perintah Bibi Lala. Suara itu membuyarkan lamunan Julie dan segera bergegas menuju rak yang di tunjukan kepadanya.

"Ini benar-benar aneh!" ucapnya dalam hati.

"Owh yah, Miss Derlina menghubungiku dan akan memecatmu jika kamu bolos lagi!" sambung Bibi Lala. Suaranya terdengar sangat menekan.

"Baiklah," ucap Julie lirih.

Dia sangat bingung dengan hidupnya sekarang. Bermula dari keinginanya mencari tahu tentang Haris dan berakhir dengan kejadian aneh di hidupnya. Baru saja Tuan Alexsander mengatakan bahwa dia bukan manusia, terus mengapa makhluk abstral seperti itu mendekati Julie?

"Ratu Isabel?" sahut suara itu. Julie melihat ke sumber suara dan mendapati Gali sudah duduk di meja kerjanya.

"Buat apa kamu ke sini?" tanya Julie sambil melangkah mendekati lelaki itu.

"Ratu, aku datang menjemputmu lagi," jawabnya.

"Hmm," desah Bibi Lala.

"Nona Julie, apakah benar-benar kamu sudah gila?" sahutnya. Julie tersenyum, dia kedapatan kali ini berbicara sendiri. Orang-orang tida bisa melihat Gali kecuali dirinya dan Tuan Alexsander.

"Maaf Bibi Lala, panitia akan mengadakan lomba drama sesi kedua dan hadiahnya sangat banyak," sahut Julie asal.

"Kalo begitu, kamu katakan kepadaku terlebih dahulu sehingga orang-orang di perpustakaan ini tidak menyebutmu gila. Aku benar-benar pusing jika kamu gila benaran!" jelas Bibi Lala lalu melanjutkan pekerjaanya.

Julie melangkah dan duduk di samping Gali. Mata lelaki itu berwarna putih dan tidak ada sama sekali pupil hitam di tengah. Julie sedikit terperanjak saat dia menatap lekat-lekat wajah Gali.

"Apakah wujud aslimu semenyeramkan ini?" bisik Julie. Suaranya agak pelan agar Bibi Lala yang ada di sampingnya tidak mendengarkan pembicaraan mereka.

"Tidak, tetapi mata batinku melihat makhluk aneh di sekitar sini," gumam Gali.

"Bukankah Tuan Alexsander bukan manusia. Apakah dia satu bangsa denganmu?"

"Tidak Julie, dia dari kubuh hitam. Dia yang akan menyerang negeri Key. Jadi berhati-hatilah dengannya," jelas Gali. Sayap putihnya tiba-tiba mencul dan Gali terbang mengelilingi langit-langit perpustakaan.

"Jangan sampai dia menculikmu!"

"Dia mengincar kematianmu!" teriak Gali dan sayapnya terbang tinggi keluar dari jendela besar dan menghilang seketika.

"Kubuh hitam?"

"Kalo dia jahat, mengapa dia selalu menemuiku? Apakah dia akan menculikku?" batin Julie. Dia memijit pelipisnya yang terasa panas dan menumpahkan kelelahannya dengan bersandar di meja kerja.

"Aku tidak mengerti tetapi maksud dan tujuan Tuan Alexsander menemuiku adalah sebuah misteri," batin Julie lagi.

"Hai Nona Julie, aku mendengarkan berita bahwa salah satu ilmuan yang telah bunuh diri itu hidup lagi," jelas Bibi Lala asal sambil tetap melanjutkan pekerjaanya.

"Kamu tahu dari mana?" tanya Julie.

"Aku mendengar beberapa warga yang melihatnya di taman santo, dia sedang berdiri di samping makam istrinya," sambung Bibi Lala. Julie mengerutkan kening dan mendekati meja kerja Bibi Lala.

"Maksud kamu, Tuan Smith?" tanya Julie lagi. Bibi Lala menganggukan kepala sembari tersenyum.

"Bisakah orang bangkit kembali dari kubur?" pertanyaan Bibi Lala sontak membuat Julie terperanjak.

"Mengapa kamu menanyakan hal itu?"

sahutnya.

"Aku melihat seseorang terbang dan menghilang begitu dan saja saat aku mencari tahu tentang Tuan Smith, aku sangat penasaran," jelas Bibi Lala.

"Jika orang yang mati tetap bisa hidup kembali. Aku sangat tertarik mengetahui hal itu," sambungnya. Bibi Lala menghela nafas panjang sembari menatap lekat-lekat wajah Julie yang kebingungan.

"Suamiku telah tiada, aku berharap dia juga bisa kembali bangkit!" bisiknya.

'Deg'

Bersambung…