Bintang-bintang mulai memancarkan cahayanya masing-masing, aku pun terlena dengan indahnya cahaya mereka, tapi aku sadar yang menciptakan mereka jauh lebih indah. Aku berharap pada pencipta bintang itu sekaligus pencipta seluruh alam semesta ini termasuk aku, yaitu Allah SWT. Agar suatu hari nanti impian ku itu bisa tercapai. Sudah lama sekali aku merindukan sosok itu
Tiba-tiba ada balon yang tersangkut di pagar teras kamar ku, akupun mengambilnya dan melihat ke arah bawah, tidak ada siapa-siapa
"Astaghfirullahaladzim"
Aku kaget di depan atas kepala ku ada alat yang terbang, entah apa itu namanya aku tidak tau. Alat itu pun pergi menjauhi ku. Jantung ku masih berdetak kencang karena terkejut, tiba-tiba lagi...
"Hey...kamu yang di atas sana, tolong turun...!"
Ada seorang perempuan yang memanggilku dari bawah, aku bingung harus turun atau enggak, tapi mama sama papa lagi gak ada sih, jadikan gak perlu repot-repot jelasin semuanya
"Iya...aku turun...tunggu yah"
Aku pun bergegas turun dan menghampirinya
"Ada apa yah?"
"Maaf malam-malam menggangu tapi hari ini adalah ulang tahun ku yang ke 17 tahun, jadi aku udah berniat bahwa siapapun yang mendapatkan balon ini akan aku penuhi apapun permintaannya"
Sejenak aku berpikir 'ini orang beneran atau enggak yah?'
"Percaya aja sama aku, aku gak bohong kok"
Weelatalahhh...ni orang seakan bisa baca pikiranku deh
"Eh..beneran kamu?"
Aku masih gak percaya
"Iya...beneran buat apa coba bohong"
'Iyaa juga yahh'
"Hmmm"
"Kamu mau apa?"
.....
"Bisa gak pertemukan aku dengan kakak ku yang ada di Amerika?"
"Amerika?"
***
"Iyaa...Amerika!"
"Wahh...kebetulan sekali aku dan keluargaku ingin merayakan ulang tahunku di Amerika, jadi kita bareng-bareng aja ke sana"
"Kamu gak boong kan?"
"Kan aku udah bilang buat apa aku boong, yaudah ini sebagai jaminannya pegang ini dan simpan saja, kalau aku boong pake aja kartu kredit itu sepuasmu"
"Gimana kalau kartu kredit ini gak ada isinya?"
"Hadeuhh...ni orang kok gak percayaan yah...ya udah kembaliin itu"
Perempuan itu pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, batin ku berkata 'Subhanallah', banyak sekali uang yang tertata rapi itu dia keluarkan, dan di raihnya tanganku kemudian di letakkan uang itu di atas telapak tangan ku. Sungguh aku terkejut dia memang tidak berbohong
"Percayakan?"
"Iya...percaya"
"Ya udah aku janji sama kamu, hari kamis nanti kita berangkat ke Amerika, ok?"
"Mama sama Papa ku gimana?"
"Bawa aja mereka, gak papa kok"
"Kamu beneran?"
"Iya...iya...bawel"
"Hehe...maaf yah ngerepotin"
Dia pun memegang pundakku dan berkata
"Hmmm...ini juga karena niatku kan?"
Sontak aku pun memeluknya dan yahh...tangis itu tak bisa ditahan lagi
"Makasih banyak yah...padahal kita baru kenal lohh"
"Iyaa sama-sama, eh tunggu dulu...kamu nangis?"
Di melepaskan pelukannya dari ku
"Lohh...kok nangis?"
"Gak papa...aku terharu, masih ada orang kaya yang baik seperti kamu, ini uangnya gak usah, aku percaya kok sama kamu"
"Gak papa buat kamu aja"
"Hah buat aku? Enggak enggak, ini banyak banget"
"Hey...biaya ke Amerika gak murah, mungkin uang itu juga masih gak cukup buat kalian bertiga, jadi ambil aja...kalau kurang tinggal bilang"
"Hah?"
"Hah hih huh, aku beneran gak boong, ehh bentar aku kan belum tau nama kamu siapa?"
"Nama aku Firza, nama kamu siapa?"
"Namaku Angel, mulai saat ini kita temenan yah"
"Iya..boleh minta no WhatsApp kamu?"
"Boleh dong...08xxxxxxxxxx"
"Makasih yahh..."
"Sama-sama...aku pulang dulu yahh...dahh...sampai ketemu minggu depan di bandara"
"Iya...In Syaa Allah"
Aku pun langsung masuk ke rumah dan mengunci pintu rumah. Kemudian melangkah ke kamar dan meletakkan uang itu ke dalam lemari kecil yang berada di samping kasur ku. Aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 20:20. Sebentar lagi Mama sama Papa pulang. Dan aku kembali ke ruang tamu untuk membuka pintu saat mereka datang nanti
Tok tok tok
Baru aja aku mau duduk di kursi suara ketokan pintu itu mengurungkan niatku. Aku pun membukakan pintunya karena aku sudah tau siapa yang datang
"Assalamu'alaikum sayang..." ucap Mama sambil tersenyum ke arah ku
"Wa'alaikumsalam Mama sayang" aku pun memberikan senyuman ku untuknya
Kami pun berpelukan seperti biasanya dan disusul Papa ku yang memelukku dan mencium keningku
"Ayoo kita makan dulu..ini tadi Papa beli martabak manis" ucapnya sambil menuju dapur
"Let's go..." kata ku dan Mama bersamaan
Kami pun makan martabak itu dengan canda tawa yang mengiringinya. Aku ingin cerita tentang kejadian sebelum mereka datang. Tapi...aku masih belum siap
"Kenapa sayang? Kok kayak khawatir gitu..cerita aja sama Mama"
"Ma..Pa..Firza pingin cerita..."
Setelah itu aku ceritakan semuanya, iyaa semuanya. Aku melihat bulir bening itu siap jatuh dari asalnya aku segera memeluk Mama sambil berkata
"Kita bakal ketemu Kakak Ma..." bulir bening itu pun jatuh dari mata ku di iringi dua sudut bibir yang terangkat sempurna
Sesekali ku lihat Papa, Papa tengah sibuk menyeka sesuatu dari sudut matanya yang dapat ku pastikan itu adalah air mata bahagianya. Isak tangis keluar dari mulut ku dan juga Mama. Papa juga masih menyeka air matanya. Mama melepas pelukannya dari ku dan berkata
"Sayang...makasih yahh udah jadi perantara Mama sama Papa buat ketemu Kakak kamu" ucapnya masih dengan mata yang penuh bulir bening
"Maa...kita juga harus makasih sama Allah SWT dan juga sama Angel yang udah mau bantu kita"
"Iyaa sayang... Mama bahagia banget"
Kami pun kembali berpelukan dan ternyata Papa pun sudah berada dalam pelukan ini. 'Kak...kami akan datang' ucap ku dalam hati
***
Pagi pun tiba, ku buka dinding jendela kamar ku. Untuk pertama kalinya dari sekian lamanya aku bisa tersenyum bahagia, benar-benar bahagia. Hari ini adalah hari pertama harapan itu menjadi nyata, di mana rasa rindu yang sudah ku pendam lamaaaa sekali, akan terwujud dalam satu minggu kemudian. Ya Rabb...ku harap secepatnya kami bertemu dengannya. Aku rinduuu sekali, rindu tawanya, suaranya, nasihatnya dan semua tentang dia.
"Firza...cepat bangun, hari ini sekolah kan?" teriak Mama dari arah dapur
"Iya Ma..udah bangun kok" jawab ku juga dengan teriakan
Ku hentikan sejenak pikiran ku tentangnya, ku lakukan rutinitas setiap pagi ku lalu menyusul Mama di dapur. Tak lama Papa datang dan telponnya berbunyi
^Assalamu'alaikum..siapa ya?^
^Fauzi..Ibu mu meninggal^ ucap seseorang dari telpon dengan suara isak tangisan
Seketika perasaan ku bagai di hantam petir, telpon yang Papa genggam jatuh ke lantai, Mama langsung duduk tersungkur di lantai dan aku berdiri dengan gemetar merasa tak tahan dengan kabar ini. Baru dua hari yang lalu video call dengan Nenek, Nenek baik-baik saja. Tapi hari ini dengan tiba-tiba Nenek meninggalkan kami
Suasana hening beberapa saat dan langsung di goncang dengan isak tangis Mama dan aku. Papa menangis tapi tidak membuat suara seperti ku dan Mama, Papa langsung memeluk Mama dan berkata
"Sayang..aku tau, Ibu ku sudah kau anggap seperti Ibu mu sendiri. Tapi kenyataan tidak bisa dirubah sayang..aku tau, kau lebih terpukul dibandingkan aku" ucap Papa dalam pelukan Mama
Ku ayunkan kaki melangkah mendekati mereka dan ku peluk Mama beserta Papa yang di balas pelukan Papa, karena aku tau, betapa terpukulnya Mama sampai membalas pelukan ku saja tidak bisa. Aku tau Ma..Nenek sangat berharga bagi Mama karena dari Nenek lah Mama merasakan kasih sayang seorang Ibu.
"Mas..ayo kita pulang ke rumah Ibu, mereka pasti sudah menunggu. Aku memang sangat terpukul, tapi sekarang aku masih bisa berpikir yang terbaik" ucap Mama dengan isak tangisnya
Kami semua langsung bersiap menuju rumah Nenek, akan tetapi Handphone Papa tidak bisa hidup. Mungkin karena terjatuh tadi, bagaimana bisa menghubungi orang yang menelpon tadi?.