Chereads / MY ANNOYING BOY FRIEND / Chapter 11 - BALASAN UNTUK JELITA

Chapter 11 - BALASAN UNTUK JELITA

Esok hari nya, Daffa terus memperhatikan sikap Kevin kepada teman-teman sekelas nya.

Kevin terlihat begitu royal.

"Daffa.. Lo mau gak, coklat oleh-oleh dari Sidney?" Lolly memberikan sebatang coklat Almond pada Daffa.

"Wuihh... hebat banget Lo! siapa yang habis dari Sidney? gak mungkin Lo kan Lol?" Daffa menerima coklat yang dibawa Lolly.

"Huh... sembarangan Lo! dikira gue gak mampu apa jalan-jalan ke luar negri !" jawab Lolly.

Daffa membuka bungkus coklatnya.

"Itu dari Kevin! katanya oleh-oleh dari bokap nya" Lolly menjelaskan.

Daffa langsung melirik ke arah Lolly.

"Nih, gue balikin... gue lupa lagi sakit gigi" Daffa melengos pergi meninggalkan Lolly.

"Ye.. makan nya sering-sering sikat gigi " sahut Lolly.

***

Daffa terus memperhatikan gerak gerik Kevin, entah kenaoa ia sangat yakin bahwa Kevin mempunyai niat yang buruk pada teman-teman nya.

Apalagi sekarang Jelita, si cewek anti cowok itu benar-benar sudah terlihat semakin akrab dengan Kevin.

Aldo dan Betrand juga kecipratan oleh-oleh, mereka dapat satu buah topi dari Sidney.

"Daffa.. gue sama Aldo di kasih nya topi, mana samaan lagi, beda warna doang udah kaya anak kembar, nah Lo dikasih kaos tuh! gak adil banget si Kevin!" protes Betrand.

"Kalo Lo mau ambil aja! lagian kaos gitu doang beli di pasar kaget juga banyak!" jawab Daffa santai.

Mendengar ucapan Daffa, Aldo dan Betrand langsung berebut untuk memiliki kaos pemberian Kevin.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya Betrand yang berhasil memiliki kaaos itu.

"Yah... Lo curang banget sih Beth!" kata Aldo.

Daffa melihat Aldo sangat kecewa karna tidak mendapatkan Kaos oleh-oleh dari Sidney itu.

"Al... Lo mau kaos dari luar negri juga? gue banyak di rumah, belum pernah gue pake sekalipun, kalo Lo mau besok gue bawa!" Daffa menenangkan.

"Gak ah, gue mau nya kaos yang original dari Sidney nya langsung! paling kaos punya Lo beli dari pasar kaget kan?" tuduh Aldo.

"Sialan Lo Al... ya enggak lah, Lo gak percaya kaos yang gue punya original dari Luar Negri?" tanya Daffa.

"Beth! Lo percaya gak?" Aldo melirik pada Betrand.

mereka berdua tertawa bersamaan.

Daffa yang tidak mau memperpanjang pembahasan hanya diam dan tidak menggubris candaan mereka.

***

Daffa sampai di rumah.

Saat baru saja melepas sepatunya, Handphone Daffa berdering.

kontak dengan nama "papah" menelpon Daffa sudah sebanyak sepuluh kali.

"Hallo.. Kenapa pah?" tanya Daffa dingin.

"Nak, kamu sama Nadya sekarang tinggal dimana? papah udah berusaha nyari kamu kemana-mana.." suara seorang lelaki itu nampak tulus.

Daffa tidak menjawab.

"Nak, barangkali papah memang punya salah sama kalian, papah minta maaf... mungkin papah bukan sosok ayah yang baik buat Daffa dan Nadya. tapi asal kalian tau, cuma kalian harta papah satu-satunya, papah sayang banget sama Daffa dan Nadya, tolong kasih tau papah sekarang kalian tinggal dimana" lelaki itu berbicara setengah terisak.

"Pah.. kalo papah sayang sama Daffa dan mbak Nadya, papah pasti ada disaat-saat terburuk yang kami lalui..! tapi apa? papah cuma sibuk sama kerjaan papah sendiri ! sampe pas Mamah meninggal, papah pun enggak ada dihari terburuk kami sepanjang hidup!" Daffa tidak bisa membendung amarahnya.

Saat Ayah dan Anak itu sedang saling bersahutan, tiba-tiba Bi Marni datang dari arah dapur.

"Nak Daffa ada apa teriak-teriak?" tanya bi Marni.

Daffa langsung mematikan telpon dari ayahnya.

"Enggak ada apa-apa kok bi ! ini pacar Daffa suka posesif banget kalo baru pulang sekolah, takut Daffa keluyuran katanya." jawab Daffa membohongi Bi Marni.

***

Di hari berikutnya, Daffa membawa semua oleh-oleh dari Luar Negri yang ia simpan bertahun-tahun di lemari, mulai dari kaos, topi, sepatu,tas pinggang dan sabuk dari kulit buaya asli.

"Nih... buat kalian..! cukup gak?" kata Daffa pada Betrand dan Aldo.

Ridho yang melihat Daffa membawa banyak barang mewah ke sekolah pun langsung ikut nimbrung.

"Widih... dapet dari mana Lo Daffa.. ini kan sabuk limited edition yang dari kulit buaya langka itu kan? kalo gak salah, cuma produksi di Amerika doang dan belum ada di negara manapun" Ridho yang memang pecinta barang branded itu pun tahu kualitas barang-barang yang dibawa Daffa.

"Kalo kalian mau, bawa aja semuanya, gue gak butuh" jawab Daffa.

"Ini Lo serius Daffa ?" tanya Ridho memperjelas.

Daffa hanya mengangguk.

Akhirnya mereka bertiga saling sikut untuk mendapatkan barang yang dibawa oleh Daffa.

Dari arah depan, diam-diam Jelita menguping.

dan refleks menengok ke arah belakang.

Daffa melihat ke arah Jelita sehingga kini mereka saling bertatapan.

"Kenapa Ta? Lo mau sabuk juga?" tanya Daffa.

Jelita tidak merespon, ia langsung membalikan badan nya kembali.

Siang hari nya, Kevin kembali mengajak Jelita pulang bersama.

Jelita pun langsung menyetujui permintaan Kevin. Mereka pun berjalan bersama menuju tempat parkir sekolah.

"Kalo bunda bikin cake, Lo mau nyobain gak Vin?" tanya Jelita memulai obrolan.

Diam-diam, Daffa mengikuti dari belakang.

Jelita masih belum sadar kalau Daffa memang berniat menguping.

"Pasti dong Ta... gue kan udah janji sama Lo, gue bakal cobain cake buatan bunda Lo" jawab Kevin.

Jelita yang mulai merasa ada yang membuntutinya itu langsung menengok ke arah belakang. benar saja, disana ada Daffa sedang berpura-pura melihat ke papan Mading sekolah sambil bersiulan.

Jelita yang mulai kesal langsung menarik lengan Kevin untuk mempercepat langkah mereka. Daffa pun tidak mau kalah, ia berlari ke arah Jelita dan Kevin.

Di depan pintu toilet wanita, Daffa sengaja berjalan di antara Kevin dan Jelita. Lalau berbisik ke dekat telinga Jelita.

"Pacaran itu di kafe, mall, bioskop, jangan di depan pintu toilet, romantis enggak, bau Pesing iya hahaha" Daffa meledek Jelita dengan kata-kata yang pernah ia lontarkan pada Daffa dan Clara saat mereka keciduk mengobrol di depan pintu toilet wanita.

Melihat tingkah laku Daffa yang menunjukan ketidaksukaan nya pada Kevin, Jelita langsung mengompori Kevin.

"Daffa itu anak bergajulan di sekolah ini ! semenjak ada Lo di kelas kita, dia kayak lebih nyebelin banget dari biasanya, dia keliatan sirik banget sama Lo Vin!" ungkap Jelita.

"Masa sih Ta? yah, gue sih udah biasa banyak yang sirik, waktu gue berhasil sabet juara satu lomba boxing di sekolah, semua temen-temen cowok gue di sekolah yang dulu gak ada yang seneng" Kevin bercerita.

"Wah Lo hebat banget Vin, Atlet boxing ternyata!" jawab Jelita kagum.

"Ah enggak jago-jago amat sih, cuma mungkin gue lagi beruntung aja hehe" Kevin merendah.

mereka sampai di parkiran sekolah, Kevin membuka kan pintu mobil nya untuk Jelita, saat itu Jelita melihat Daffa sedang berusaha menyalakan motor Vespa nya. ia langsung teringat akan kejadian lalu, saat Daffa tersinggung sepeda motornya dibilang butut.

Jelita terus memperhatikan.

Ada rasa iba saat melihat Daffa di posisi seperti itu, bagaimanapun Daffa selalu membantu Jelita menyelesaikan masalahnya meski terkadang ia sendiri yang membuat masalah pada Jelita.

Kevin menyuruh Jelita segera masuk ke dalam mobil nya. mereka pun pulang bersama hari itu.