Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Kini Abi dan Adel sedang sibuk merapikan buku buku mereka ke dalam tas.
"Adel." Panggil Abi sambil mendekat ke arah Adel saat dia sudah selesai merapikan buku nya.
"Kenapa Bi?" Sahut Adel yang masih belum selesai dengan buku bukunya.
"Abi boleh pinjem jaket Adel ngak? Abi takut kalau nanti ada yang liat memar di tangan Abi." Tanya Abi sambil kembali memperhatikan luka memar di sekujur tangan nya. Adel langsung menghentikan kegiatan nya dan mengalih kan pandangan nya ke arah tangan Abi.
Adel menghela nafas kasar, lalu meraih jaket merah yang ada di kursi milik nya, lalu menyerah kan nya pada Abi.
"Nih. Tapi ingat ya Bi, kalau lo ketemu sama dia, jangan lupa liat bag name nya, gue mau tau siapa orang yang udah lakuin ini ke lo." Ucap Adel geram.
"Hhehehe iya. Kalau gitu, Abi duluan dulu ya, kak Yuda pasti udah nungguin Abi di luar." Ucap Abi sambil meraih jaket milik Adel lalu memakai nya.
Saat Abi sudah berada di parkiran, Abi melihat Yuda yang sedang berdiri menunggu nya. Abi tersenyum kecil lalu menghampiri laki laki itu. Yuda yang melihat ada yang berubah dengan Abi langsung memperhatikan Abi mulai dari bawah hingga atas. Hingga ia sadar bahwa Abi memakai jaket, padahal ia ingart betul tadi pagi Abi tidak memakai jaket itu.
"Halo kak Yuda." Sapa Abi sambil melambaikan tangan nya lalu masuk ke dalam mobil.
"Lama ya nunggu nya? Maaf ya kak, tadi Abi ada kerjaan dikit." Ucap Abi sambil memasang sabuk pengaman nya.
"Tidak apa apa."
Yuda melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Saat berada dalam perjalanan, Yuda bermaksud menanyakan mengenai jaket yang di kenakan oleh Abi itu.
"Abi." Panggil Yuda sambil terus fokus mengemudi.
"hemm? Kenapa kak?" Jawab Abi lalu menoleh ke arah Yuda.
"Itu jaket kamu? Kayak nya tadi pagi kamu ngak pake jaket ke sekolah, dan biasa nya kamu kan ngak pernah suka pake jaket." Ucap Yuda yang langsung membuat Abi gelisah. Dia benar benar tidak ingin jika ada orang lain yang tau tentang luka nya, terutama Zion dan Yuda. Abi berusaa untuk terlihat biasa biasa saja di depan Yuda, agar Yuda tidak curiga.
"Ohh.... I.. Ini jaket temen Abi. Tadi.. Tadi Abi tiba tiba kedinginan jadi Abi pinjem deh." Ucap Abi lalu mengalih kan pandangan nya. Yuda yang merasa ada yang aneh dengan Abi menatap gadis itu sejenak lalu kembali menatap ke arah jalanan di depan nya.
"Kamu ngak lagi bohong sama saya kan Abi?" Tanya Yuda curiga.
"Eng... Enggak kok kak. Abi ngak bohong. Serius deh." Ucap Abi sambil mengangkat dua jari nya lalu membentuk huruf V.
"Ohhh iya, kak Yuda kok jadi pake saya saya- an sih? Udah kayak kak Zion aja." Ucap Abi kesal sambil memanyun kan bibir nya.
Yuda tertawa melihat sikap Abi. Abi terlihat sangat imut dan semakin cantik saat dia memanyun kan bibir nya. Yuda langsung menggeleng kan kepala nya saat pikiran nya sudah semakin jauh mengenai Abi, dia harus sadar posisi nya saat ini. Dia harus sadar bahwa Abi sudah milik Zion, bos nya saat ini.
Namun saat Yuda melihat Abi, dia tidak bisa menahan perasaan nya. Entah mengapa dia berani menaruh hati pada gadis kecil ini. Apa kah dia salah saat dia mulai menaruh hati pada Abi? Apa kah dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk bisa mendapat kan Abi? Apa dia harus menghapus perasaan nya pada Abi karena Zion?
Yuda melirik ke arah Abi yang tersenyum kecil saat melihat pemandangan di luar sana dari kaca mobil, Abi benar benar cantik. Abi bukan hanya cantik dari luar saja, tapi dia juga benar benar cantik dari dalam, batin Yuda.
Saat Abi melirik ke arah Yuda, Yuda langsung mengalih kan pandangan nya sambil menggeleng kan kepala. Dia tidak boleh menaruh perasaan ini, dia hanya kakak bagi Abi, tidak boleh lebih dari itu. Iya, dia dan Abi hanya seorang kakak, tidak lebih.
"Kak Yuda kenapa? Kok geleng geleng kepala gitu? Kak Yuda pusing? Kak Yuda sakit ya?" Ucap Abi sambil menempel kan telapak tangan nya pada kening Yuda, yang langsung membuat Yuda merem mobil nya tiba tiba. Abi kaget dan hampir terjungkal ke depan.
"Kak Yuda kenapa? Kak Yuda ngak sakit kan?" Tanya Abi lalu kembali menempel kan tangan nya pada kening Yuda. Yuda menatap manik mata Abi. Tangan Yuda meraih tangan Abi yang ada di kening nya, tatapan kedua nya saling bertemu. Mereka beradu pandang cukup lama hingga seorang bodyguard yang tadi mengikuti mereka mengetuk jendela mobil mereka.
Yuda dan Abi tersentak kaget saat mendengar ketukan itu. Yuda membuka kaca mobil nya.
"Kenapa berhenti tuan?" Tanya orang tersebut dengan sopan.
"Tidak ada apa apa, kamu bisa kembali ke mobil kamu sekarang." Ucap Yuda yang hanya di balas anggukan oleh orang tersebut lalu berjalan kembali ke mobil nya.
"Maaf Abi." Ucap Yuda tiba tiba lalu melajukan mobil nya.
"Maaf kenapa?" Tanya Abi bingung saat tiba tiba Yuda meminta maaf kepadanya.
"Tidak apa apa."
"Hhahahha, kak Yuda aneh. Minta maaf tapi ngak tau minta maaf kenapa." Ucap Abi sambil tertawa Kecil saat mendengar jawaban Yuda tadi.
Kamu hanya seorang sopir Yuda. Dan lagi Abi sudah menjadi milik Tuan Zion sekarang, kamu harus sadar posisi kamu saat ini. Kamu itu bukan siapa siapa Yuda. Kamu tidak pantas untuk Abi, lupakan Abi, lupakan dia. Dia hanya adik untuk kamu, tidak boleh lebih. Jadi lah kakak yang baik untuk nya tanpa ada perasaan lebih di dalam nya- Batin Yuda.
Merek sudah sampai di dalam rumah. Abi langsung masuk ke dalam kamar nya dan segera membersih kan tubuh nya. Saat dia hendak memakai baju, Abi tiba tiba teringat dengan bekas luka di tangan nya. Abi yang tadi nya sudah memilih untuk menggunakan baju lengan pendek karena cuaca memang sangat panas, memilih untuk menggunakan baju lengan panjang agar luka di tangan nya bisa tertutupi.
Setelah selesai berpakaian Abi turun ke bawah dan langsung makan siang, di sana Abi bertemu dengan Bik Inah. Abi mengobrol dengan nya dengan raut wajah penuh bahagia. Abi tertawa sejak tadi, seakan dia lupa bahwa di rumah ini dia adalah jaminan.
Abi sendiri juga bingung, di rumah ini Abi hanyalah seorang jaminan namun Zion memperlakukan nya layak nya seorang ratu. Abi selalu di penuhi kebahagiaan di rumah ini, walaupun kebahagiaan nya tidak selengkap waktu dia bersama ayah dan bunda nya. Namun dia bersyukur bisa bertemu Zion, Yuda dan orang orang baik yang ada di rumah ini. Setidak nya rasa rindu nya bisa terobati karena dia tidak merasa sendirian.