Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tomorrow I love You

🇮🇩gud_girls
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.5k
Views
Synopsis
Benci jadi cinta?

Table of contents

Latest Update1
prolog3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

    Pagi itu Ersya berjalan menyusuri dinginnya jalanan dikota bandung. Kota kelahirannya. Dia berjalan sambil menenteng satu keranjang besar berisi kue-kue. Itu adalah dagangannya yang akan ia titipkan di kantin sekolah.

Setelah hampir dua jam Ersya berjalan, akhirnya dia sampai juga di depan gerbang sekolah. Ketika ingin masuk, tiba-tiba keranjang yang di bawanya terhempas ke jalanan.

"TIDAKKK!!!" teriak Ersya saat melihat kue yang sudah susah payah dibuatnya kini berserakan diatas jalan. Ersya kemudian berlari menghampiri keranjang nya.

Dia berbalik kebelakang. Ingin melihat wajah orang yang sudah melakukan ini terhadapnya.

"Dirka..." gumam Ersya dalam hati.

"Kenapa dia selalu menghancurkan daganganku? padahal aku tidak pernah menggangunya" monolog nya pelan sambil memunguti keranjang kue yang sudah kosong itu.

"Sudahlah Sya, mungkin emang kamu yang salah. Apa mungkin aku yah yang jalannya terlalu ditengah?" tanya Ersya masih terus bermonolog. Tapi tidak mungkin dia yang salah. Hampir setiap hari cowok itu mengganggu nya.

"Aduhh... neng Ersya kenapa lagi?" tanya pak Joko selaku sekuriti sekolah. Dia berjalan mendekati cewek bernasib malang itu.

"Ini pak. Kue saya tadi gak sengaja keserempet motor." ucap Ersya dengan senyum terpaksa.

"Pasti nak Dirka lagi yah, yang nabrak?" ujar pak Joko yang memang sudah tau bagaimana kelakuan nakal cowok bernama Dirka itu. "Kuenya biar pak Joko aja yang ganti." sambung nya.

"Ga usah pak. Saya ikhlas kok,"

"Tap—"

"Yaudah pak saya mau ke kelas. Saya juga mau minta tolong sama bapak untuk bilangin ke mang Ucup supaya ini di bersihin."

"Oke neng, nanti bapak bilangin atuuhh..."

Tring tring tringggg.....

"Nah! udah bel pak, saya ke kelas dulu ya... Assalamualaikum." pamit Ersya.

"Wa'alaikumussalam..." balas pak Joko.

Semua siswa, siswi berlari menuju kelasnya masing-masing. Begitu pula dengan Ersya, yang juga sedang berjalan melewati koridor menuju kelasnya.

Cewek itu masuk ke kelas dengan wajah lesu. Dia lalu melangkah ke kursinya dan duduk melamun disana.

"Sya, lo kenapa lagi?" tanya kinan yang sudah sedari tadi memperhatikan wajah sahabatnya itu.

"Biasa Nan. Kue jualan aku ditabrak lagi sama Dirka." jawab Ersya.

"Gue heran deh sama Dirka. Kenapa sih dia selalu gangguin lo?"

"Gue juga gak tau Nan. Tapi ga papa kok, mungkin tadi itu dia nggak sengaja..." balas Ersya dengan senyuman kecil mengakhiri ucapannya.

"Nggak sengaja lho bilang?!"

"Itu bukan nggak sengaja! tapi itu sengaja SYAA!!" teriak kinan sudah sangat geram.

"KINAN! ERSYA! KELUAR DARI KELAS SAYA! kalian ini bukannya memperhatikan apa yang saya terangkan malah asik bercerita!" Teriak bu Salsa. Semua murid di kelas itu langsung tertawa. Terkecuali dua cewek yang duduk di kursi paling depan. Mereka rupanya baru sadar kalo ternyata bu Salsa sedang mengajar di kelas mereka.

Kinan dan Ersya hanya bisa diam melihat guru kimia mereka itu marah. Kinan apalagi... Dia yang sudah membuat keduanya terkena omelan.

"Kita minta maaf bu." ucap mereka berdua, bersamaan.

"Baiklah, ibu maafkan. Lain kali kalau kalian begini lagi! ibu akan menghukum kalian berdua!" tegas bu Salsa. Kemudian melanjutkan kembali apa yang dia jelaskan.

Dalam hati Ersya bersyukur karena dia dan Kinan tidak di hukum oleh sang guru. Bisa mampus dia kalau ketahuan guru-guru lain sedang di hukum.

.

.

.

"Udah dong Nan, kita gak perlu bahas masalah ini lagi. Gimana kalo kita ke kantin ajah?" bujuk Ersya kepada Kinan.

Nasib punya teman yang hobinya tukang mukul orang. Kinan. Cewek tomboi bin abal-abal itu sangat tidak suka dengan penindasan yang di lakukan seseorang kepada sahabatnya.

Kinan berbalik menatapnya, "Ini nih yang gue gak suka dari lo! lo itu terlalu baik dan sabar banget ngadepin dia!" kesal Kinan.

"Gue udah muak ya Sya, sekarang juga kita temuin cowok pengecut itu!" putus Kinan sambil menarik tangan Ersya, membawanya menuju basecamp tempat geng Dirka biasa berkumpul.

Ersya panik. Dia tidak tau lagi, harus melakukan apa. Jika sudah seperti ini, Kinan tidak akan mendengarkannya. Dirka itu anak pemilik sekolah. Dan apa yang akan terjadi kalau sampai, dia dan Kinan mencari masalah dengan cowok nakal itu.

Mereka berdua sampai di sana. Di depan sebuah gudang tua yang terletak tidak jauh dari area sekolah. Tempat ini lebih di kenal dengan basecamp singa. Mengapa? karena semua orang menganggap geng Dirka itu adalah singa lapar.

"Ini saatnya gue kasih pelajaran sama tuh anak." gumam Kinan.

"Nggak perlu Nan, kita balik aja yah?" mohon Ersya. Jantung nya serasa mau copot saja saat menatap pintu gudang itu.

"Nggak!! gue gak bakalan pergi sebelum bisa buat cowok itu babak belur!" keukeh Kinan.

Kinan benar-benar sudah tidak waras. Dia berjalan menghampiri pintu gudang itu, lalu menggedor-gedor pintu tersebut dengan sangat-sangat kuat.

Semua cowok yang ada di dalam gudang itu kaget saat mendengar suara gedoran pintu.

"Kenapa?" bingung Lian. Dimas meliriknya. Sedang Dirka biasa saja.

"WOI!!! DIRKA KELUAR LO DARI KANDANG INI! KELUAR! DASAR PENGECUT! KELUAR SEKARANG JUGA, ATAU GUE BAKAL BAKAR TEMPAT INI!"

Lian merinding mendengar suara magnitudo milik orang di luar sana. "Woi! buka aja, dari pada kita mati." suara Lian terdengar cemas.

"Lo aja yang mati. Gua sama Dirka enggak." sahut Dimas kelewat santai.

Dirka bangkit dari kursinya. Matanya menatap malas ke arah pintu. Siapa lagi, yang mau mencari masalah dengannya?

"Lian buka pintunya sekarang juga!" perintahnya kepada cowok berambut cokelat di dekat Dimas.

"Muke gile? lo nyuruh gue yang buka?"

Dirka mengangguk. Jangan coba-coba untuk membantah kalo tidak ingin tulang keringmu di patahkan. Lian mengangguk cepat. Dia tidak mau mati di tangan sahabat sejatinya itu.

Dengan angkuhnya, Lian berjalan menuju pintu. Dan—

Byurrrr....

Tepat di saat pintu terbuka, air seember di siramkan Kinan ke wajahnya.

Dimas tertawa menatap Lian. Sedangkan Dirka melotot melihat ada Ersya bersama cewek tomboi itu ada di sini.

"Oh. Jadi elo cewek yang kelakuan nya sebelas duabelas sama cowok?" sindir Dirka seraya berjalan menghampiri Kinan.

Lian menepi. Dimas menghampiri dan  berdiri di belakang Dirka.

"Apa lo bilang! kayak cowok? harusnya lo itu yang kayak cewek! beraninya cuma sama cewek aja!" balas Kinan berapi-api.

"Mending lo berdua pergi deh dari sini!"

"Pergi lo bilang? Wow..!! kenapa? lo takut sama gue? takut?"

Dirka mengepalkan tangan berniat memukul wajah cewek di depannya. Kalo saja Ersya tidak menahannya, mungkin tangan itu sudah menghantam pipi Kinan.

"Dia itu cewek. Dan kamu berani mukul dia?" ucap Ersya pelan masih dengan memegang lengan Dirka.

Dirka berdecak. Tangannya ia hempaskan agar terlepas. "Pergi lo dari sini!" tegasnya sambil mendorong bahu Ersya.

Ersya hampir terjatuh. Bahunya sakit akibat dorongan dari cowok itu. Dia hanya bisa meringis dalam hati.

Melihat Ersya yang kesakitan membuat Kinan benar-benar sangat marah. Kinan mengambil ember besi yang tadi di gunakannya untuk menyiram Lian.

"Nan udah yaa... Kita pergi aja dari sini." bujuk Ersya.

"Tuh teman cupu lo ngajakin lo pergi!" cibir Lian.

"Awas ya lo! gue gak akan maafin perbuatan lo ke sahabat gue sampai kapan pun!" Kinan membanting ember tersebut. Dia pasrah dan mulai mengikuti Ersya. Mereka berdua segera pergi dari tempat itu.

***

Bel pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu. Siswa siswi SMA Nusa Bangsa sudah banyak yang pulang. Tetapi Ersya, ia masih termenung didalam kelasnya. Hanya sendirian, karena Kinan sudah lebih dulu pulang.

"Sya? lo nggak balik?" tanya Mia, teman sekelas Ersya. Mia ternyata ingin mengambil tasnya.

"Mmm.... dikit lagi Mi, aku mau beresin buku-buku ku dulu."

"Oh! yaudah, gue duluan yah. Dahh..." pamit Mia kemudian bergegas pergi meninggalkan Ersya.

Setelah selesai membereskan semua bukunya. Waktunya Ersya pulang. Dia berjalan melewati koridor sekolah yang memang sudah sangat sepi. Di saat Ersya melewati ruangan guru. Dia melihat ada seseorang didalam ruangan itu. Dari balik kaca yang transparan Ersya melihat wajah seseorang tersebut.

Dirka. Apa yang dia lakukan didalam sana. Pikir ersya.

Ersya jadi curiga, dan penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Dirka. Dan akhirnya dia ikut masuk ke dalam sana. Untungnya pintu ruangan itu tidak di kunci. Terlihat Dirka sedang mengacak-acak kertas-kertas yang ada di lemari.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya ersya gugup saat dirka berbalik dan menatap tajam ke arahnya.

"Ngapain lo disini?" tanya dirka balik bertanya.

"Kamu mau nyuri sesuatu yah?" tanya Ersya ragu.

"Jadi lo nuduh gue mau nyuri nih?sebenarnya iya! gue mau nyuri soal ujian nanti, dan bakal gue bakar biar ujian sekolah gak akan terjadi!" jelas Dirka. kemudian berjalan mendekati Ersya yang berdiri dibelakang pintu.

"Semuanya gagal karna lo udah ganggu gue." geram Dirka memegang kuat kedua bahu cewek itu.

Ersya diam membeku. Tubuhnya bergetar hebat. "A-aku mi-minta maaf." balas Ersya

"Oke! kali ini gue maafin lo tapi kalo lo sampai ngasih tau ke guru-guru atau kepala sekolah! gue bakal habisin lo!" ancam Dirka lalu melepaskan cengkramannya dari bahu Ersya.

Setelah melakukan itu, Dirka berjalan mendekati jendela, dan keluar melalui jendela tersebut.

Lanjut???

Jangan lupa vote dan komennya yaa...