"Jangan pernah coba coba untuk kabur dari sini, atau kau akan tau sendiri akibat nya." Ucap Zion yang di balas anggukan oleh Abi.
"Saya berangkat dulu."
"Kalian semua pantau gadis ini, jangan sampai dia berbuat yang aneh aneh." Ucap Zion kepada pengawal nya yang sudah di tugas kan untuk menjaga Abi agar tidak kabur.
"Baik tuan."
Zion melangkah dan memasuki mobil mewah nya. Abi terus memandangi tubuh Zion yang kini sudah berada di dalam mobil.
Mobil mewah itu melaju dan akhir nya menghilang dari penglihatan Abi. Abi masih berdiri diam di tempat nya hingga seseorang memanggil nya.
"Mari masuk ke dalam nona." Belum ada balasan dari Abi, hingga akhir nya seseorang itu perlahan menyentuh bahu Abi perlahan, hingga akhir nya Abi tersadar dari lamunan nya.
"Ehhh iya kenapa bibi?"
"Mari masuk ke dalam nona."
"Ehhh iya baik bi." Abi masuk ke dalam kamar nya, dia berniat untuk mandi tapi dia baru ingat bahwa ia ternyata tidak mempunyai baju apapun yang bisa dia pakai. Dia memikir kan apa yang harus dia pakai, dia tidak mungkin tidak mandi. Sejak kemarin, dia sama sekali belum mandi, dan badan nya saat ini sungguh lengket membuat Abi tidak nyaman.
"Abi harus pakai apa dong? Badan Abi udah lengket banget lagi." Setelah beberapa lama berpikir, Abi memutus kan untuk turun dan menemui wanita paruh baya yang tadi pagi menemui nya.
Abi menemukan wanita itu sedang sibuk memasak di dapur.
"Bibi, maaf Abi menggangu. Abi bisa pinjam baju bibi tidak? Abi tidak punya baju di sini, kemarin Abi tidak sempat bawa baju Abi." Ucap Abi begitu sopan.
"Tapi non, baju saya hanya baju biasa semua. Saya rasa itu sama sekali tidak cocok dengan nona. Apa saya hubungi tuan Zion saja untuk tanyakan masalah ini?" Tawar wanita paruh baya itu.
"Ehhh tidak usah bi. Saya pake baju bibi saja. lagian kan saya cuman di rumah. Jadi tidak perlu harus pakai baju yang bagus."
"Ya sudah, akan saya ambil kan non. Non Abi tunggu di sini dulu sebentar."
"Baik bi. Terima kasih, maaf merepotkan."
"Sama sekali tidak non. Kalau begitu saya permisi sebentar." Yang di balas anggukan oleh Abi.
Setelah kurang lebih sepuluh menit, wanita itu akhir nya kembali dengan sepasang baju di tangan nya. Abi langsung tertawa saat melihat itu.
"Ini non. Itu baju saya yang paling bagus. Maaf jika non Abi tidak suka, karena memang saya tidak terlalu suka mengoleksi banyak baju baju bagus non."
"Ehh tidak apa apa kok bi. Abi suka, lagian baju nya bagus kok."
"Terima kasih non."
"Ngak usah panggil non bi, panggil Abi aja."
"Maaf non, tapi saya tidak bisa. Nanti saya bisa kena marah tuan Zion jika saya memanggil non Abi dengan cara yang tidak sopan."
"Loh kenapa ka Zion marah? Ngak kok bi, ka Zion ngak akan marah."
"Maaf non tapi saya ngak bisa." Ucap wanita itu sambil menunduk kan kepala nya.
"Ya sudah, bibi bisa manggil Abi dengan sebutan non, tapi itu kalau di depan ka Zion aja. Kalau ka Zion lagi ngak ada, panggil Abi aja ya. Abi jadi merasa ngak enak kalau di panggil non. Abi mohon." Mohon Abi sambil memasang wajah memelas nya, hingga wanita itu tidak tega.
"Baik no-- eh maksud saya A---- Abi." Ucap wanita itu dengan hati hati.
"Hehehe makasih bibi. Btw nama bibi siapa?" Tanya Abi tertawa sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Abi mengulur kan tangan kanan nya.
"Saya Inah, panggil saja bi Inah. Kalau no-- ehh Abi butuh apa apa panggil bibi saja."
"Ok bi Inah. Nama ku Abigail Adriella Keiko panggil aja Abi." Ucap Abi sambil menunjuk kan senyum manis nya.
"Ya sudah bi. Abi masuk kamar dulu ya? Abi mau mandi, badan Abi udah lengket banget hehehe."
"Iya Abi." Bi Inah terus memperhatikan Abi yang sedang menaiki tangga menuju kamar nya. Entah mengapa, wanita itu tersenyum melihat tingkah Abi. Dia merasa Abi adalah orang yang baik dan juga sangat perhatian.
"Semoga kamu bisa merubah tuan Zion Abi. "Ucap wanita itu pelan bahkan terdengar seperti bisikan, hingga tidak ada yang mendengar nya. Entah apa maksud wanita itu.
***
Selama di kantor, Zion sama sekali tidak fokus dengan pekerjaan nya. Entah mengapa dia hanya ingin cepat cepat pulang.
Beberapa kali dia memeriksa arloji di pergelangan tangan nya. Entah mengapa, yang dia pikir kan saat ini hanya pulang dan bisa cepat sampai ke rumah nya.
Padahal sebelum nya dia sangat jarang pulang ke rumah nya, namun sekarang entah mengapa dia nyaman saat berada di sana.
"Zion. Sorry gue ganggu. Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Ini penting banget sekaligus bahaya buat kita." Ucap Angga, sahabat sekaligus asisten Zion yang tadi memasuki ruangan nya.
"Hemmm."
"Cuman Hem doang??" Tanya Angga yang tidak terima dengan respon Zion.
"Trus menurut lo gue harus ngomong apa? Gue harus kaget trus teriak teriak gitu?"
"Ya ngak gitu juga bangsat. Seenggak nya lo kasih respon yang lebih oke kek, jadi gue semangat buat cerita."
"Ngak usah banyak bacot. Mending lo langsung ngomong ke inti nya habis itu langsung ke luar dari ruangan gue."
Angga mendengus kesal. Sahabat nya ini memang tidak pernah berubah, selalu saja membuat nya kesal. Dia selalu bersikap semaunya dan tidak pernah peduli dengan apapun.
"Hemm Serah lo deh Yon Yon. Jadi ini tuh mengenai penyelundupan senjata kita ke Rusia yang ternyata sudah di ketahui oleh pihak polisi. Dan saat ini pihak polisi sedang melakukan penyelidikan besar besaran tentang masalah ini."
"Jadi inti nya, saat ini, lo lagi dalam proses pencarian polisi atau kata lain nya buronan. Jadi selagi gue nyelesaiin masalah ini, gue saranin lo ngak usah masuk kantor dulu."
"Lebih baik lo pergi ke Villa lo dulu yang ada di Bogor. Sekalian lo refreshing otak lo yang sengklek itu di sana. Biar gue yang urus masalah ini." Ucap Angga yang langsung membuat Zion tersenyum lebar.
"Oke, itu ide bagus. Gue emang lagi butuh refreshing saat ini. Gue serahin semua masalah ini sama lo Angga. Gue yakin lo bisa, semangat." Ucap Zion penuh bahagia.
Angga menganga, baru kali ini dia melihat seorang Zion Elvano, mafia sekaligus psychopat gila itu tersenyum seperti ini.
Angga melangkah mendekat kan tubuh nya ke arah Zion. Dengan perlahan Angga meletak kan telapak tangan nya di dahi Zion.
"Lo sehat kan? Apa tadi lo kepentok sesuatu sampe otak lu geser gini?"
"Maksud lo apaan sih anjir. Gue sehat sehat aja bangsat."
"Wahhh. Seorang Zion si mafia sekaligus psycopath gila ini tiba tiba tertawa seperti manusia yang tidak pernah punya dosa? Ada apa sebenar nya kawan?" Tanya Angga sambil merangkul Zion.
"Ngak usah berlebihan anjir. Yang jelas lo urus masalah ini secepat nya. Kasih mereka uang berapapun yang mereka minta. Dan ingat, selama gue di Bogor jangan hubungin gue. Gue ngak mau ada yang ganggu gue sama sekali, termasuk lo."
"Iya iya. Lagian lo mau ngapain sih di sana? Kok gue jadi curiga sama lo?" Tanya Angga sambil memberikan tatapan penuh tanya.
"Lo ngak perlu tau gue ngapain di sana. Sekarang gue mau balik ke rumah, dan suruh orang orang di rumah gue untuk siapin keperluan gue untuk ke Bogor."
"Baik tuan putri." Ucap Angga yang langsung mendapat lemparan pulpen dari Zion.
"Tuan putri ngamuk woi, kaburr." Teriak Angga sambil berlari keluar dari ruangan Zion.
"Dasar orang kurang waras." Sungut Zion.
Kini Zion sudah berada di dalam mobil sedang dalam perjalanan menuju rumah nya.
"Berapa lama lagi kita sampai?" Tanya Zion ke pada supir pribadi nya.
"Kira kira dua puluh menit lagi tuan."
"Kenapa lambat sekali, apa kau tidak bisa membawa mobil dengan benar?"
"Maaf tuan, tapi jalanan di depan sedang macet."
"Saya tidak mau tahu, yang jelas secepat nya kita harus sampai di rumah." Ucap Zion yang sudah kesal karena sejak tadi dia sudah tidak sabar untuk sampai di rumah dan bertemu dengan gadis kecil di rumah nya, siapa lagi jika bukan Abi.
"Baik tuan."