Avi 👩
Aku mengklakson motor dua kali sebelum pak Arif- Satpam rumahku, terlihat berlari kecil dari pos jaganya untuk membukakan pintu gerbang.
Tersenyum sekilas seraya mengucapkan salam pada pak Arif, aku melajukan motor dan memarkirkannnya di halaman.
Gila banget panasnya ini hari.
Kalau bukan karena hal itu mustahil, aku mungkin akan berfikir kalau neraka lagi bocor! huah, panasnyaa!
Setelah melepas helm, aku melangkah memasuki rumahku yang pintu depannya terbuka. Tumben?
"Salamelikuum" Ucapku lantang seraya melepas sepatu dan kaos kaki untuk aku taruh di rak sepatu dan menggantinya dengan sendal.
Ah. Pegel banget nih kaki. Gara-gara ketos tadi nih yang ngasih hukuman ga kira-kira. Udah lari keliling lapangan, ditambah lompat jongkok lagi?! Sue banget dah!
"Lo tuh kalo salam yang bener kek, Dek! Assalamualaikum gitu, jadi kan gue jawabnya enak- waalaikumsalam. Kalo salam lo kayak tadi gue kan jadi khilaf buat jawab kumsalam"
Hm. Itu kakakku yang paling killer. Hehe. Btw namanya Olivia. Nama yang cantik. Membuatku tergoda untuk membuatnya jadi ga cantik lagi. Jadi aku panggil dia Olip. Haha.
"Aduuh, kak Olip nih cerewetnya dah kayak mak lambe ajah. Udah bagus Avi ngucap salam"
Protesku yang langsung mendapat hadiah jitakan kepala dari kak Oliv. Nggak keras sih. Cuma aku kan drama banget anaknya jadi ya gitu. Aku udah belagak sok mau nangis didepan kak Oliv sambil mengusap ubun-ubunku yang tadi dipukulnya.
"Yang sopan lo sama gue" Bentak kak Oliv galak.
"Jahat lo kak sama adek sendiri"
"Kata siapa lo adek gue?"
Aduuh kakakku ini marah² mulu, darah tinggi tau rasa!
"Kata mama" Jawabku memelas.
"Orang Lo itu dapet mungut di got depan rumah!"
"Iih, jahat!"
kak Oliv tidak dapat menahan tawanya melihat ekspresi tertindas ku. Jadi dia memilih saat itu untuk menghentikan bully annya terhadap adik cantik satu-satunya ini. Pret banget deh.
"Hahaha, sini lo!" Kak Oliv merangkul pundakku dan menarikku untuk duduk di sofa. Mau tak mau aku jadi ketawa juga.
"Mbok Nah mana ya kak? Avi mau minta minum. haus nih, panas banget diluar" Gerutuku sambil meraih remote AC untuk menaikkan suhunya.
"Elah deek, ambil sendirilah di kulkas cuma minum ini. Kasian mbok nah capek habis nyuci baju lo se-abrek. Gih! ambil sendiri"
"Huft"
Aku bangkit dan berjalan ke dapur sambil manyun. Bukan karena kesal sama mbok Nah. Aku juga kesian, beliau udah tua. Masa aku suruh-suruh mulu? Tapi aku kesal sama kak Oliv. Masa, dia bilang baju kotorku seabrek? Kesannya kan aku gak bersih banget gitu anaknya. padahal kan? FAKTA! Hehe.
Setelah menenggak habis dua gelas air putih dingin, aku kembali ke ruang tamu dimana kakakku masih duduk disana dengan majalah fashion ditangannya.
"Oh iya. Mama mana kak?"
Kak Oliv mengangkat pandangannya dari majalah sekilas untuk melihat gue.
"Tadi sih keluar sama Stev. Katanya mau ke supermarket" Ucapnya santai sembari mulai membaca majalahnya lagi.
Omong-omong bang Stevan, waduh aku hampir lupa kalo lusa bang Stev dan kak Oliv ulang tahun. Mereka kembar, by the way.
"Aah, Mama! kok ngga ajak-ajak Avi sih?" Aku merengek dengan kesal seperti anak Tk.
"Lo kan baru dateng, Dek! Gimana sih?"
"Ya kan bisa ditungguin duluu.." Rengekanku semakin menjadi. Yang mana membuat kak Oliv menatapku dengan tatapan Please- Dek- gausah- drama.
"Lagian gue yakin lo ikut mama tuh cuma karena pengen dibeliin es krim nutella kesukaan lo yang didepan supermarket itu, ya kan?"
Ah, kak Oliv keterlaluan. Tega-teganya dia menuduh adiknya seperti itu. Tapi aku harus mengakui sih kalo perkataan kak Oliv barusan 100% benar. haha.
"Tau ah pokoknya Avi ngambek! Avi ga mau makan siang sebelum kak Olip ajak Avi beli es krim Nutella!"
"Lhah kok jadi gue sih, Dek? Lo tuh ngambek ke mama apa ke gue?!" Pekik kak Oliv menghentikan langkahku di tengah tangga.
"Bodo, ga mau tau! Lo juga jarang traktir gue kok. Jangan pelit lo ama adek sendiri" Pekikku tak kalah keras sebelum berlari menuju kamar. Aku pengen cepetan mandi. Dah gerah!
"HUH! NYUSAHIN AMAT SIH LO JADI ADEK!"
Teriak kak Oliv yang masih dapat aku dengar dengan jelas. membuatku tertawa terbahak-bahak. Dan sepertinya kak Oliv juga mendengar tawaku karena dia langsung menggeram kesal setelahnya. i'm sorry, Sista.
🍃💫🍃💫🍃
"Makan dulu dek! Ntar gue temenin ke Sweet Ice Cream" Teriak kak Oliv sambil mengetuk pintu kamarku.
"Ogaah! Kakak pasti mau ngibulin Avi" Aku berteriak juga padahal aku berdiri sambil menempel pada pintu, seperti cicak. Jadi sebenarnya tidak perlu teriak segala. Karena kak Oliv pasti dapat mendengarku dengan jelass sekali..
"Ayolah, Dek. Nanti maag lo kambuh. Terus lo sakit. Gue lagi yang susah" Gerutu kak Oliv.
"Kenapa jadi kak Olip yang susah?"
"Karena lo ngga akan mau tidur kalo nggak gue temenin dan ngga akan mau makan kalo ngga gue suapin!"
"Hm, iya juga" Gumamku.
Yup! Itu benar. Kendati sudah digalakin seperti apapun aku tetap saja menempel pada kakak perempuanku itu seperti parasit. Mama sih senang-senang saja karena beliau tidak perlu mengurusi kerewelanku disaat aku sakit. Hm. Tega banget sih, mama.
"Ya iya lah!"
"Tapi janji ya ntar ditemenin?" Aku merajuk lagi.
"Iya iya. Makanya dek, lo cari pacar biar ada yang nemenin lo makan es krim. Biar lo ga ngenes-ngenes amat"
" E e e! Avi aduin mama yaa.. Kak Olip udah nyuruh Avi pacaran.."
"Ehe, Peace dek. Duh apasih ini? Buruan ganti baju lo trus kita makan siang bareng. Udah ditungguin mama sama Stev tuh"
"Siap, bu Boss!"
Aku bergegas mengganti baju dan merapikan rambut panjangku tanpa memoleskan make up apapun di wajahku. Males!
Berjalan menghampiri meja makan, bang Stev melirikku lalu melempar 'sesuatu' padaku yang dengan sigap aku tangkap.
Aku terkesiap-
"Ah, My baby 'blue. Thank you bang Steve" Ujarku sambil menatap senang beanie biru yang sudah lama ku idam-idamkan.
Eh, wait!
"Kok abang tau Avi kepengen ini?" Seruku sambil mengacungkan beanie itu pada abangku.
"Pas kita jalan ke Mall dua hari lalu. Iler kamu hampir netes dan bola matamu hampir keluar pas kamu lihat benda itu. Kamu mau beli, Tapi kamu hampir nangis lagi waktu kamu inget kalau dompet kamu habis kecopetan"
Ah ya..
"Hehe, Makasih. Abang ganteng deh"
"Gak usah modus. Sini makan"
Huh, abangku ini dingin sekali bung. Perhatian sih, tapi ya gitu- irit ngomong.
"Ve mau ayam?"
Tawar mama yang langsung ku angguki dengan antusias. I love chicken.
"Mau banget maa" Ujarku sambil mengangkat piringku untuk menerima sayap ayam dari mama. My favorite 'wings, yummy..
"Habisin nasinya" Sela ayah, aku tersenyum padanya sembari mengangguk mantap.
"Pasti, yah"
"Oh iya ve, gimana sekolah kamu hari ini?" Tanya mama membuat gerakan tanganku untuk mengambil tumis kangkung, terhenti.
"Ve kena hukum, Ma" Ujarku sambil manyun, membayangkan hukuman yang kuterima di sekolah tadi.
'Ah mama, kok diingetin lagi sih? Gue kan jadi Inget Arash lagi jadinya, dan gue jadi kesel lagi'
"Kok bisa dek?" Tanya ayah.
"Hm, Avi telat masuk yah. Motor Avi rodanya bocor, trus ya- gitu deh"
"Haha. Kesian amat. Bawa motor niatnya biar ga kena macet biar ga telat, eh ban motor kamu meledug. Sian amat kamu dek, kesian kesian kesian!"
Ejek kak Oliv sambil menatapku geli. Memang, saat ada mama dan ayah kami tidak menggunakan kata gue-lo untuk berkomunikasi. Kesannya sedikit tidak sopan ajah gitu.
"Olivia.." Tegur Mama karena kak Oliv sudah membuatku cemberut lagi dengan ejekannya barusan.
"Iya, Ma. Maaf dek" Ujar kak Oliv dengan sangat tidak tulus.
Harhar! Rasain kak Oliv! Emang enak kena tegur mama. Aku hanya senyam-senyum saja melihatnya, tidak perduli walaupun aku mendapat pelototan dari kakakku itu.
"Ma, habis ini Ve sama kak Oliv mau izin keluar yah. Mau ke Sweet ice cream. Bentar aja kok"
Kak Oliv melirikku tajam, aku hanya membalasnya dengan cengiran lebarku. Satu lagi, aku tidak berani memanggil kakak perempuanku itu dengan panggilan 'Olip' kalau lagi ada mama di sekitar kami. Karena, konon kata bang Stev- nama Olivia itu nama kesukaan mama. Kalau beliau tau aku merusaknya. Habislah aku!
"Janji ngga ngelayab kemana-mana?" Mama menatapku curiga.
"Promise, mom"
"Biasanya sih- promise nya kamu itu engga bisa di pegang, Ve"
"Aah, Mama!!"
Rengekanku membuat semua orang tertawa. Mau tidak mau aku jadi ikut tertawa juga.
🚶🚶🚶🚶