Abi mengerjap- erjapkan matanya, saat cahaya matahari sore msuk ke dalam retina indah nya. Abi duduk diatas kasur nya, sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya. Saat kesadaran nya sudah pulih, tiba tiba dia kaget saat melihat desain kamar nya sekarang. Dia menampar wajahnya pelan, lalu mencubit tangannya.
awwwwwwww
"Sakit, berarti ini bukan mimpi dong."
"Abi dimana? kenapa Abi bisa ada disini?" Tanya gadis itu bermonolog.
Dia bangkit dari kasur, lalu mengelilingi kamarnya. Dia memeriksa seisi kamar itu. Desain kamarnya sangat bagus dan semua barang yang ada disitu tertata dengan rapi. Ini memang bukan kamarnya. Dia berusaha mengingat ingat kenapa dia bisa disini, dan dimana dia sebenarnya.
"Ohh, Abi ingat. Abi kan dibawa sama paman paman tadi.. Kenapa Abi bisa lupa ya?" Ucap Abi pada dirinya sendiri.
Setelah itu dia bingung akan melakukan apa sekarang. Dia berniat untuk menelepon ayah dan bundanya. Namun setelah beberapa saat dia mencari ponsel nya, dia belum juga menemukan nya.
"HP Abi dimana ya? perasaan tadi Abi bawa kesini deh." Ucap gadis tersebut sambil terus mencarinya. Disaat dia sedang sibuk mencari keberadaan HP nya tersebut, tiba tiba.....
dorrr... dorr.....
Dia terkejut dan berteriak sangat keras saat mendengar sebuah suara yang sepertinya sudah pernah dia dengar sebelumnya. Abi langsung terdiam ketakutan dan berusaha untuk menutup telinganya.
Kini dia sudah duduk di lantai sambil menangis. Setelah dia sudah merasa baikan, akhirnya dia berjalan lemah menuju keluar. Tangannya berusaha meraih gaagang pintu yang masih ada beberapa langkah di depannya. Dan setelah berusaha dengan keras, akhirnya Abi bisa meraih gagang pintu itu. Dia berjalan dengan langkah gontai hingga ke tangga, dan saat dia sudah berada di atas tangga.
degggg..
Abi ingin menjerit histeris saat dia melihat ada tiga orang yang kini tergeletak dilantai. Dia berusaha menahan suaranya. Jangan sampai laki laki itu melihatnya disini, atau dia akan mati saat ini juga seperti orang orang yang kini tergeletak di lantai itu. Tubuh ketiga orang itu dipenuhi oleh darah, begitu juga lantai nya yang Abi ingat semula berwarna putih berubah menjadi merah karena dipenuhi darah. Abi masih diam di tempatnya, sambil menangis.
Abi melihat seorang laki laki tinggi dengan setelan jas hitamnya berdiri di depan mayat mayat itu. Dia berdiri santai sambil memainkan senjata yang ada di tangan kanannya. Tunggu.... Bukankah itu laki laki yang tadi bicara dengan Abi saat dia datang kesini? Dan dia juga yang sudah membunuh seseorang tadi siang. Dan sekarang apa yang dia lakukan? Apa dia membunuh orang lagi? Abi berpikir keras. Abi ketakutan, tangan dan kakinya gemetar karena takut.
Dan saat Abi masih menatap laki laki itu, tiba tiba ada beberapa orang yang datang dari arah pintu dan mereka sedang membawa seseorang. Namun kenapa kepala orang itu ditutup dengan kain hitam? Apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka akan membunuhnya juga?
Tiba tiba orang yang kepalanya masih di tutup tersebut, dilempar hingga jatuh di hadapan laki laki yang sejak tadi Abi perhatikan itu. Salah satu orang yang membawa orang tersebut membuka penutup mata orang tersebut. Dan saat penutup matanya sudah terbuka, dia melihat lihat kesekelilingnya. Dan saat dia melihta laki laki berpakaian hitam tadi, lalu beralih ke senjata yang masih ada di tangan nya.
Dia langsung terlihat sangat ketakutan. Dia berusaha memohon maaf beberapa kali.
"Tolong jangan bunuh saya tuan Zion."
"Saya minta maaf. Saya hanya di suruh tuan. Tolong maafkan saya."
"Saya masih mempunyai istri yang saat ini sedang hamil tuan. Siapa yang akan membantu istri saya jika saya mati saat ini tuan."
"Tolong maafkan saya. Saya mohon tuan." Mohon laki laki tersebut sambil terus membungkukan tubuhnya di kaki laki laki itu.
"Apa kau pikir aku akan peduli dengan apa yang kau katakan?"
"Apa kau lupa aku siapa?"
"Kau sudah berani mengusik ketenangan ku, Aku tidak peduli entah kau disuruh atau tidak. Yang jelas siapapun yang menggangguku akan mati saat itu juga."
"Saya mohon tuan, jangan bunuh saya. Sa---"
dorrrrrrrr... dorrrrr.
"AHHHHHHHHHH" teriak Abi saat dia laki laki yang sejak tadi sudah ia perhatikan menembakkan senjatanya kepada laki laki yang sudah bersimpuh di depannya.
Dan saat Abi berteriak. Zion menatapnya dengan tatapan yang susah diartikan. Abi menangis di tempatnya. Lalu langsung lari, untuk masuk ke dalam kamarnya saat dia melihat Zion seperti datang menghampirinya dengan senjata masih ada di tangan nya.
"Segera urus mayatnya. Dan bik Asih tolong siapkan makan malam nanti." Ucap Zion sebelum berjalan ke lantai dua rumahnya.
"Baik tuan." Ucap pengawal Zion serentak sambil membungkukan tubuh saat Zion lewat dari depan mereka.
Zion berjalan lambat saat menaiki satu persatu anak tangga rumahnya, yang lumayan panjang itu. Dan setelah beberapa lama akhirnya dia sampai dia sampai di anak tangga paling akhir. Saat dia sudah berada di lantai atas, Dia melihat salah satu pintu kamar berwarna putih.
Dia berjalan santai. Dan saat dia sudah berada di depan pintu itu, dia terdiam sejenak. Saat dia sudah menyentuh gagang pintu, dia melihat senjata yang masih ada di tangannya.
Dia langsung memasukkan senjata itu, kesaku celana bagian belakangnya. Entah kenapa, dia tidak ingin menunjukkan itu kepada seseorang yang akan dia temui sebentar lagi.
Saat dia sudah berhasil menyembunyikan senjata itu. Dia membuka pintu kamar itu dengan perlahan tanpa mengetok nya terlebih dahulu.
Saat pintu sudah berhasil di buka, dia melihat seorang gadis yang kini tengah duduk ketakutan sambil menangis pelan. Dia menyembunyikan tangannya, di kedua lipatan tangan nya.
Zion menghampiri orang tersebut dengan perlahan. Namun sebelum itu, dia tidak lupa untuk menutup pintu kamar tersebut dengan pelan, hingga gadis itu tidak menyadari keberadaan Zion disini.