Chereads / Ada Apa Dengan Selirku? / Chapter 2 - Permulaan

Chapter 2 - Permulaan

Huaisha adalah suplemen. Tidak diragukan lagi, itu merupakan cairan yang berbau pekat seperti darah, dengan rasa karat dan warna yang unik seperti di kedalaman laut. Pada awalnya, dia tidak dikeluarkan untuk diminum. Akan tetapi, pada waktu itu, salah seorang penambang tak sengaja terjatuh di dalam kolam galian dan tersedak sekitar 7 tegukan. Tidak berselang lama setelah itu, dia kesakitan. Kemudian pada keesokan harinya dia pergi ke tempat kerja dalam keadaan yang lebih fit. Seluruh meridian di tubuhnya seakan membengkak dengan aliran energi yang deras, membuatnya bahkan mampu mengangkat sebuah pohon dengan ujung kelingking. Pada saat itu, orang-orang beramai-ramai menceburkan dirinya ke dalam kolam galian. Tidak pernah percaya bahwa apa yang selama ini mereka jadikan sebagai bahan bakar untuk menyulut api penerangan di malam hari, merupakan cairan maha dahsyat yang mumpuni.

Setelah itu, satu desa dinyatakan tewas.

Mengetahui berita ini sedikit lebih lambat dari yang lainnya, melalui rantai berita dari satu daerah ke daerah lain, sang pemimpin Negara begitu marah. Mereka kemudian mengakali, bagaimanapun caranya, agar cairan yang saat itu belum memiliki nama, dapat diminum dengan aman oleh para Tentara. Melalui ribuan kali percobaan dan campuran, pertempuran sana-sini, dan tetesan darah pengorbanan, lahirlah Huaisha. Yang pada saat itu, Negara yang pertama kali menemukannya menjadi adidaya. Yang kemudian hancur karena keserakahan.

Tetapi, itu adalah berita di masa lalu. Sekarang, situasi sudah lebih kondusif. Pemakaian, pembelian, pengedaran, dan penggunaan Huaisha, semuanya telah dibatasi oleh pajak dan Undang-undang yang diatur oleh pemerintah setempat. Sekarang, tidak semua orang bisa mendapatkannya, apalagi meminumnya. Sejumlah besar pertambangan Huaisha di masa lalu telah dibakar untuk mengurangi ketersediaan, sehingga menjadikannya langka dan sangat berharga. Tentu saja, itu juga dilakukan untuk mengurangi banyaknya perpecahan yang terjadi akibat perebutan jumlah Huaisha secara besar-besaran.

Sekarang, bila orang-orang mau kuat dalam semalam, tidak ada jalan pintasnya. Anak-anak miskin pergi ke sekolah atau perguruan manapun, dan anak-anak bangsawan juga melakukan hal yang sama. Secara khusus, Huaisha hanya diperuntukkan dalam situasi genting, dan hanya orang-orang dari fraksi militer saja yang boleh menggunakannya. Merasakan cairan karat tersebut di tenggorokan mereka sebelum kekuatan besar meledak di dalam tubuh. Per 15 mililiter, setidaknya mampu membuat mereka seperti Dewa selama setengah jam. Dan bila dikonsumsi lebih dari satu liter, maka efek samping yang fatal akan terjadi, dan itu akan berbeda-beda untuk setiap orang.

Kesampingkan dulu masalah itu. Sekarang, ada masalah yang lebih penting untuk diselesaikan!

Di sebuah akademi di dekat Istana Kekaisaran, ada perkelahian antar anak-anak yang terjadi. Masing-masing dari mereka telah berumur 15 tahun, sementara anak yang dirundung adalah seseorang yang lebih muda 2 tahun dari mereka.

4 orang lawan 1. Sebuah ketidakadilan bahkan telah terjadi di lapisan masyarakat yang paling lunak; anak-anak. Tidak menangis, anak yang sendirian itu justru mengeluarkan pandangan tegas dan berani. Dia telah didorong mundur berkali-kali, tetapi berkali-kali pula dia melangkah maju untuk menunjukkan bahwa dia tidak semudah itu dijatuhkan.

"Apa kamu pikir kamu hebat? Hah?! Orang-orang mulai belajar ketika mereka berusia 5 tahun, bukan 13 tahun! " salah satu dari 4 anak yang nakal, dengan satu giginya yang ompong di depan, mulai kembali menyulut api dengan menyentuh titik sensitif daripada si anak yang sendirian. Dengan kalimatnya itu, sejumlah gelak tawa dari teman-temannya mengudara. Dia adalah Cai Fei si ceking. Selain kemampuan bertarungnya yang di bawah rata-rata, hal positif lain dari dirinya adalah bahwa dia sangat kecil sehingga cukup menghemat ruang. Alasan mengapa dia memiliki banyak teman adalah karena ayahnya adalah seorang Petugas Keamanan di pos jaga daerah. Dan dia telah merasa begitu hebat dengan itu.

Zhu Ji Guo, yang sering dijuluki sebagai Babi Panggang oleh teman-temannya karena memiliki kelebihan berat badan, maju kedepan pertama kali, menengok bahwa si kecil Liu Ruyu, tampaknya akan melawan. Benar-benar telah emosi sampai urat-urat kebiruan muncul di dahinya, dengan tangan terkepal kuat. Zhu Ji Guo menaikkan dagunya dengan sikap sombong. Satu-satunya keahlian yang dia punya adalah berpura-pura kuat.

"Ah! Lagi-lagi, hentikan! " sebuah suara yang manis menggelegar dari kejauhan. Sebelum sang empunya semakin mendekat, dan seseok gadis cantik dengan marah berdiri di hadapan Liu Ruyu, membentenginya, menolak pinggang dan tegas. "Kalian ini! Tidak ada kapok-kapoknya apa? "

Zi Yan, anak yatim piatu dari desa seberang yang diangkat dan diasuh oleh salah seorang Penatua di sini, merupakan gadis yang baik dan secantik giok. Meskipun pakaiannya lusuh dari hari ke hari, itu tidak mampu menutupi kecantikannya yang sesungguhnya. Kulitnya selembut kue mochi dan kenyal seperti adonan yang kalis. Bibirnya seperti buah plum menghiasi wajahnya yang lonjong. Siapa pun yang melihatnya, pasti akan suka.

"Ah! Zi Yan Shijie! " Cai Fei berseru.

Baik Cai Fei, Zhu Ji Guo, atau bahkan Zi Yan, tidak ada yang tahu bahwa Liu Ruyu adalah seorang Pangeran.

Satu bulan setelah itu, mendekati hari ulangtahunnya, Pangeran Liu Ruyu memutuskan untuk kembali ke kediamannya.

Dia memasuki sebuah mansion yang gersang dengan dipenuhi tanamam rambat. Di pintunya, berdiri sebuah patung Zirah yang telah berubah alih menjadi tempat gantungan baju. Ada sekitar 3 buah topi jerami tertumpuk di kepalanya, juga jubah musim dingin tergantung di bahunya. Di dekat kakinya, sebuah tongkat dibiarkan tergeletak begitu saja. Itu masih belum seberapa dibandingkan pemandangan menyeleneh ketika dia masuk. Semua benda diletakkan di tempat yang tidak sesuai. Sekali lagi, semua benda diletakkan tidak pada tempatnya.

Apa yang digantung di dinding ruangan bukanlah sejenis lukisan, melainkan beberapa bagian dari Zirah tua yang telah dimutilasi. Vas bunga berada di lantai dengan diisi oleh beberapa jenis kuas bulu. Ratusan kertas berserakan di seluruh permukaan lantai, dan potongan pakaian memenuhi bersamanya.

Setelah membuang napas dengan frustasi, Liu Ruyu berjalan dengan berjingkat-jingkat menghindari untuk menginjak sesuatu yang takutnya penting. Setelah mampu melewati ruang tengah yang terdistorsi itu, dia telah sampai di sebuah lorong yang panjang. Kemudian ada sekitar 6 pintu menyambutnya, dan dia memilih destinasi terakhir. Dia mengetuknya dengan perlahan. Saat tidak mendapati adanya jawaban selama 2 menit, dia mulai membukanya tanpa menunggu persetujuan.

"Ah, siapa yang memberimu izin? Apa karena kau seorang Pangeran, kau bisa berlaku seenaknya? " seorang gadis, seorang gadis dalam usia sekitar awal 20, cantik dan bersemi dengan wajah serius, tengah mengerjakan sesuatu di atas kasurnya yang lebih cocok disebut sebagai 'kekacauan'. Ketika Liu Ruyu masuk, matanya bahkan tidak terangkat dari pekerjaan itu, tidak punya waktu untuk melihat.

"Aku sudah mengetuk. " Liu Ruyu menjawab.

"Aku tidak dengar. Ulangi. "

"Hah... " mendesah, Liu Ruyu mengulangi. Dia pergi keluar dan mengetuk ulang, kemudian menunggu kata "masuk" yang tidak kunjung keluar. Kesal, dia kembali masuk.

"Kenapa kau masuk? Aku belum memberimu izin. "

Liu Ruyu mulai emosi. "Kenapa kau tidak memberiku izin? Aku sudah melakukan yang kau minta! "

"Itu karena aku tidak mau kau masuk. Pergilah. " gadis itu akhirnya mengangkat wajah untuk melihat kearah Liu Ruyu. Memandangnya dengan tatapan malas.

Liu Ruyu mengabaikan kalimatnya dan berjalan maju. Dia berdiri di tepi dipan milik sang gadis, menjulang dengan tingginya yang sedikit lebih rendah dari si gadis. "Aku tidak mau pergi ke akademi itu lagi. "

Mendengar itu, Ye Yixi tertawa kecil dan mengangkat alisnya. "Bukan kau yang memutuskannya. "

Liu Ruyu menjawab, "Aku akan memintanya pada Kaisar. "

"Ah, itu Bagus. " setelah menjawab demikian, Ye Yixi kembali fokus dengan pekerjaannya. Benar-benar sibuk. Dia tengah menggambarkan sebuah pola di atas kertas padi, kemudian dari pola itu ditempelkannya beberapa buah bunga kering. Tampak saleh ketika mengerjakan kerajinan tangan tersebut.

Liu Ruyu kembali berkata. "Aku mau kau yang mengajariku. "

Ye Yixi menjawab, "Ya ampun, Pangeran. Kau baru saja meminta hal yang mustahil. Sebagai seorang Jendral yang paling muda, aku tidak bisa melakukan itu. Aku sangat sibuk. Tidak akan punya waktu untuk mengurusimu. Pergilah minta Jendral lain untuk melakukan itu. "

Jadi kau punya waktu buat kerajinan tangan itu, sementara tidak untukku?! Liu Ruyu agak emosi mendengarnya. Kalau bukan karena kehebatannya, tidak akan ada yang mau berbicara dan berhubungan dengan Ye Yixi. Dia adalah orang aneh. Orang yang paling aneh yang pernah Pangeran temui di hidupnya. Kalau ada peringkat untuk mengurutkan siapa saja yang paling tidak bisa dimengerti jalan pikirannya di dunia ini, maka Ye Yixi akan menjadi peraih posisi pertama. Disusul oleh Dewa, kemudian Kaisar.

"Ye Yixi—" sebelum Liu Ruyu sempat melanjutkan protesnya, Ye Yixi sudah lebih dulu menarik selimut dan menyembunyikan dirinya di dalam. Dia turut membawa serta seluruh pekerjaannya. Kemudian berkata dari dalam.

"Tidak lihat. Tidak dengar. "

Dan begitulah bagaimana cara mereka berkomunikasi dari hari ke hari.

Tahun-tahun ini, Ye Yixi adalah salah seorang yang paling berperan banyak terhadap kemenangan di The Great Shang. Dia adalah seorang wakil komando di garnisun perbatasan Meng, yang menyokong Jenderal Besar Li Jing dengan banyak rencana dan siasat. Selain ahli dalam menebas musuh di pertarungan, dia juga ahli dalam menjebak musuh di pertempuran. Semua taktiknya begitu licin sehingga banyak orang yang memanggilnya dengan julukan berembel-embel 'licik'.

Saat kau telah mencapai sesuatu yang tidak bisa dicapai orang lain dengan mudah, akan ada 2 respon yang keluar untuk menyambutmu. Pertama, pujian. Kedua, pujian juga, tapi diarahkan untuk menghinamu dalam waktu yang sama. Terhadap golongan orang seperti itu, Ye Yixi tidak akan ambil pusing. Selama dia masih bergaji dan bisa makan dengan itu, dia tidak akan marah.

Keluarga besar Ye tidak salah lagi merupakan keluarga Bangsawan. Ayahnya adalah seorang Gubernur di wilayah Xizang, bekas dari Negara Xizang yang kalah dalam pertempuran beberapa dekade lalu. Dulunya, sang ayah adalah Jendral Besar yang memimpin di pertempuran tersebut. Selain itu, beberapa pamannya juga menjabat di internal Pengadilan Kekaisaran. Dan banyak Permaisuri berasal dari wanita-wanita di generasi Ye lampau. Terakhir kali, adalah bibi dari Ayahnya, yang merupakan ibu suri untuk Kaisar terdahulu sebelum Kaisar Liu Wendong, Kaisar yang naik takhta sedikit lebih cepat karena ayahnya sakit-sakitan.

Takut bahwa dia mungkin akan dipinang di umurnya yang masih begitu muda ini, Ye Yixi buru-buru mendaftarkan dirinya dalam jajaran militer.

Waktu dia masih kecil, dia ikut dalam pertempuran di Xizang. Dia merupakan anak kecil yang masih cengeng dan suka mencuri waktu untuk makan permen gula di bawah selimut. Tetapi, selepas pulang dari sana, dia benar-benar ketakutan. Dia berubah dari anak gadis yang manja, menjadi anak gadis yang memikirkan tentang betapa pentingnya berjuang dan hidup.

Meskipun dia tidak berakhir sebagai salah satu pasangan dari Kaisar muda, tetapi hubungannya dengan Istana cukup baik. Ketika tahun baru tiba, dia selalu datang kesana untuk memberikan hormat pada Kaisar, mengikuti beberapa jamuan penting, dan memberi hadiah saat Kaisar ulangtahun. Oleh karena itu, dia jadi dekat juga dengan adik kecil dari Kaisar. Sebelum anak lelaki itu jadi begitu lengket dengannya.

18 Januari, sebuah hari yang buruk untuk lahir, merupakan hari ulangtahun Pangeran Liu Ruyu. Di umurnya yang ke-14 tahun, sebuah pemberontakan terjadi di dekat perbatasan Jilin. Tidak mampu mengucapkan kata selamat, Ye Yixi pada saat itu langsung meluncur dari Chongqing menunju ke Jilin. Meninggalkan posnya di Meng untuk diserahkan pada Jendral terdekat.

[18 Januari dikenal sebagai hari baik untuk mengunjungi orang mati/makam]

Nyaris satu tahun setelahnya, daerah Jilin jatuh ke tangan musuh. Situasi di Liaoning dan Heilongjiang ikut memanas. Sejumlah Tentara dikerahkan untuk pergi ke sana, menangani kericuhan di sana-sini. Anehnya, sang wakil komandan dari Garnisun perbatasan di Meng, setelah ditransfer untuk mengamankan di daerah perbatasan Jilin, malah ditarik untuk mundur dan segera menghadap ke Kaisar. Orang-orang sempat mengira bahwa dia adalah kepala dari rencana pemberontakan itu, mengingat bahwa dia dikenal sebagai rubahnya fraksi militer.

Tidak lama setelah itu, Kaisar Liu Wendong mengangkat Jendral Ye Yixi sebagai Selir Sisi-nya. Kemudian mengasingkan gadis itu di Istana Dingin.

[Tempat Permaisuri atau Selir yang tidak diinginkan]