Julie menatap bangunan kuno bekas peninggalan ayah Haris yang seorang kolektor barang antik. Seharusnya dia segera meninggalkan bangunan ini dan tidak menunggu Haris lagi.
"Kenapa, ada apa Julie?" tanya Helen. Gadis imut yang selalu mengantarnya ke rumah kuno yang misterius. Tidak ada yang berani datang ke sini tetapi Julie terlalu keras kepala.
"Aku sudah katakan bahwa Haris sudah tidak ada, ini hanya tempat peninggalanya saja. Bahkan keluarganya sudah pindah dari sini!" sambung Helen. Dia menepuk pundak Julie, menarik tangan gadis itu dan bergegas untuk pulang.
"Kau tahu, hutan yang kita lewati itu adalah hutan angker!" cetusnya lagi. Julie hanya terdiam dan sama sekali tidak bersuara.
"Tidak, pulanglah lebih dahulu!" sahut Julie kemudian. Dia mengamati seisi rumah dengan kain putih yang menutupi semua perabotan dan buku - buku tua peninggalan Tuan Smith yang berdebu.
"Ayoklah, Haris tidak akan tenang jika kamu selalu berharap di rumah tua ini!" bujuk Helen lagi. Tetapi gadis berkacamata itu meneruskan langkah kakinya menyusuri ornamen klasik pahatan arsitektur Eropa Kuno. Dia mengamati segala sisi dan memandang foto singa yang terletak di kamar Haris.
"Julie, aku takut di sini!" pekik Helen saat mendengarkan suara anjing hutan yang bersautan.
"Pulanglah Helen!" ujar Julie.
"Aku hanya ingin lihat barang Haris di rumah ini," sambungnya. Tanganya menyentuh lukisan yang bagaikan kepala singa. Dia meraba dan membersihkannya dari debu tebal yang menempel. Julie sangat tertarik dengan pahatan foto itu. Bahkan banyak buku kuno yang ditinggalkan Haris di rumah ini.
Cangkir cekung dan beberapa alat kimia sudah sangat berdebu. Keluarga Haris sama sekali tidak membawah buku kunonya. Ayahnya seorang profesor kimia dan fisika yang terkenal sehingga ruangan di rumah Haris kebanyakan digunakan untuk sebuah eksperiment.
"Mengapa kepindahanya mendadak?" batinnya. Julie melangkah pelan menyusuri ruangan yang diperkirakan adalah laboratorium tua milik Tuan Smith.
"Ayolah Julie! Jangan begini!" sahut Helen. Julie tidak menghiraukan teriakan itu, dia berjalan menyusuri lorong panjang yang berhadapan dengan sumur dan dapur.
"Aku tidak suka kamu terlalu takut, Helen! " jawab Julie. Sekarang tangannya memegang beberapa tumpukan buku dan membaca judul buku itu. Aroma buku tua jelas tercium. Debu yang menempel tebal, berusaha dibersihkannya.
"Apa ini?" sahutnya.
"Teori Relativitas Einstein?"
"Teori Ruang dan Waktu?"
Julie membaca semua buku tua yang berada di ruangan kecil yang berukuran 3x2 m. Helen hanya duduk di depan sambil mengigit bibir bawahnya karena ketakutan, keringat meluncur dari dahinya.
"Kamu tahu, kenapa ayah Haris tidak membawah bukunya. Aku rasa dia maniak teori-teori konspirasi!" ujar Julie dan menatap wajah Helen dengan ekspresi bingung. Perempuan imut itu hanya menggelengkan kepala tanda tidak mengerti.
"Ayolah pulang! Aku ketakutan!" cetus Helen. Pandangan Julie tertuju pada jendela yang tertutup jejak laba-laba. Sudah berapa lama Tuan Smith meninggalkan rumahnya sehingga laba-laba begitu asik membuat rumah di jendela ini.
"Mereka baru pindah seminggu yang lalu!" sahut Helen dan memandangi sekitarnya dengan kening berkerut.
"Sudah mau malam, kamu mau tinggal di sini?" Suara berat dari Helen yang sangat ketakutan.
"Besok saja," cetus Julie. Hari sudah semakin larut dan dia mengurungkan niatnya untuk menyelidiki rumah tua ini lebih dalam.
"Julie, cepat!" teriak Helen. Perempuan itu melangkahkan kakinya sedikit berlari melewati hutan belantara. Sedangkan Julie berusaha mengikuti jejak langkah perempuan imut di depannya dengan santai.
"Aku tidak suka benda kuno. Jadi jangan mengajakku lagi ke rumah angker itu!" protes Helen cemberut. Julie hanya tersenyum dan menatap wajah lucu sahabatnya itu.
"Haris sudah mati!"
"Jangan berharap lebih!" sambung Helen.
"Tidak!"
"Aku rasa dia masih hidup, Helen!" balas Julie. Perasaanya kuat kepada Haris. Haris tidak mungkin meninggalkannya.
"Kamu gila!" seru Helen. Mereka berdua saling berlarian meninggalkan hutan belantara. Deru nafasnya berkejaran seirama dengan bunyi serigala yang meraung.
Tidak ada yang tahu mengapa Tuan Smith membeli rumah di hutan yang penuh misteri seperti ini. Bagi Julie, ini sangat aneh.
"Kamu punya kunci?" tanya Julie. Dia lupa bahwa kunci kamarnya ketinggalan di rumah tua itu. Mereka sudah tepat berada di jalan besar yang berhadapan dengan rumah penduduk.
"Astaga, kamu terlalu ceroboh!" komentar Helen.
"Kamu tahu kan, aku seceroboh itu!" balas Julie. Dia mengakui dirinya memiliki sifat pelupa yang sudah sangat akut.
Helen memberikan dua macam kunci bergantung kepala singa. Julie sedikit terperanjak saat mengambilnya. Dia mengingat kepala singa yang terpajang di rumah Haris tadi.
"Sabarlah, Haris sudah tenang di alam sana," ucap Helen sambil menepuk bahu Julie. Dia kemudian berbalik arah meninggalkan sahabatnya itu.
Julie masuk ke rumah yang dia sewa beberapa bulan ini. Dia tidak akan menganggap Haris sudah meninggal. Dia yakin bahwa lelaki itu masih hidup. Bahkan keyakinan dihatinya semakin hari semakin besar.
"Apakah benar Haris sudah meninggal?" batinnya.
Julie tidak menemukan jasad Haris setelah kecelakaan itu. Orang tua Haris menutup diri dari ini semua. Pernah suatu ketika dia berusaha masuk ke rumah tua itu tetapi Tuan Smith melarangnya.
"Tidak ada yang perlu di ketahui dari kematian yang merupakan takdir Tuhan," kata-kata Tuan Smith sebelum mereka pindah. Julie masih sempat mencarinya tetapi nihil, karena dia tidak menemukan apapun di rumah itu.
"Tunjukan aku makam Haris!" teriak Julie tidak percaya.
Lelaki paruh baya dengan kepala pelontos itu menyergitkan dahi melihat ekspresi Julie yang sedang histeris di depan rumah tuanya.
"Cinta memang membuat orang bodoh!" suara khas dari Tuan Smith yang penuh penekanan sambil memandang tajam ke arah gadis muda di depannya.
"Aku mau Haris!" sahut Julie lagi.
"Pantas saja orang menyebutmu gila, kau benar-benar gila, Nona Julie!" cetus Tuan Smith.
Tidak ada seorang pun yang mempercayai Julie selain Helen dan Haris. Orang-orang menyebut Julie sebagai Miss. Key. Nona kunci yang selalu membicarakan mengenai kunci dunia lain.
Hanya Haris yang percaya cerita Julie. Haris menyakini bahwa di luar sana ada kehidupan seperti di bumi.
"Pergilah sana!" usir Tuan Smith. Julie melirik ke dalam rumah tetapi tidak ada seorang pun di sana.
"Nona Julie, mohon pergilah!" ulang Tuan Smith. Julie mengatupkan kedua bibirnya dan berbalik arah.
"Jangan ganggu aku lagi!" sambung Tuan Smith dan menutup pintu rumahnya dengan keras.
Brak!!!
Bayangan Tuan Smith yang terlihat mencurigakan membuat Julie berani masuk dan mendobrak rumah tua yang sengaja ditinggalkan pemiliknya. Begitu sangat misterius dan tidak masuk akal bagi Julie.
Beberapa penduduk mengatakan bahwa pria tua itu pergi dari rumahnya setelah menemukan singa hutan yang masuk ke dapurnya tapi bagi Julie itu hanyalah sebuah alasan.
Cangkir kuno dan cangkir kimia di laboratorium begitu sangat aneh. Mengapa ada cairan kimia yang tumpah dan pemiliknya belum sempat membersihkan? Mengapa begitu banyak bau menyegat dari spiritus dan Tuan Smith tidak membersihkan? Bahkan bahan itu berbahaya jika terkena api. Rumahnya bisa terbakar.
Semua yang dia lihat hari ini sungguh di luar nalar. Tuan Smith begitu mencurigakan. Apa yang sedang dia sembunyikan? Apa yang membuat dia terlihat ketakutan sehingga meninggalkan rumahnya dengan barang antik bernilai jutaan dolar dan buku tua yang sangat penting bagi hidupnya.
Aneh dan penuh teka-teki untuk Julie pecahkan. Ini semua sudah tidak masuk akal. Tidak mungkin karena hanya seekor singa yang masuk ke rumah dan membuat tuan rumah pergi begitu saja tanpa membawa barang berharga mereka?
"Tuan Smith, apa yang kamu sembunyikan?" batin Julie.