Sudah 2 hari sejak Zion tidak bebicara dengan Abi. Zion yang selalu mengabaikan Abi saat mengajak nya berbicara sebenarnya benar- benar menyiksa Zion, namun entah kenapa Zion masih kesal dengan Abi saat dia mendengar penjelasan Abi yang terakhir kali Abi ucapkan saat mereka berada di dalam kamar Abi.
"Gue rasa, ke depannya lo harus lebih hati- hati deh Yon." Ucap Angga yang kini duduk di hadapan Zion.
"Maksud lo?"
"Babel Corp kayaknya bakal ngelakuin apapun buat dapetin apa yang mereka mau."
"Dan gue juga bakal ngelakuin apapun untuk ngedapetin apa yang gue mau." Ucap Zion yang membuat Angga hanya bisa menghela nafas.
"Gue tau lo otak lo ngak akan kalah sama mereka Yon. Tapi yang gue takutin mereka bakal celakain lo lagi kayak dulu, mereka ngak akan berhenti buat ngusik kehidupan lo selagi lo masih hidup Yon."
"Ya terus menurut lo gue harus apa? Kalau pun gue hati- hati, mereka bakal ngelakuin segala cara buat hancurin hidup gue. Jadi apa gunanya gue hati- hati, toh juga hasilnya bakal sama. Yang terpenting sekarang adalah jangan sampai ada pengkhianat di sekeliling gue, selagi orang orang di sekitar gue masih bisa setia sama gue, gue pasti bakal aman- aman aja kok."
"Emang sih lo bener Yon, tapi bagaimana pun juga lo harus tetep hati hati sama mereka. Kita ngak tau, siapa aja di sekitar lo yang mungkin jadi mata- mata mereka saat ini."
"Dan gue malah mikir kalau lo yang jadi mata- mata mereka sekarang ini." Ucap Zion sebelum mendapat lemparan kertas dari Angga.
"Kurang ajar lo ya. Perasaan gue yang paling setia sama lo bego. Gue rasa, di antara semua anak buah lo ngak ada yang paling setia sama lo selain gue njing." Ucap Angga membangga kan diri.
Saat keduanya sedang asik berbicara, tiba- tiba ada sebuah telepon masuk ke ponsel milik Zion. Kening Zion mengernyit saat melihat ada sebuah nomor tidak di kenal yang tertera di layar ponsel nya.
"Siapa?" Tanya Angga saat melihat raut kebingungan dari Zion.
"Ngak tau, dari nomor yang tidak di kenal." Ucap Zion lalu menggeser salah satu icon di hp nya.
"Halo?" Ucap Zion
"Hhahahhahhaha, Zion Elvano. Apa kabar anda di sana wahai tuan Zion yang terhormat?" Ucap seseorang yang terdengar dari dalam ponsel. Raut wajah Zion langsung berubah saat mendengar suara dari dalam ponsel nya tersebut.
"Ternyata anda masih punya nyali untuk menghubungi saya. Apa mau anda saat ini?" Tanya Zion dengan wajah serius nya.
"Hahahha. Saya sebenarnya tidak ingin berbicara lama- lama dengan anda, wahai tuan Zion yang terhormat. Saya hanya ingin memberikan anda peringatan untuk manjaga gadis kecil yang ada di rumah anda. Saya rasa, saya mulai tertarik dengan nya."
"Bajingan. Sekali saja kau menyentuh nya, aku tidak akan membiarkan kau hidup. Bahkan cacing- cacing di perut mu juga akan memohon ampun ke padaku bajingan." Ucap Zion penuh marah. Zion tidak suka saat gadis nya di usik.
"Tenang saja tuan Zion yang terhormat, selagi anda masih tidak bergerak terlalu berlebihan, saya pastikan jika gadis kecil itu masih di samping anda. Namun anda harus ingat, sekali saja kamu mengusik kenyamanan kami, saya tidak akan segan- segan untuk menghilangkan gadis itu dari muka bumi ini."
"Bajingan. Tunjuk kan wajah mu di hadapan ku, jika memang kamu berani. Oh atau kamu sama sekali tidak punya nyali untuk menunjuk kan tampang mu yang menjijik kan itu? Anda seharus nya sadar bahwa anda hanya seorang sampah yang hanya bisa bicara di belakang, tanpa berani menghadapi saya secara langsung."
"Hahahahahha, seperti nya anda sudah mulai bosan melihat gadis kecil di rumah anda. Saya sudah mengatakan jangan pernah mengusik saya, jika anda masih ingin melihat gadis kecil itu ada di sisi anda."
"Anda tau bukan, saya tidak akan pernah berpikir dua kali untuk menyiksa orang- orang yang berani membuat mood saya hancur. Saya tidak akan perduli jika dia laki laki atau pun wanita."
"Ohh ya, satu lagi. Mungkin untuk gadis kecil itu, akan sedikit berbeda kali ini. Saya tau dia gadis yang cantik, jadi bisa di bilang dia masih lebih pantas untuk bersanding dengan saya dari pada laki laki munafik seperti anda."
"Saya tidak akan langsung membunuh gadis itu, saya akan membuat nya merasakan indahnya dunia dengan cara saya sendiri. Jadi sekali lagi saya peringat kan kepada anda, jangan pernah mengusik saya selagi anda masih ingin melihat gadis itu."
tut... tut...
"Bangsat." Ucap Zion sambil melemperkan ponsel nya ke arah tempok kantor nya. Zion benar benar di penuhi emosi saat ini.
"Lo kenapa Yon? Itu siapa? Kenapa lo bisa sampe se emosi ini?" Tanya Angga yang bingung melihat sikap Zion.
"Terus cari tau, siapa sebenar nya dalang di balik aksi teror yang selalu datang sama gue selama ini. Gue ada urusan penting, gue serahin semua nya sama lo." Ucap Zion dan langsung meninggal kan Angga yang masih belum paham dengan maksud Zion kepada nya.
"Ehhh Yon, tunggu. Maksud lo apaan sih?"
"Nanti gue bakal cerita sama lo, tapi ngak sekarang. Gue harus balik sekarang." Ucap Zion dan langsung keluar dari kantornya.
Saat Zion sudah berada di lobi kantor nya, sopir pribadi miliknya sudah berada di sana.
"Apa kita akan pulang sekarang pak?" Tanya sopir tersebut sopan.
"Kunci mobil, saya yang akan menyetir sendiri." Ucap Zion sambil mengulur kan tangan nya.
"Ta.. tapi ke..." Sopir tersebut tidak langsung memberikan kunci mobil kepada Zion, yang semakin membuat amarah Zion makin menyala.
"Apa kamu tidak dengar apa yang saya katakan? Serah kan kunci nya, saya yang akan menyetir sendiri." Teriak Zion yang langsung membuat semua tatapan orang orang yang ada di sana langsung tertuju kepada mereka berdua.
"Ba.. baik, ini pak." Uap sang sopir sambil menyerahkan kunci mobilnya.
Zion menerima kuncil mobil tersebut. Sesaat sebelum Zion membuka pintu mobil nya, dia menatap kembali ke arah sopir tadi. "Mulai besok, anda tidak perlu lagi datang ke sini. Ini terakhir kali nya saya melihat anda di sini." Ucap Zion lalu masuk ke dalam mobilnya.
"A.. Apa? Mak.. maksud bapak? Pak.. maaf kan saya pak, pak Zion." Ucap sopir tersebut berusaha mengetuk pintu mobilnya, namun tidak di respon sama sekali oleh Zion. Zion melajukan mobil nya dengan kecepatan tinggi, tidak perduli dengan orang yang sedang meneriaki nama nya di belakang nya.